Donald Trump Pimpin Amerika Serikat
Mengapa Donald Trump Gemar Membagikan Video Konten Palsu dari AI? Ini Kata Pakar
Donald Trump membagikan video AI Barack Obama ditangkap FBI. Ini bukan video AI pertama yang diunggahnya.
TRIBUNNEWS.COM – Presiden AS Donald Trump kembali mengunggah video konten palsu yang dibuat dengan kecerdasan buatan atau AI di media sosialnya.
Kali ini, video yang diunggah Donald Trump menggambarkan penangkapan mantan Presiden AS Barack Obama.
Video berdurasi 1 menit 26 detik itu diunggah di platform media sosialnya, Truth Social, pada hari Senin (21/7/2025).
Video dimulai dengan cuplikan asli Obama serta politisi senior Partai Demokrat lainnya, baik dari masa lalu maupun yang masih aktif, disertai pernyataan bahwa “tidak ada seorang pun yang kebal hukum.”
Setelah itu, video beralih ke adegan yang tampak menunjukkan Obama ditangkap oleh agen FBI di Ruang Oval, diborgol di hadapan Trump.
Obama lalu ditampilkan berada di balik jeruji besi dengan pakaian tahanan berwarna oranye.
Tentu saja, Obama tidak pernah ditangkap.
Video tersebut sepenuhnya dibuat menggunakan AI.

Bahkan, terdapat watermark yang menunjukkan bahwa video itu berasal dari akun TikTok dengan sekitar 8.000 pengikut, yang secara rutin mengunggah konten sensasional pro-Trump, beberapa di antaranya buatan AI.
Meski konten itu palsu, Trump tetap membagikannya kepada 10,5 juta pengikutnya.
Ini bukan pertama kalinya Trump mengunggah konten AI di media sosial.
Baca juga: Obama Ditangkap FBI, Dipenjara: Video AI yang Dibagikan Trump di Tengah Dugaan Skandal Pemilu
Trump pernah mengunggah foto dirinya yang tampak seperti seorang Paus pada 3 Mei lalu.
Sebelumnya, pada 26 Februari, ia juga membagikan video “Gaza Riviera” yang dibuat dengan bantuan AI.
Video Gaza Riviera memicu kemarahan publik karena menampilkan visi untuk wilayah Jalur Gaza berdasarkan proposal kontroversial yang diajukan Trump pada Februari 2025.
Dalam rencana itu, Trump mengusulkan pengambilalihan penuh serta pembangunan ulang Jalur Gaza oleh Amerika Serikat.
Tujuannya adalah mengubah Gaza menjadi apa yang ia sebut sebagai “Riviera Timur Tengah”, dengan memukimkan kembali warga Palestina dalam proses tersebut.
Banyak organisasi hak asasi manusia dan aktor internasional mengecam keras rencana tersebut, menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional dan bentuk pembersihan etnis.
Jauh sebelum itu, konten berbasis AI juga digunakan dalam kampanye pemilihan ulang Trump.
Ada video yang memperlihatkan dirinya menari bersama miliarder teknologi Elon Musk, hingga gambar-gambar yang menggambarkan kandidat Demokrat Kamala Harris sebagai “komunis bergaya Soviet.”
Ia juga menyebarkan foto-foto penggemar Taylor Swift mengenakan kaus bertuliskan “Swifties for Trump” yang terbukti palsu, meskipun sang penyanyi secara terbuka menyatakan dukungan kepada Kamala Harris.
Lantas, Mengapa Trump Begitu Gemar Membagikan Konten AI Palsu?
Mengutip DW News, menurut Alex Mahadevan, Direktur MediaWise—sebuah program literasi media digital di Poynter Institute, Florida—alasannya serupa dengan apa yang dilakukan para rekannya, yakni untuk berkontribusi pada meme-ifikasi politik.
“Gedung Putih sendiri telah menjadikan gambar buatan AI di media sosial sebagai bagian inti dari strategi keterlibatan audiens mereka,” ujar Mahadevan kepada DW.
“Tujuannya adalah mengejutkan, memancing interaksi. Mereka hanya berusaha tetap relevan. Dan sayangnya, jika melihat keterlibatannya, strategi ini sangat efektif.”
Menjelang pemilihan presiden AS 2024, banyak pengamat khawatir bahwa konten AI akan semakin memperkeruh suasana, sehingga pemilih kesulitan membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak.
