Senin, 6 Oktober 2025

7 Negara Anggota G7: AS, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang hingga Inggris, Siapa Paling Kuat?

G7 memainkan peran besar dalam menentukan arah kebijakan ekonomi global, geopolitik, hingga perubahan iklim. Siapa saja anggotanya?

Anadolu Agency
G7. Gambar diambil dari Anadolu Agency, Rabu (2/7/2025), menunjukkan bendera dari negara-negara anggota G7 yang terdiri dari Amerika Serikat, Jerman, Kanada, Jepang, Inggris, Italia, Prancis. Siapa anggota G7 paling kuat? 

TRIBUNNEWS.COM - Kelompok Tujuh atau G7 adalah forum informal yang terdiri dari tujuh negara demokrasi maju dengan perekonomian terbesar di dunia.

Meski tanpa sekretariat permanen, G7 memainkan peran besar dalam menentukan arah kebijakan ekonomi global, geopolitik, hingga perubahan iklim.

Dibentuk pertama kali pada tahun 1975, G7 awalnya hanya terdiri dari enam negara: Prancis, Jerman Barat, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.

Kanada kemudian bergabung setahun setelahnya, menjadikan forum ini dikenal sebagai Group of Seven.

Uni Eropa juga turut hadir dalam setiap pertemuan sebagai anggota non-resmi (non-enumerated member) sejak tahun 1977.

Hingga kini, G7 mewakili sekitar 10 persen populasi dunia.

G7 menyumbang sekitar 44 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) global secara nominal.

Negara-negara anggota G7 juga dikenal memiliki sistem demokrasi mapan, teknologi tinggi, dan pengaruh militer yang signifikan.

Berikut daftar tujuh negara anggota G7 lengkap dengan data populasi dan kekuatan ekonomi terbaru menurut Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia:

Daftar 7 Negara Anggota G7

1. Amerika Serikat

Baca juga: G7 Desak Perundingan Nuklir Iran Dimulai Lagi: Teheran Tidak Boleh Punya Senjata Nuklir

Sebagai ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat memimpin daftar negara anggota G7.

Pada 2025, nilai PDB nominal negara ini diperkirakan mencapai 30,5 triliun dolar AS dengan pendapatan per kapita sekitar 87.978 dolar AS.

Dipimpin oleh Presiden Donald Trump dalam periode keduanya, AS memainkan peran dominan dalam hampir setiap pertemuan G7, termasuk dalam isu tarif dagang dan kebijakan luar negeri.

2. Jepang

Satu-satunya negara Asia dalam kelompok ini, Jepang memiliki PDB sekitar 4,19 triliun dolar AS.

Perdana Menteri Shigeru Ishiba kini memimpin negara dengan teknologi mutakhir dan industri otomotif yang sangat kuat.

Jepang juga rutin menjadi tuan rumah pertemuan G7, terakhir pada 2023.

3. Jerman

Sebagai ekonomi terbesar di Eropa, Jerman memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas fiskal dan kebijakan energi kawasan.

Dengan populasi lebih dari 83 juta jiwa dan PDB sebesar 4,74 triliun dolar AS, Jerman di bawah Kanselir Friedrich Merz kini fokus pada transisi energi hijau dan reformasi ekonomi pasca-COVID.

4. Inggris

Di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Keir Starmer, Inggris tetap menjadi kekuatan global meski telah keluar dari Uni Eropa (Brexit).

PDB negara ini mencapai sekitar 3,84 triliun dolar AS, menjadikannya salah satu ekonomi terbesar dalam G7 dan mitra penting dalam kebijakan pertahanan NATO.

5. Prancis

Prancis merupakan anggota pendiri G7 dan kerap menjadi penggerak dalam isu-isu global seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, dan keamanan global.

Di bawah Presiden Emmanuel Macron, PDB Prancis diperkirakan mencapai 3,21 triliun dolar AS pada 2025.

Baca juga: Tak Hadiri Forum KTT G7, Presiden Prabowo: Saya Sudah Komitmen Hadir di SPIEF 2025

6. Italia

Italia sering kali menghadapi tantangan fiskal dan utang, namun tetap menjadi bagian penting dari G7.

Dengan PDB sekitar 2,42 triliun dolar AS dan populasi sekitar 59 juta jiwa, Italia kini dipimpin oleh Perdana Menteri Giorgia Meloni.

7. Kanada

Sebagai anggota termuda G7, Kanada kini dipimpin oleh Perdana Menteri Mark Carney.

Negara ini memiliki PDB sebesar 2,23 triliun dolar ASdan mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi di antara anggota G7 pada 2025, yakni sekitar 2,4 persen.

Kanada juga menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 ke-51 yang digelar pada 15–17 Juni 2025 di Kananaskis, Alberta.

KTT G7 ke-51 di Kanada

Pertemuan G7 tahun ini diwarnai berbagai isu panas, termasuk perang Israel-Iran, dukungan untuk Ukraina, serta ketegangan perdagangan antara AS dan Kanada.

Perdana Menteri Mark Carney mengumumkan dukungan tambahan senilai 2 miliar dolar Kanada untuk Ukraina, meski Amerika Serikat tidak mengumumkan bantuan baru dalam pertemuan tersebut.

Presiden Trump bahkan memutuskan meninggalkan pertemuan lebih awal karena ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Akibatnya, para pemimpin G7 gagal mengeluarkan pernyataan bersama yang tegas terkait Ukraina maupun kebijakan global lainnya.

Meski begitu, masing-masing negara tetap menegaskan komitmen mereka terhadap prinsip demokrasi, perdagangan terbuka, dan kerja sama keamanan.

 Mengapa Negara G7 Tetap Dominan?

Baca juga: Di Hadapan Putin, Prabowo Ungkap Alasan Pilih Rusia Ketimbang KTT G7: Jangan Ditafsirkan Macam-macam

Walau jumlah anggota hanya tujuh, G7 tetap dianggap sebagai barometer utama kebijakan ekonomi global.

Kelompok ini memiliki kekuatan finansial, teknologi, dan militer yang besar, serta pengaruh signifikan dalam badan-badan internasional seperti IMF dan Bank Dunia.

Dengan tantangan global yang semakin kompleks—mulai dari konflik militer, perubahan iklim, hingga kecerdasan buatan—G7 diperkirakan akan terus menjadi forum penting dalam menentukan arah dunia.

(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved