Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia dan Ukraina Sepakati Pertukaran Tawanan Perang, tapi Gagal Capai Titik Temu Gencatan Senjata

Rusia dan Ukraina sepakat menukar 1.200 tawanan perang, tapi gagal capai titik temu soal gencatan senjata dan pertemuan pemimpin.

RNTV/TangkapLayar
VLADIMIR PUTIN - Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat untuk menyambut Utusan Khusus Amerika Serikat (AS) sebelum pembicaraan mereka di Moskow pada 25 April 2025. Setelah pertemuan itu, Putin mendadak mengumumkan gencatan senjata dengan Ukraina selama 3 hari pada 8 hingga 10 Mei 2025. Perintah gencatan senjata dari Rusia ini ditolak Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. 

TRIBUNNEWS.COM - Rusia dan Ukraina sepakat melanjutkan pertukaran tawanan perang dalam pertemuan singkat di Istanbul, Turki pada Rabu (23/7/2025).

Meski demikian, kedua negara ini gagal mencapai kesepakatan terkait gencatan senjata dan kemungkinan pertemuan tingkat presiden.

Pertemuan berlangsung hanya 40 menit. Hal ini menjadikan sesi paling singkat dari seluruh perundingan sebelumnya.

"Kami telah mencapai kemajuan di jalur kemanusiaan, namun belum ada kemajuan dalam penghentian permusuhan," kata kepala delegasi Ukraina, Rustem Umerov, dikutip The Guardian.

Ukraina mengusulkan pertemuan langsung antara Presiden Volodymyr Zelensky dan Presiden Vladimir Putin sebelum akhir Agustus, sebagai upaya membuka jalan diplomatik yang lebih konkret.

Umerov mengatakan, persetujuan terhadap proposal ini akan menjadi sinyal bahwa Moskow siap bersikap konstruktif. Namun, pihak Rusia belum menyambut usulan tersebut.

Kepala delegasi Rusia, Vladimir Medinsky, menilai pertemuan antar kepala negara sebaiknya hanya dilakukan untuk menandatangani kesepakatan akhir, bukan membuka ulang seluruh pembahasan.

Ia juga kembali menawarkan serangkaian gencatan senjata singkat selama 24 hingga 48 jam, khusus untuk evakuasi jenazah.

Sebaliknya, Ukraina menginginkan gencatan senjata yang lebih panjang dan menyeluruh.

Pertukaran Tawanan dan Jenazah Disepakati

Meski buntu soal gencatan senjata, kedua pihak sepakat untuk menukar setidaknya 1.200 tawanan perang dari masing-masing pihak.

Baca juga: Rusia Pesimis dalam Negosiasi Putaran Ketiga dengan Ukraina

Rusia juga menawarkan pengembalian 3.000 jenazah tentara Ukraina, sebagai bagian dari kesepakatan kemanusiaan lanjutan.

Medinsky menambahkan, Moskow sedang meninjau daftar 339 anak Ukraina yang diklaim diculik oleh Rusia.

Ia membantah tuduhan itu dan menyebut anak-anak tersebut dipindahkan demi keselamatan mereka selama perang.

"Beberapa anak telah dipulangkan. Sisanya akan dikembalikan jika orang tua atau wali sah ditemukan," ujarnya, dikutip dari CBC News.

Umerov menyambut kemajuan tersebut, namun kembali menekankan pentingnya pembebasan warga sipil, termasuk anak-anak.

Pihak Ukraina menyatakan sekitar 19.000 anak telah dideportasi secara paksa ke wilayah Rusia.

Gagal Capai Titik Temu Gencatan Senjata

Gagalnya kesepakatan gencatan senjata terjadi di tengah meningkatnya tekanan internasional.

Presiden AS Donald Trump sebelumnya memberi tenggat 50 hari kepada Rusia untuk mencapai kesepakatan damai, dengan ancaman sanksi lebih berat bagi Moskow dan negara-negara yang masih mengimpor ekspornya.

Namun Kremlin bersikap dingin.

Tiga sumber kepada Reuters menyatakan bahwa Putin tidak terpengaruh ultimatum tersebut dan bertekad melanjutkan perang sampai Barat memenuhi tuntutan teritorial Rusia.

Sebelum pertemuan Istanbul, Kremlin memang telah mengecilkan ekspektasi publik.

Posisi kedua belah pihak dinilai masih terlalu berjauhan, terutama menyangkut wilayah pendudukan dan status politik Ukraina.

Putin Tolak Pertemuan Puncak

Upaya Ukraina untuk mempertemukan Zelensky dan Putin sejauh ini belum membuahkan hasil.

Putin menolak tantangan tersebut dan menyatakan tidak menganggap Zelensky sebagai pemimpin sah.

Baca juga: Serangan Drone dan Rudal Skala Besar Rusia Hancurkan Tiga Peluncur Rudal Patriot dan Radar Ukraina

Menurut Putin, Ukraina belum menggelar pemilu baru setelah masa jabatan lima tahun Zelensky berakhir tahun lalu di tengah darurat militer.

Meski begitu, relasi antara Trump dan Zelensky membaik setelah ketegangan di Gedung Putih pada Februari.

Belakangan, Trump disebut makin frustrasi terhadap Putin karena tak kunjung menunjukkan sinyal damai.

(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved