Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
China dan India Tetap Beli Minyak dari Rusia, Sanksi Trump Diprediksi akan Melunak
Baik India dan China tampaknya tak bergeming dengan tuntutan AS yang meminta keduanya menghentikan pembelian minyak dari Rusia.
Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga sempat menyindir pernyataan China pada Kamis (31/7/2025).
"China sangat serius menjaga kedaulatannya.Kami tidak ingin mengganggu kedaulatan mereka, sehingga mereka bersedia membayar tarif 100 persen," ujar Bessent saat menyindir langkah China terkait pembelian minyak Rusia.
Meski Bessent menyindir China sebagai pihak yang "tangguh", ia juga menegaskan bahwa penolakan China belum tentu akan menghambat negosiasi dengan AS.
"Saya yakin kita telah memiliki dasar untuk mencapai kesepakatan," kata Bessent kepada CNBC.
Pengamat Ragukan Trump Beri Sanksi ke China dan India
Menanggapi langkah India dan China yang tak menggubris ancaman Trump. Gabriel Wildau selaku direktur pelaksana konsultan keuangan Teneo turut buka suara.
Dikutip dari AP News pada Minggu waktu setempat (3/8/2025), Wildau mengaku meragukan Presiden Donald Trump benar-benar akan menerapkan tarif 100 persen kepada India dan China bila mereka terus membeli minyak dari Rusia.
"Mewujudkan ancaman tersebut akan menggagalkan seluruh kemajuan yang telah dicapai dan mungkin menghilangkan peluang bagi Trump untuk mengumumkan kesepakatan perdagangan jika mereka bertemu nanti," ujar Wildau.
Hal senada juga diungkapkan oleh Tu Xinquan, Direktur China Institute for WTO Studies di Universitas Bisnis dan Ekonomi Internasional Beijing.
Xinquan menilai Trump nantinya akan melunak mengingat riwayat perlawanan China terhadap sanksi tarif AS.
Seperti yang diketahui sebelumnya, ketika Trump pertama kali mengumumkan rencana luas pemberlakuan tarif terhadap puluhan negara pada April, China menjadi satu-satunya negara yang memberikan respons balik.
"Jika AS bersikeras memberlakukan tarif, China akan melawan hingga akhir. Ini merupakan sikap resmi konsisten China," ujar Xinquan.
Terlepas dari taktik negosiasi, China juga mungkin mencurigai bahwa AS tidak akan benar-benar merealisasikan ancamannya, sekaligus mempertanyakan pentingnya prioritas Trump dalam menentang Rusia, pungkas Xinquan.
Scott Kennedy, penasihat senior dan ketua dewan amanat bidang Bisnis dan Ekonomi China di Center for Strategic and International Studies di Washington juga menyampaikan hal senada.
Kennedy mengatakan baik Beijing maupun New Delhi kemungkinan tidak akan mengubah sikapnya mengingat AS sendiri kerap menunjukkan ketidakkonsistenan dalam kebijakan luar negeri mereka terhadap Rusia dan Iran.
Di lain pihak, kebijakan Beijing dan New Delhi dalam mendukung Moskow dinilai Kennedy selalu konsisten dan jelas.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.