Senin, 29 September 2025

Berita Viral

Wabah Chikungunya di China Tembus 7.000 Kasus, Pemerintah Terapkan Langkah Mirip Pandemi COVID-19

China laporkan 7.000 kasus chikungunya di Guangdong. Pasien wajib rawat inap, hotel disanksi, nyamuk pemangsa dilepas.

Freepik
CHIKUNGUNYA. Gambar dari Freepik, Rabu (6/8/2025) menunjukkan nyamuk chikungunya. China tengah menghadapi lonjakan besar kasus chikungunya, dengan lebih dari 7.000 infeksi dilaporkan di Provinsi Guangdong sejak Juli 2025. 

TRIBUNNEWS.COM - China tengah menghadapi lonjakan besar kasus chikungunya, dengan lebih dari 7.000 infeksi dilaporkan di Provinsi Guangdong sejak Juli 2025.

Nyamuk ini juga dikenal sebagai penular penyakit demam berdarah (DBD) dan Zika.

Kota Foshan menjadi wilayah paling terdampak, dan otoritas setempat telah menerapkan sejumlah tindakan luar biasa yang mengingatkan pada masa awal pandemi COVID-19.

Pandemi COVID-19 adalah peristiwa menyebarnya Penyakit Virus Corona 2019 (Coronavirus disease 2019), yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.

Wabah ini pertama kali terdeteksi di Kota Wuhan, Tiongkok, pada akhir 2019 dan secara resmi dinyatakan sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020.

Kala itu, pemerintah Tiongkok menghadapi pandemi COVID-19 dengan menerapkan kebijakan "Zero-COVID" yang sangat ketat, mencakup lockdown, pengujian massal, dan pembatasan perjalanan.

Meskipun berhasil menjaga angka infeksi tetap rendah, kebijakan ini menyebabkan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan, hingga akhirnya dilonggarkan pada akhir 2022.

Estimasi jumlah kematian global akibat COVID-19 mencapai sekitar 15 juta jiwa, meskipun data resmi dari WHO mencatat sekitar 7 juta korban tewas.

Ibu kota provinsi tempat Foshan berada adalah Guangzhou, kedua lokasi berjarak 36,8 kilometer.

Menurut laporan BBC News dan NDTV, pasien di Foshan yang dinyatakan positif chikungunya diwajibkan menjalani perawatan di rumah sakit dan hanya boleh dipulangkan setelah tes menunjukkan hasil negatif atau setelah dirawat minimal satu minggu.

Tempat tidur pasien pun dilengkapi kelambu nyamuk sebagai langkah pencegahan.

Baca juga: Antisipasi Lonjakan Kasus, Perlu Edukasi Pencegahan DBD dan Chikungunya di Lingkungan Desa

Chikungunya adalah penyakit virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.

Gejalanya meliputi demam tinggi, nyeri sendi hebat, ruam, sakit kepala, dan kelelahan.

Meski angka kematiannya rendah, nyeri sendi akibat virus ini bisa berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Penyakit ini sebenarnya jarang terjadi di China, namun cukup umum di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika.

Wabah saat ini mencemaskan publik karena virus ini belum dikenal luas oleh masyarakat Tiongkok.

Hong Kong juga melaporkan kasus impor chikungunya pertamanya dalam enam tahun terakhir, yaitu seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang sempat bepergian ke Foshan.

Pemerintah Hong Kong telah meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah penularan lokal.

South China Morning Post melaporkan bahwa pihak berwenang di Guangdong telah memerintahkan apotek mencatat nama pembeli obat penurun demam dan pereda nyeri, serta menghukum hotel dan restoran yang gagal membersihkan sarang nyamuk.

Sekitar 3.000 kasus dilaporkan hanya dalam sepekan terakhir, dan setidaknya 12 kota di luar Foshan telah mengkonfirmasi infeksi.

Meski sebagian besar kasus bersifat ringan dan 95 persen pasien sembuh dalam tujuh hari, kekhawatiran tetap meluas.

Di media sosial Weibo, pengguna menyampaikan kecemasan atas dampak jangka panjang penyakit ini.

“Ini menakutkan. Dampak jangka panjangnya terdengar sangat menyakitkan,” tulis seorang warganet.

Baca juga: Anak-anak Sekolah Dasar di Kukar Mulai Diberi Vaksinasi Dengue, Efektifkah Cegah Infeksi DBD?

Untuk menanggulangi wabah, otoritas melepas ribuan ikan pemakan jentik nyamuk ke danau-danau kota, menerbangkan drone untuk mendeteksi genangan air, dan bahkan menyebarkan ‘nyamuk gajah’—jenis nyamuk jantan steril yang memusnahkan nyamuk penyebar virus.

Warga diminta menguras tempat air tergenang di rumah, mulai dari pot bunga hingga botol bekas. Bagi yang tidak mematuhi, denda bisa mencapai 10.000 yuan (sekitar Rp22 juta).

Meski virus chikungunya tidak menular dari manusia ke manusia, beberapa kota sempat meminta warga yang datang dari Foshan untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari, meski kebijakan itu kini dicabut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa pencegahan utama terhadap virus ini adalah pengendalian populasi nyamuk melalui penghapusan sumber air tergenang.

Chikungunya pertama kali diidentifikasi di Tanzania pada 1952 dan kini telah menyebar ke lebih dari 110 negara di dunia.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan