Konflik Palestina Vs Israel
AS Perluas Jejak Militer Bangun Pangkalan Baru di Israel, Isyarat perang ?
AS tengah membangun infrastruktur militer strategis termasuk pangkalan udara, markas pasukan hingga gudang amunisi di Israel senilai 3,8 milar dolar
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) tengah membangun serangkaian infrastruktur militer strategis di Israel, termasuk pangkalan udara, markas pasukan khusus, dan gudang amunisi.
Informasi ini mencuat usai dokumen Korps Zeni Angkatan Darat AS mempublikasikan dokumen daring terkait pembangunan infrastruktur militer AS di Israel.
Dalam dokumen tender yang diajukan, tercatat lebih dari 20 proyek konstruksi yang sedang berjalan atau akan segera dimulai di berbagai wilayah Israel.
Adapun proyek ini dibiayai sepenuhnya melalui bantuan militer tahunan AS kepada Israel yang bernilai 3,8 miliar dolar AS, sebagaimana dikutip dari Haaretz, Rabu (9/7/2025).
Selain membangun markas baru untuk unit komando laut Shayetet 13, rencananya AS juga turut membangun infrastruktur untuk mendukung operasi pesawat pengisian bahan bakar dan helikopter baru milik Angkatan Udara Israel. Serta merenovasi pusat perawatan kendaraan tempur lapis baja.
Dalam upaya menjaga kerahasiaan, dokumen tender tidak menyebutkan lokasi proyek secara eksplisit.
Nama-nama lokasi diganti dengan kode khusus dan informasi lokasi hanya diberikan secara lisan kepada kontraktor pada sesi orientasi lapangan.
Meski demikian, dokumen tender tetap memuat rincian teknis sangat lengkap, mulai dari jenis baut, ketebalan beton, hingga tata letak jalur akses.
Bahkan, beberapa dokumen menyertakan peta dan foto udara yang secara tidak langsung mengungkap lokasi proyek.
Menariknya beberapa dokumen menyebut proyek ini sebagai bagian dari program "Tama 38" dan "Tama 58".
Korps Zeni membantah kaitan proyek tersebut dengan program perkuatan bangunan sipil maupun penanganan limbah di Palestina. Kedua kode itu diklaim hanya digunakan sebagai penamaan internal proyek.
Dengan memperkuat fasilitas militer di wilayah Israel, AS dan Israel juga mengirim sinyal kepada lawan-lawan strategis mereka seperti Iran, Hizbullah di Lebanon, dan Hamas di Gaza bahwa mereka memiliki kapasitas militer untuk merespons secara cepat dan besar-besaran jika terjadi serangan.
Baca juga: Empat Ledakan Beruntun, Detail Penyergapan Al Qassam Berujung 19 Tentara Israel Tewas dan Terkapar
Selain itu pembangunan pangkalan udara, markas pasukan komando, gudang amunisi, dan infrastruktur pendukung lainnya menunjukkan bahwa AS dan Israel tengah mempersiapkan diri untuk skenario militer di masa depan.
Namun, ini lebih merupakan langkah antisipatif dan defensif, bukan deklarasi ofensif
Pembangunan Fasilitas Militer Bukan Hal Baru
Mencuatnya isu pembangunan infrastruktur militer oleh Amerika Serikat di wilayah Israel kembali menjadi sorotan publik.
Namun, catatan menunjukkan bahwa keterlibatan militer AS dalam membangun fasilitas strategis di Israel bukanlah hal baru, melainkan telah berlangsung selama beberapa dekade.
Diketahui, sejak tahun 1980-an, Washington secara konsisten membangun dan membiayai fasilitas militer di Israel sebagai bagian dari kemitraan strategis kedua negara.
Langkah ini terutama dipercepat setelah Perjanjian Camp David tahun 1978 yang mendorong penguatan hubungan militer antara AS dan Israel.
Pada era 1980-an, AS mulai menyediakan dukungan logistik dan teknis untuk pembangunan sejumlah fasilitas militer Israel, seperti bunker rudal, gudang logistik, dan pusat komando dibangun dengan pendanaan langsung dari pemerintah AS.
Memasuki tahun 2012, salah satu proyek penting yang terungkap ke publik saat media Israel melaporkan keberadaan fasilitas militer bawah tanah rahasia bernama “Situs 911” yang dibangun oleh AS di Pangkalan Udara Nevatim.
Proyek ini disebut bernilai puluhan juta dolar AS dan dibiayai melalui jalur resmi militer AS.
Kompleks tersebut diyakini digunakan sebagai pusat komunikasi dan koordinasi logistik yang memungkinkan keterlibatan bersama antara pasukan Israel dan AS dalam situasi darurat.
Selanjutnya pada 2017, AS dan Israel menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang menetapkan komitmen bantuan militer senilai 38 miliar dolar AS untuk jangka waktu 10 tahun, terhitung sejak 2019 hingga 2028.
Dana ini digunakan untuk membeli persenjataan, memperkuat sistem pertahanan rudal, serta membiayai pembangunan berbagai fasilitas militer.
Puncaknya, pada tahun 2025, AS dikonfirmasi tengah membangun lebih dari 20 proyek militer besar di berbagai wilayah Israel.
Baca juga: Tentara IDF Terus Bertumbangan di Gaza, Jurnalis: Tiap Minggu Israel Kubur 10 Tentara
Bukti Hubungan AS-Israel Erat
Keterlibatan langsung AS dalam membangun infrastruktur militer menandakan bahwa hubungan kedua negara bukan sekadar aliansi politik, tetapi juga melibatkan kerja sama militer yang mendalam dan aktif.
Ini bukan hanya dukungan dalam bentuk senjata atau dana, tapi juga campur tangan langsung dalam pembangunan kekuatan pertahanan Israel.
AS tidak sembarangan membangun fasilitas militer di negara lain, apalagi dengan standar dan teknologi tinggi.
Pemberian akses semacam itu kepada Israel menunjukkan tingkat kepercayaan dan koordinasi intelijen yang sangat tinggi antara kedua negara.
(Tribunnews.com/Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.