Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Publik Israel Murka, Smotrich Berjoget di Hari Para Tentara IDF yang Tewas di Beit Hanoun Dikuburkan

Menteri Keuangan Bezalel Smotrich terekam menari di atas panggung bersama penyanyi Hasidic, Avraham Fried di hari para tentara Israel dikuburkan

Tangkap layar YouTube MEE
BEZELEL SMOTRICH. Foto merupakan tangkap layar yang diambil pada Kamis (13/2/2025) dari YouTube Middle East Eye (MEE), yang menampilkan profil Bezalel Smotrich. Menteri dari kelompok sayap kanan ultrakonservatif pendukung Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ini panen kecaman karena menari di hari para tentara Israel dikuburkan. 

Publik Israel Murka, Smotrich Menari di Hari Para Tentara IDF yang Tewas di Beit Hanoun Dikuburkan

TRIBUNNEWS.COM - Badai kemarahan publik meletus di Israel menyusul laporan kalau sejumlah pejabat senior pemerintah menghadiri acara-acara perayaan pada malam yang sama saat empat tentara Israel yang tewas dalam insiden Beit Hanoun, Gaza Utara dimakamkan.

Menurut laporan media Israel, Ynet, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich terekam menari di atas panggung bersama penyanyi Hasidic, Avraham Fried, dalam sebuah konser di Kolam Sultan, Yerusalem, pada Selasa (8/7/2025) malam. 

Pertunjukan tersebut berlangsung hanya beberapa jam setelah pemakaman empat tentara yang gugur, semuanya dari batalion Netzach Yehuda.

Baca juga:  Empat Ledakan Beruntun, Detail Penyergapan Al Qassam Berujung 19 Tentara Israel Tewas dan Terkapar

 


Meskipun Fried mendedikasikan beberapa lagu untuk mengenang para korban, tarian publik Smotrich memicu kemarahan.

Kantornya kemudian menyatakan, pertunjukan tersebut telah dijadwalkan sebelumnya dan bahwa sang pendeta hadir bersama kedua anaknya.

Smotrich bukan satu-satunya pejabat yang menghadiri perayaan malam itu.

Menteri senior Likud Yariv Levin, Nir Barkat, Idit Silman, dan Mai Golan hadir di bar mitzvah putra Freddy Malik.

Malik adalah mantan wakil walikota Nesher dan anggota penting Komite Sentral Likud.

Sejumlah anggota Knesset Likud juga bergabung dalam acara tersebut, bersama Menteri Ze'ev Elkin dari partai Gideon Sa'ar.

Waktu kemunculan mereka menuai kecaman dari netizen dan dari tokoh oposisi, yang menuduh para menteri bersikap tidak peka di tengah masa berkabung nasional.

Pasukan Israel (IDF) mengevakuasi tentara mereka yang terluka dalam pertempuran. Dalam sebuah insiden penyergapan, milisi perlawanan Palestina yang dimotori Brigade Al Qassam dan Brigade Al Quds, sebanyak empat IDF dilaporkan tewas dan lima lainnya luka-luka serius di Lingkungan Shejaiya, Kota Gaza, Jumat (28/6/2024).
Pasukan Israel (IDF) mengevakuasi tentara mereka yang terluka dalam pertempuran. Dalam sebuah insiden penyergapan, milisi perlawanan Palestina yang dimotori Brigade Al Qassam dan Brigade Al Quds, sebanyak empat IDF dilaporkan tewas dan lima lainnya luka-luka serius di Lingkungan Shejaiya, Kota Gaza, Jumat (28/6/2024). (khaberni/HO)

Darah IDF Tumpah Seperti Air

Tentara Israel dilaporkan terus bertumbangan di Jalur Gaza karena serangan gerilyawan Hamas.

Terbaru, pada hari Selasa kemarin, (7/7/2025), ada lima personel Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang tewas.

Seorang pejabat pertahanan Israel menyebut kelimanya dijemput maut setelah ada bom meledak di tengah operasi militer IDF di Beit Hanoun, Gaza utara.

Adapun korban luka mencapai 14 orang. Dua di antaranya terluka parah. Tak hanya itu, tentara Israel juga diberondong tembakan saat berusaha mengevakuasi korban terluka.

