Selasa, 30 September 2025

Gerah dengan Politik di AS, Elon Musk Umumkan Pendirian Partai Amerika

"Hari ini, Partai Amerika (America Party) dibentuk untuk mengembalikan kebebasan Anda." cuit Elon Musk melalui unggahannya di X.

Penulis: Bobby W
Editor: Tiara Shelavie
Facebook The White House
ELON MUSK - Gambar diambil dari Facebook White House pada Minggu (1/6/2025), memperlihatkan CEO Tesla Elon Musk, yang keluar dari kepemimpinan DOGE di bawah pemerintahan Trump, mengangkat hadiah kunci emas pada hari perpisahannya di Gedung Putih pada hari Jumat (30/5/2025). Sehari setelah ia bertanya kepada pengikutnya di platform X terkait perlukah dibentuknya sebuah partai politik baru di AS pada hari Jumat (4/7/2025) Musk menyatakan dalam unggahannya pada Sabtu (5/7/2025) bahwa ia resmi membuat partainya sendiri. 

TRIBUNNEWS.COM - Persahabatan yang retak antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mendorong sosok Elon Musk, yang dulu mendanainya, untuk membuat sebuah terobosan yang tak terduga pada Sabtu waktu setempat (5/7/2025).

Sosok yang pernah menjadi donatur baik bagi Partai Demokrat maupun Partai Republik ini memutuskan untuk mengumumkan pembentukan partai politik baru akhir pekan ini.

Sehari setelah ia bertanya kepada pengikutnya di platform X terkait perlukah dibentuknya sebuah partai politik baru di AS pada hari Jumat (4/7/2025) Musk menyatakan dalam unggahannya pada Sabtu  bahwa ia resmi membuat partainya sendiri.

"Hari ini, Partai Amerika (America Party) dibentuk untuk mengembalikan kebebasan Anda," cuit Elon Musk melalui unggahannya di X.

Dalam cuitannya dia juga menyinggung terkait hasil jajak pendapat yang ia buat sehari sebelumnya.

"Dengan rasio 2 banding 1, Anda menginginkan partai politik baru, dan itulah yang akan Anda dapatkan!" tulisnya.

Pengumuman dari Musk ini sendiri muncul setelah Trump menandatangani RUU pemotongan pajak dan belanja yang disusunnya sendiri pada Jumat.

RUU tersebut selama ini dengan tegas ditentang oleh Musk yang menilai aturan tersebut akan membuat Amerika bangkrut.

Keduanya kemudian berselisih hebat karena perbedaan pendapat tentang RUU tersebut.

Musk menjabarkan polemik tersebut saat ia menjawab secara blak-blakan di X terkait hal yang membuatnya berubah dari mendukung Trump menjadi menyerangnya,

"Meningkatkan defisit dari $2 triliun di bawah Biden menjadi $2,5 triliun. Ini akan membuat negara bangkrut." cuit Musk.

Baca juga: Elon Musk Ancam Buat Parpol Baru untuk Saingi Partai Republik, Menentang RUU Pajak dan Belanja Trump

Ia juga mengatakan langkah yang diambilnya mengacu pada sejarah kenaikan kekuatan rakyat Yunani di masa lampau dari penjajahan semena-mena kaum kelas atas.

"Cara kita menghancurkan sistem unipartai adalah dengan menggunakan varian strategi Epaminondas yang menghancurkan mitos inviolabilitas Sparta di Leuktra: Kekuatan yang sangat terkonsentrasi pada lokasi tepat di medan perang." ungkap Musk.

Kisi-kisi pembentukan Partai Baru dari Elon Musk ini sendiri bisa dibilang sudah terendus cukup lama.

Sebelumnya Musk pernah mengatakan bahwa ia akan mendirikan partai politik baru dan menghabiskan dana untuk menggulingkan anggota legislatif yang mendukung RUU tersebut.

Tak tinggal diam, Trump pun mulai melakukan perlawanan ke mantan donatur kampanye-nya di Pilpres 2024 tersebut.

Trump awal pekan ini telah mengancam akan memutus subsidi miliaran dolar yang diterima perusahaan Musk dari pemerintah federal.

Perseteruan dengan Trump, yang sering digambarkan sebagai konflik antara orang terkaya dan paling berkuasa di dunia ini juga telah menyebabkan beberapa kali penurunan tajam harga saham Tesla.

Harga saham melonjak setelah Trump terpilih kembali pada November dan mencapai rekor tertinggi lebih dari 488 dolar pada Desember, sebelum kehilangan lebih dari separuh nilainya pada April dan ditutup minggu lalu pada 315,35 dolar.

Meskipun Musk memiliki dana besar, memecahkan dominasi duopoli Partai Republik-Demokrat akan menjadi tugas berat, mengingat partai-partai tersebut telah menguasai kehidupan politik AS selama lebih dari 160 tahun.

Sementara itu, tingkat elektabilitas Trump dalam jajak pendapat selama masa jabatan kedua umumnya masih saja stabil di atas 40 persen, meskipun kebijakannya sering memicu perpecahan.

(Tribunnews.com/Bobby)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved