Konflik Palestina Vs Israel
Masjid Al-Aqsa Dalam Bahaya, Palestina Waspada Serbuan Massal Pemukim Ilegal Israel
Palestina mengeluarkan peringatan terkait rencana pemukim ilegal Israel yang akan melakukan serangan massal kompleks Masjid Al-Aqsa Yerusalem
Sejak perang 1967, status Al-Aqsa diatur dalam kesepakatan status quo: Wakaf Islam bertanggung jawab atas pengelolaan, umat Islam memiliki hak ibadah penuh, sementara umat Yahudi hanya diizinkan berkunjung tanpa melakukan ritual.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kelompok pemukim ekstremis dan politisi sayap kanan Israel mendorong perubahan aturan dengan melakukan ritual Yahudi di dalam kompleks.
Upaya ini memicu bentrokan berulang dan dianggap Palestina sebagai pelanggaran serius terhadap kesepakatan internasional.
Bagi rakyat Palestina, Al-Aqsa bukan sekadar tempat ibadah, melainkan simbol identitas nasional dan eksistensi mereka di Yerusalem Timur.
Setiap serbuan atau pembatasan akses dipandang sebagai serangan langsung terhadap hak mereka atas kota tersebut.
Itulah sebabnya insiden di Al-Aqsa hampir selalu memicu gelombang protes besar di Tepi Barat, Gaza, hingga negara-negara Arab.
Ketegangan di Al-Aqsa juga memiliki dampak strategis yang meluas. Pada Mei 2021, penggerebekan aparat Israel di kompleks masjid pada bulan Ramadhan memicu perang 11 hari antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza.
Situasi serupa berulang setiap kali situs suci ini diserang, menjadikannya titik pemicu eskalasi konflik yang sulit dikendalikan.
Analis menilai, Israel kerap menggunakan ketegangan di Al-Aqsa untuk memperkuat klaim kedaulatan atas Yerusalem Timur dan memperluas pengaruh pemukim ilegal di kawasan tersebut.
Sementara bagi kelompok perlawanan Palestina, masjid ini adalah “garis merah” yang tidak boleh disentuh.
Kementerian Luar Negeri Palestina berulang kali memperingatkan bahwa setiap serangan ke Al-Aqsa bukan hanya masalah Palestina, tetapi ancaman nyata terhadap perdamaian kawasan. “Melindungi Al-Aqsa bukan hanya tanggung jawab Palestina, tetapi kewajiban moral dan hukum seluruh dunia,” tegas Kemenlu dalam pernyataan resminya.
Dengan kompleksitas sejarah, nilai spiritual, dan kepentingan politik yang bertemu di satu titik, Masjid Al-Aqsa tetap menjadi pusat konflik paling sensitif di Timur Tengah.
Setiap gesekan di area ini bukan sekadar insiden lokal, tetapi percikan yang bisa membakar seluruh kawasan.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.