Menurut Associated Press, tewasnya kelima tentara IDF itu terjadi dua minggu setelah Israel melaporkan ada tujuh tentara yang dibunuh oleh seorang pejuang Hamas.

Eyal Berkovich, seorang jurnalis terkenal Israel, mengkritik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas banyaknya tentara IDF yang tumbang.

“Anda (Netanyahu) mengkhotbahkan kemenangan total. Setiap minggu kita mengubur 10 tentara,” ujar Berkovich menyindir, dikutip dari Maariv.

“Sudah berbulan-bulan saya katakan bahwa para tentara ini mati sia-sia di tangan Netanyahu. Kedua tangannya berlumuran darah. Dia mengirim mereka tidak untuk apa pun kecuali melindungi pantatnya.”

Istri Netanyahu, Sara, turut menjadi target sindiran Berkovich. Jurnalis itu meminta Sara untuk menghadiri pemakaman tentara Israel dan menemui keluarganya.

Lalu, Berkovich menyarankan IDF untuk memobilisasi pasukannya.

“Hingga kita memobilisasi pasukan dan mengepung Hamas, kita tidak akan bisa menundukkan Hamas,” ujar Berkovic.

Baca juga: Gaza Kini Jadi The Wild West, Tentara Israel: Semua Harus Dibunuh jika Lewati Garis

“Darah tentara tak bisa ditumpahkan seperti air. Caranya tidak seperti itu. Pada akhirnya kita harus mencapai keputusan.”

Salah satu kolonel IDF yang bernama Hezi Nehama turut menyoroti banyaknya tentara Israel yang tewas.

Dalam percakapan di radio 103FM, Nehama meminta militer Israel mengubah rencana militer di Gaza. Dengan nada frustrasi, dia juga mengklaim metode yang digunakan Israel tidak efektif.

Seperti Berkovic, Nehama mengatakan Israel harus memobilisasi seluruh personel IDF di selatan Poros Netzarim dan Morag demi menundukkan Hamas.

“Hamas harus dikepung penuh. Untuk pertama kalinya kita akan menutup pipa air dan tidak menyalurkan bantuan kemanusiaan,” ujar Nehama.

Dia mengklaim sandera yang ditahan Hamas tidak boleh menjadi satu-satunya pertimbangan dalam strategi perang Israel di Gaza.

“Ratusan tentara dibunuh di sana.”

Kata dia, setiap orang mengambil risiko dalam perang. Sebagai contoh, ada 29 warga sipil Israel yang tewas dalam perang Israel-Iran bulan kemarin.

Nehama juga mengungkapkan alasan Israel belum juga menerapkan “rencana jenderal”. Rencana jenderal adalah usulan strategi pengepungan yang disampaikan oleh eks jenderal Israel yang bernama Giora Eiland.

Dalam rencana itu, Israel akan mengevakuasi penduduk Gaza utara. Lalu, Israel akan menganggap semua orang yang tersisa di sana sebagai kombatan. Dengan demikian, Israel bisa punya dalih untuk menghalangi bantuan kemanusiaan yang disalurkan ke sana.

“Saya tahu dua alasan rencana itu tidak diterapkan. Pertama, IDF memilih inisiatifnya sendiri untuk memperketat hukum internasional. Saya mengetahuinya dan saya tidak sependapat.”

“Saya berbicara dengan komandan divisi di Gaza. Mereka berpikir bahwa cara mereka beroperasi sangatlah buruk dan mengerikan.”

Menurut dia, IDF masih mengklaim bahwa penyaluran bantuan kemanusiaan di tempat yang berisi warga sipil dan pejuang Hamas wajib dilakukan.

Yang kedua adalah kekhawatiran yang berlebihan mengenai nyawa sandera yang ditahan Hamas.

“Di area mana pun yang ada dua atau tiga sandera, IDF tidak mendekat. Kalian tidak bisa berperang dengan cara seperti itu. Itu mustahil. Hamas mengirimkan pesan kepada IDF dan berkata: Jika kalian meneruskan operasi ini, sandera akan diserang,” ucap Nehama.

(oln/rntv/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved