Konflik India dan Pakistan
Dominasi Udara Pakistan Naik, Jet Tempur Rafale India Ditembak Jatuh dengan Rudal PL-15 Buatan China
Jet Rafale India ditembak jatuh oleh rudal PL-15 dari jet J-10C Pakistan, menandai titik balik dominasi udara di Asia Selatan.
TRIBUNNEWS.COM - Jet tempur Rafale milik India dilaporkan ditembak jatuh oleh pesawat tempur J-10C milik Angkatan Udara Pakistan dalam bentrokan udara besar yang terjadi pada 7 Mei 2025 kemarin.
Jet tempur Rafale adalah pesawat tempur multiperan generasi 4.5 bermesin ganda yang dirancang dan diproduksi oleh perusahaan Prancis, Dassault Aviation.
Insiden ini menjadi salah satu pertempuran udara terbesar dalam beberapa dekade terakhir, dengan lebih dari 100 pesawat dari kedua negara terlibat.
Reuters melaporkan, pertempuran bermula setelah India meluncurkan serangan udara ke wilayah Pakistan sebagai respons atas tuduhan keterlibatan Islamabad dalam serangan militan yang menewaskan 26 warga sipil di Kashmir.
Pakistan membantah keterlibatan dalam serangan tersebut.
Sebagai bagian dari operasi balasan, jet J-10C Pakistan menembakkan rudal PL-15 buatan China.
Jet tempur Chengdu J-10C adalah pesawat tempur multiperan, bermesin tunggal, yang diproduksi oleh perusahaan Tiongkok, Chengdu Aircraft Corporation (CAC).
Pesawat ini dikenal dengan nama resmi "Vigorous Dragon" dan merupakan salah satu varian tercanggih dari keluarga J-10.
Pakistan telah mengakuisisi jet J-10C dari Tiongkok untuk memperkuat Angkatan Udara Pakistan (PAF).
Pembelian ini merupakan langkah penting dalam modernisasi armada udara Pakistan.
Rudal PL-15 (atau dikenal sebagai Thunderbolt-15) adalah rudal udara-ke-udara jarak jauh canggih (Beyond Visual Range Air-to-Air Missile/BVRAAM) buatan Tiongkok.
Baca juga: Krisis Energi Meluas, Warga Pakistan Protes Pemadaman Listrik Berkepanjangan
Rudal ini dikembangkan oleh China Airborne Missile Academy (CAMA) dan menjadi salah satu senjata andalan Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF).
Rudal udara-ke-udara berjarak jauh ini diluncurkan dari luar jangkauan deteksi radar India dan menghantam satu jet Rafale—pesawat tempur andalan India buatan Prancis.
Ini adalah pertama kalinya Rafale jatuh dalam pertempuran udara.
Konflik berkepanjangan antara India dan Pakistan berakar pada peristiwa bersejarah Pemisahan India (Partition of India) pada tahun 1947, saat kekuasaan kolonial Inggris di Asia Selatan resmi berakhir.
Kala itu, Inggris membagi wilayah jajahannya menjadi dua negara merdeka berdasarkan agama: India untuk mayoritas Hindu, dan Pakistan untuk mayoritas Muslim.
Pemisahan ini memicu gelombang kekerasan sektarian dan eksodus besar-besaran, di mana jutaan orang terpaksa bermigrasi secara paksa.
Kesalahan Intelijen dan Rasa Aman Palsu
Dua pejabat India mengatakan bahwa para pilot Rafale tidak menyadari mereka telah berada dalam jangkauan tembak rudal PL-15.
Mereka memperkirakan jangkauan rudal hanya 150 kilometer, seperti versi ekspornya, padahal versi yang digunakan Pakistan mampu menjangkau hingga 200 kilometer.
Kesalahan ini menyebabkan keterlambatan reaksi dari pihak India.
"India tidak menyangka akan ditembak dari jarak sejauh itu," kata Justin Bronk dari Royal United Services Institute (RUSI), dikutip dari Reuters.
Militer Pakistan juga menggunakan serangan perang elektronik untuk mengganggu komunikasi jet India.
Selain itu, mereka mengaktifkan sistem “kill chain” yang memungkinkan jet J-10C mendeteksi target melalui radar dari pesawat pengintai lain, tanpa menyalakan radar sendiri.
India Akui Kerugian, Ubah Strategi Serangan
Meski belum ada pernyataan resmi dari pemerintah India soal jatuhnya Rafale, Kepala Staf Angkatan Udara Prancis telah menyatakan bahwa satu Rafale milik India memang hilang, bersama dua jet tempur lainnya termasuk Sukhoi.
Baca juga: Terungkap Bagaimana Pakistan Tembak Jatuh Jet Tempur India Mei Lalu, Bukan Masalah Performa Rafale
Eksekutif Dassault Aviation, produsen Rafale, juga mengonfirmasi kehilangan tersebut.
Reuters mencatat, India segera menyesuaikan strategi militernya.
Delhi membalas dengan meluncurkan rudal BrahMos dan menyerang sembilan pangkalan militer serta fasilitas radar Pakistan pada 10 Mei.
Gencatan senjata dicapai pada hari yang sama setelah mediasi Amerika Serikat.
Pengaruh Global dan Ketertarikan ke Jet Buatan China
Kejadian ini memicu perdebatan soal efektivitas jet buatan Barat.
Saham Dassault Aviation anjlok usai kabar jatuhnya Rafale.
Indonesia, yang sebelumnya memesan Rafale, kini mempertimbangkan untuk membeli jet J-10C buatan China.
Dalam laporan Reuters, delapan pejabat Pakistan dan dua dari India menyebut bahwa keunggulan Pakistan berasal dari koordinasi sistemik dan efisiensi jaringan tempur, bukan sekadar teknologi.
Keterlibatan Tiongkok di Balik Layar?
Wakil Kepala Staf Angkatan Darat India menuduh China membantu Pakistan secara langsung dengan data radar dan satelit selama konflik berlangsung.
Pakistan membantah tuduhan itu.
Militer Tiongkok tidak memberikan tanggapan resmi, namun pejabat militer China dikabarkan telah mengunjungi Pakistan pada Juli untuk mempelajari pemakaian sistem buatan mereka dalam pertempuran nyata.
Militer Pakistan menyatakan bahwa pengalaman tempur mereka telah menarik perhatian besar dari pihak China dalam pengembangan operasi multidomain ke depan.
(Tribunnews.com/ Andari Wulan NugrahanI)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.