Namun, menurut Mahadevan, kekhawatiran itu tidak sepenuhnya terjadi.
Baca juga: Donald Trump Beberkan Rencana untuk Jadikan AS Pemenang dalam Perlombaan AI Dunia, Mencakup 3 Pilar
“Yang sebenarnya dilakukan AI hanyalah menciptakan mesin propaganda yang sangat kuat,” ujarnya.
“Kebanyakan orang bisa langsung tahu bahwa itu buatan AI. Tapi AI bukan dirancang untuk menipu, AI dirancang untuk menyebarkan pesan politik.”
Konten palsu seperti video Obama baru-baru ini, mungkin tidak ditujukan untuk menipu, tetapi lebih untuk memprovokasi: memancing amarah lawan politik sekaligus menguatkan semangat basis pendukung.
“Itu adalah umpan amarah,” kata Mahadevan.
“Cara untuk ‘menguasai kaum liberal’. Saat mereka melihat kubu lawan kesal karena konten yang dibagikan, mereka senang. Mereka seperti menari-nari di atas panggung karena itu.”
Meskipun terdengar kekanak-kanakan, Mahadevan menyebut bahwa ini adalah bentuk komunikasi politik yang sudah mapan.
“Kaum kanan baru, kaum kanan digital, dan mereka yang gemar menyindir telah menjadi bagian besar dari basis pendukung Trump, dan beginilah cara mereka berkomunikasi,” ujarnya.
“Lewat gambar-gambar menarik yang dihasilkan AI. Mereka berbicara kepada basis mereka.”
Namun, ada satu kemungkinan penjelasan terakhir.
Konten-konten palsu itu bisa jadi merupakan cerminan visi dunia yang diharapkan oleh Trump dan para pendukungnya akan menjadi kenyataan.
“Trump dipengaruhi oleh AI sama seperti orang biasa,” kata Mahadevan.
“Anda bisa menggunakan AI untuk mewujudkan masa depan atau versi diri Anda yang Anda impikan.”
“Jadi saya rasa tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Trump dan para pengikutnya menggunakan AI untuk menciptakan gambaran dunia sebagaimana mereka ingin melihatnya.”
Bagaimana Video AI Dibuat?
Video AI dibuat dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan yang mampu mengubah teks, gambar, atau suara menjadi video secara otomatis.
Pengguna dapat memilih platform AI Video Generator dan membuat prompt atau deskripsi teks tentang video yang ingin dibuat.
Salah satu generator video AI yang populer yakni Google Veo 2 dan Veo 3.
Mengutip Tom's Guide, media teknologi yang menyediakan berita teknologi, ulasan, panduan cara, dan perbandingan produk, membuat konten video dengan AI tidak jauh berbeda dengan membuat gambar AI.
Pengguna harus deskriptif dan melukiskan gambar dengan kata-kata.
Perbedaan terbesarnya adalah pengguna juga perlu menentukan gerakan dan menjelaskan bagaimana adegan dan objek dalam adegan tersebut seharusnya bergerak.
Donald Trump Ungkap Rencana untuk Jadikan AS Pemenang dalam Perlombaan AI Dunia
Kecintaan Donald Trump terhadap AI nampaknya juga tercermin dalam kebijakan pemerintahannya.
Donald Trump baru saja merilis rencana strategis terkait program AI pada Rabu (23/7/2025).
Mengutip TIME, rencana tersebut merinci langkah-langkah mengurangi regulasi demi menjadikan AS sebagai pemimpin global dalam bidang teknologi AI.
“Amerika Serikat sedang berlomba untuk mencapai dominasi global dalam kecerdasan buatan (AI). Siapa pun yang memiliki ekosistem AI terbesar akan menetapkan standar global dan meraih manfaat ekonomi serta militer yang luas,” demikian bunyi pengantar dokumen tersebut.
“Sama seperti kita memenangkan perlombaan ke luar angkasa, sangat penting bagi Amerika Serikat dan sekutunya untuk memenangkan perlombaan ini.”
Strategi sepanjang 28 halaman itu diberi judul “Memenangkan Perlombaan: Rencana Aksi AI Amerika” dan berfokus pada tiga “pilar” utama.
Ketiga pilar tersebut mencakup percepatan inovasi AI, pembangunan infrastruktur AI domestik, serta menjadikan AS sebagai pemimpin AI global.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.