Konflik Palestina Vs Israel
Masjid Al-Aqsa Dalam Bahaya, Palestina Waspada Serbuan Massal Pemukim Ilegal Israel
Palestina mengeluarkan peringatan terkait rencana pemukim ilegal Israel yang akan melakukan serangan massal kompleks Masjid Al-Aqsa Yerusalem
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Luar Negeri Palestina mengeluarkan peringatan kepada masyarakat untuk waspada, terkait rencana kelompok pemukim ilegal Israel yang akan melakukan serangan massal ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur, Minggu (3/8/205).
Adapun aksi tersebut bertepatan dengan peringatan Tisha B'Av, hari berkabung umat Yahudi yang dikaitkan dengan penghancuran Bait Suci Pertama dan Kedua.
Kelompok ekstremis Yahudi kerap menggunakan momentum ini untuk masuk ke kompleks masjid dengan dalih ritual keagamaan.
Meskipun hukum internasional dan perjanjian lama melarang ritual Yahudi di sana demi menjaga status quo, namun dari tahun ke tahun pemukim ilegal Israel tetap nekat melakukan serbuan ke Masjid Al-Aqsa.
Kelompok-kelompok radikal seperti Temple Mount Movement bahkan mendorong serbuan rutin dengan tujuan memperkuat klaim keagamaan atas area yang mereka sebut Temple Mount.
Palestina Kecam Tindakan Pemukim Ilegal Israel
Merespon tindakan tersebut, otoritas Palestina dengan tegas mengecam upaya tersebut.
Mereka menyebut aktivitas itu ditunggangi agenda kolonial guna memperluas kedaulatan Israel di wilayah yang secara hukum internasional adalah milik Palestina.
Dalam pernyataannya, Kemlu Palestina juga turut mengecam "kampanye hasutan dan persiapan para pemukim" untuk serbuan tersebut.
Rencana serbuan massal pemukim ilegal Israel ke kompleks Masjid Al-Aqsa dinilai bukan sekadar aksi keagamaan, melainkan bagian dari upaya terencana untuk memperkuat kendali Israel atas Yerusalem Timur.
“Israel menggunakan acara keagamaan untuk memajukan agenda kolonial dan ekspansionisnya, mengubah status quo historis dan hukum tempat-tempat suci Muslim dan Kristen,” tegas Menlu Palestina, sebagaimana dikutip dari Anadolu.
Baca juga: Sandera Israel Rom Braslavski Kelaparan, Desak Netanyahu Hentikan Perang
Mengapa Masjid Al-Aqsa Jadi Pusat Konflik di Timur Tengah?
Masjid Al-Aqsa kembali menjadi sorotan dunia setelah rencana serbuan massal pemukim ilegal Israel memicu peringatan keras dari Palestina.
Fenomena ini bukan hal baru. Selama puluhan tahun, kompleks suci umat Islam tersebut kerap menjadi titik awal eskalasi konflik Palestina-Israel bahkan memicu ketegangan regional di Timur Tengah.
Masjid Al-Aqsa memiliki posisi unik dan sensitif karena merupakan situs suci ketiga dalam Islam, sekaligus lokasi yang oleh umat Yahudi disebut sebagai Temple Mount.
Kompleks ini berada di Yerusalem Timur, wilayah yang secara hukum internasional diakui sebagai bagian dari Palestina namun diduduki Israel sejak 1967.
Dualitas klaim agama dan politik menjadikannya salah satu tempat paling diperebutkan di dunia.
Sejak perang 1967, status Al-Aqsa diatur dalam kesepakatan status quo: Wakaf Islam bertanggung jawab atas pengelolaan, umat Islam memiliki hak ibadah penuh, sementara umat Yahudi hanya diizinkan berkunjung tanpa melakukan ritual.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kelompok pemukim ekstremis dan politisi sayap kanan Israel mendorong perubahan aturan dengan melakukan ritual Yahudi di dalam kompleks.
Upaya ini memicu bentrokan berulang dan dianggap Palestina sebagai pelanggaran serius terhadap kesepakatan internasional.
Bagi rakyat Palestina, Al-Aqsa bukan sekadar tempat ibadah, melainkan simbol identitas nasional dan eksistensi mereka di Yerusalem Timur.
Setiap serbuan atau pembatasan akses dipandang sebagai serangan langsung terhadap hak mereka atas kota tersebut.
Itulah sebabnya insiden di Al-Aqsa hampir selalu memicu gelombang protes besar di Tepi Barat, Gaza, hingga negara-negara Arab.
Ketegangan di Al-Aqsa juga memiliki dampak strategis yang meluas. Pada Mei 2021, penggerebekan aparat Israel di kompleks masjid pada bulan Ramadhan memicu perang 11 hari antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza.
Situasi serupa berulang setiap kali situs suci ini diserang, menjadikannya titik pemicu eskalasi konflik yang sulit dikendalikan.
Analis menilai, Israel kerap menggunakan ketegangan di Al-Aqsa untuk memperkuat klaim kedaulatan atas Yerusalem Timur dan memperluas pengaruh pemukim ilegal di kawasan tersebut.
Sementara bagi kelompok perlawanan Palestina, masjid ini adalah “garis merah” yang tidak boleh disentuh.
Kementerian Luar Negeri Palestina berulang kali memperingatkan bahwa setiap serangan ke Al-Aqsa bukan hanya masalah Palestina, tetapi ancaman nyata terhadap perdamaian kawasan. “Melindungi Al-Aqsa bukan hanya tanggung jawab Palestina, tetapi kewajiban moral dan hukum seluruh dunia,” tegas Kemenlu dalam pernyataan resminya.
Dengan kompleksitas sejarah, nilai spiritual, dan kepentingan politik yang bertemu di satu titik, Masjid Al-Aqsa tetap menjadi pusat konflik paling sensitif di Timur Tengah.
Setiap gesekan di area ini bukan sekadar insiden lokal, tetapi percikan yang bisa membakar seluruh kawasan.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.