Sabtu, 4 Oktober 2025

Analis Beberkan 4 Faktor Penyebab Pasar Saham Saudi Anjlok Selama Semester Pertama 2025

Pasar saham Saudi turun 7,25 persen pada paruh pertama 2025. Analis menyebut ketegangan geopolitik dan harga minyak jadi pemicu utama.

Freepik
BENDERA ARAB SAUDI - Foto ini diambil dari Freepik pada Jumat (21/3/2025). Foto ini menunjukkan ilustrasi bendera Arab Saudi. Analis keuangan mengidentifikasi empat faktor utama di balik kemerosotan Pasar saham Arab Saudi, apa saja? 

TRIBUNNEWS.COM - Pasar saham Arab Saudi mengalami tekanan berat selama enam bulan pertama 2025, mencatat penurunan indeks sebesar 7,25 persen atau turun 872 poin, ditutup di level 11.163.

Pada akhir 2024, indeks berada di angka 12.036. Penurunan ini menyebabkan kapitalisasi pasar anjlok sekitar $266 miliar (SAR 1,07 triliun) menjadi SAR 9,1 triliun.

Analis keuangan mengidentifikasi empat faktor utama di balik kemerosotan pasar saham Arab Saudi.

Pertama, ketegangan geopolitik regional.

Kedua, sengketa perdagangan antara AS, Tiongkok, dan Eropa.

Ketiga, volatilitas harga minyak.

Keempat, tingginya suku bunga.

Dr Suleiman Al-Humaid Al-Khalidi, analis keuangan sekaligus anggota Asosiasi Ekonomi Saudi, menyebut fluktuasi indeks selama semester pertama sangat signifikan.

"Indeks naik ke 12.500 poin, lalu turun hampir 2.000 poin sebelum pulih ke sekitar 11.260," ujarnya, dikutip dari Asharq Al-Awsat.

Ia menjelaskan bahwa harga minyak sempat turun ke 56 dolar AS per barel.

Sementara suku bunga tinggi membuat biaya pembiayaan melonjak ke kisaran 7,5 persen–9 persen, tertinggi dalam sejarah Saudi.

Baca juga: Selain JP Morgan, BlackRock dan Vanguard Juga Tambah Kepemilikan Saham BBRI

Meskipun sektor perbankan mencetak rekor laba, hal ini gagal mengangkat indeks secara keseluruhan.

Al-Khalidi memperkirakan akan ada tiga kali pemangkasan suku bunga dengan total 0,75 poin persentase pada tahun depan.

Jika terjadi, suku bunga diproyeksikan turun ke sekitar 3,75 persen, yang bisa memicu pemulihan likuiditas dan mendorong indeks kembali ke kisaran 12.000 hingga 13.500 poin.

Di sisi lain, Mohamed Hamdy Omar, CEO G-World, menyebut penurunan ini bukan kejutan.

Menurutnya, konflik dagang global serta pendapatan minyak yang menurun menjadi faktor besar.

Tarif balasan antara kekuatan ekonomi dunia disebut telah menurunkan kepercayaan investor global.

Omar menambahkan bahwa defisit anggaran Saudi pada kuartal pertama mencapai SAR 58,7 miliar, yang turut memperburuk ketatnya likuiditas.

Volume perdagangan juga anjlok lebih dari 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Ia juga menyoroti pengaruh perubahan kebijakan pajak tanah dan meningkatnya risiko keamanan di kawasan.

Meski begitu, Omar memperkirakan pasar Saudi akan mulai pulih secara bertahap pada semester kedua 2025.

Optimisme ini didasarkan pada kemungkinan penurunan suku bunga global, stabilisasi harga minyak, serta kelanjutan investasi publik dalam proyek besar.

“Arab Saudi tetap menjadi salah satu pasar paling stabil berkat regulasi dan kebijakan proaktif yang menarik investor asing,” tegasnya.

Siapa yang menetapkan suku bunga di Arab Saudi?

Penentu suku bunga di Arab Saudi adalah Bank Sentral Arab Saudi (Saudi Central Bank/SAMA), dilansir bis.org.

Baca juga: Wall Street Anjlok, Saham Otomotif Hingga Teknologi Terjun Bebas Imbas Tarif Impor Trump

Namun, karena riyal Saudi dipatok ke dolar AS pada kurs tetap sekitar 3,75 riyal per dolar, bank sentral Saudi biasanya menyesuaikan suku bunga mengikuti langkah Federal Reserve (Fed) AS.

Alasannya:

  • Menjaga nilai tukar tetap stabil.
  • Menghindari aliran modal keluar masuk yang tidak terkendali.
  • Kalau Fed menaikkan bunga tapi Saudi tidak, investor bisa memindahkan dananya ke AS demi bunga lebih tinggi.
  • Jadi untuk mempertahankan patokan mata uang itu, Saudi biasanya menaikkan atau menurunkan suku bunga sejalan dengan Fed.

(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved