Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Hamas Diisukan Runtuh: 95 Persen Pemimpin Tewas, Tak Lagi Kendalikan Gaza

Hamas diisukan runtuh usai 95 jenderal dan pemimpin tertinggi termasuk Yahya Sinwar tewas, jadi korban serangan rudal Israel sejak 7 Oktober 2023

Anews/File
SAYAP MILITER HAMAS - Hamas diisukan runtuh usai 95 jenderal dan pemimpin tertinggi termasuk Yahya Sinwar tewas, jadi korban serangan rudal Israel sejak 7 Oktober 2023. Tanpa pemimpin, organisasi militer seperti Hamas akan kesulitan bergerak dan mengambil keputusan cepat. Alhasil Hamas kehilangan kontrol fisik atas tempat-tempat penting yang dulu menjadi basis operasional mereka. 

TRIBUNNEWS.COM – Militan sayap kanan asal Palestina, Hamas diisukan runtuh usai sejumlah jenderal dan pemimpin tertinggi termasuk Yahya Sinwar tewas, jadi korban serangan rudal Israel.

Isu mencuat usai seorang pejabat senior Hamas berpangkat letnan kolonel mengungkap kepada BBC News bahwa kelompok tersebut telah kehilangan kendali atas 80 persen wilayah Jalur Gaza setelah para pemimpin Hamas tewas.

Adapun jumlah pemimpin Hamas yang telah dinyatakan tewas mencapai sekitar 95 persen sejak pecahnya perang besar dengan Israel pada 7 Oktober 2023.

Tanpa pemimpin, organisasi militer seperti Hamas akan kesulitan bergerak dan mengambil keputusan cepat.

Alhasil Hamas kehilangan kontrol fisik atas tempat-tempat penting yang dulu menjadi basis operasional mereka.

Sebaliknya Israel justru semakin menguasai banyak wilayah strategis di Gaza, termasuk kota-kota seperti Rafah dan Khan Younis.

“Mari kita bersikap realistis di sini, hampir tidak ada yang tersisa dari struktur keamanan. Sebagian besar pimpinan, sekitar 95 persen, sekarang sudah tewas. Tokoh-tokoh yang aktif semuanya telah tewas,” ujar perwira tersebut, dilansir dari The Times Of Israel.

“Tidak ada kepemimpinan, tidak ada komando, tidak ada komunikasi. Gaji tertunda, dan ketika gaji tiba, gaji tersebut hampir tidak dapat digunakan. Beberapa orang meninggal hanya karena mencoba mengambilnya. Ini adalah kehancuran total,” imbuhnya.

Kelompok Bersenjata Mulai Membelot

Situasi semakin rumit karena muncul kelompok-kelompok bersenjata lain di Gaza yang mulai melawan kekuasaan Hamas.

Baca juga: Perang Saudara Sesama Palestina Pecah di Gaza: Hamas Cs Cap Yasser Abu Shabab Pengkhianat

Pernyataan tersebut diperkuat oleh wawancara pemimpin milisi Yasser Abu Shabab dengan lembaga penyiaran Arab Israel, Makan.

Ia mengonfirmasi bahwa pasukannya kini bekerja sama dalam tingkat tertentu dengan militer Israel (IDF), bahkan tidak menutup kemungkinan akan terjadi perang saudara dengan Hamas.

Aksi membelot ini dilakukan milisi Yasser Abu Shabab, mewakili kelompok yang kecewa dan menolak dominasi Hamas.

Mereka menilai gaya kepemimpinannya yang otoriter dan tertutup, dianggap gagal menyelamatkan rakyat dari penderitaan yang pada akhirnya menyebabkan kehancuran besar dan jatuhnya ribuan korban.

Kondisi darurat seperti ini, yang membuat Abu Shabab dan kelompoknya memilih jalur pragmatis: berkoordinasi dengan IDF untuk menjaga keamanan wilayah yang dikuasainya sendiri lantaran melihat bahwa Hamas tak lagi mampu mengatur atau melindungi wilayah Gaza.

Gencatan Senjata Buntu

Di tengah isu runtuhnya kekuasaan Hamas, upaya internasional untuk mendorong gencatan senjata antara Hamas dan Israel masih terus dilakukan.

Hamas mengatakan bahwa mereka telah memberikan "tanggapan positif" kepada para mediator, terkait tiga tuntutan yang diajukan dalam perundingan gencatan senjata.

Diantaranya pembebasan 10 tawanan Israel yang masih hidup yang ditahan Hamas dan jenazah 18 orang lainnya sebagai ganti warga Palestina yang ditawan di penjara Israel, kemudian penarikan militer Israel.

Serta penghentian Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) dan tuntutan atas jaminan internasional bahwa serangan Israel di Gaza tidak akan terulang.

Namun pada sesi pertama perundingan gencatan senjata tidak langsung antara Hamas dan Israel di Qatar berakhir tanpa hasil.

Alasannya, pihak Israel yang menghadiri perundingan itu tidak memiliki mandat yang cukup untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas.

“Setelah sesi pertama negosiasi tidak langsung di Doha, delegasi Israel tidak memiliki otoritas yang memadai dan tidak diberi mandat untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas, karena mereka tidak memegang kekuasaan nyata,” kata dua sumber Palestina kepada Reuters pada Senin dini hari, 7 Juli 2025.

Hal ini berbanding terbalik dengan pernyataan Benjamin Netanyahu sebelumnya, yang mengatakan negosiator Israel dalam perundingan gencatan senjata memiliki instruksi yang jelas untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan syarat-syarat yang telah diterima Israel.

(Tribunnews.com/Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved