Konflik Iran Vs Israel
Saat China 'Main 2 Kaki' Antara Iran dan Israel
China tidak benar-benar menunjukkan sikapnya saat Iran dan Israel perang di hari pertama pada 13 Juni 2025 lalu.
TRIBUNNEWS.COM, IRAN - Sejumlah negara di dunia terbelah, mendukung Iran atau Israel.
Sikap itu nampak saat Iran dan Israel berperang dalam 12 hari ini, sebelum akhirnya mencapai gencata senjata.
Namun tidak demikian halnya dengan China.
Negara komunis itu tidak benar-benar menunjukkan sikapnya saat Iran dan Israel perang di hari pertama pada 13 Juni 2025 lalu.
China baru berkomentar saat Amerika Serikat (AS) menyerang tiga fasilitas nuklir Iran pada Sabtu, 21 Juni 2025.
Cina, melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri dan Duta Besarnya untuk PBB, Fu Cong, baru bersikap tegas dengan mengutuk keras serangan AS ke Iran kala itu.
Hari ini, Rabu (25/6/2025), pemerintah China berharap proses gencatan senjata antara Iran dan Israel terus berlangsung dan damai.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Guo Jiakun mengatakan cara-cara militer tidak akan menyelesaikan konflik.

Lalu apa posisi China terhadap Israel dan Iran? Terlibat hubungan dagang dengan Iran dan Israel.
Iran saat ini jelas masuk dalam proyek raksasa China "Satu Sabuk, Satu Jalan" atau Inisiatif Belt and Road China.
Ini adalah proyek ambisius yang digagas oleh Presiden China Xi Jinping 2013 lalu.
Ya, proyek yang disebut sebagai 'Jalur Sutera' era modern ini akan menghubungkan ratusan negara di dunia, termasuk China.
Kerjasama China dengan Iran dan Israel
Kerjasama China dengan Iran termasuk komitmen Iran untuk memastikan pasokan minyak yang stabil.
China pada gilirannya berjanji untuk menginvestasikan $400 miliar selama 25 tahun ke depan di berbagai bidang ekonomi Iran seperti infrastruktur transportasi, produksi sektor riil, produksi minyak dan gas, serta di klaster kimia untuk memproses hidrokarbon dan memperoleh bahan baku sekunder.
Perjanjian tersebut juga menyiratkan penguatan kerja sama di bidang militer dan keamanan siber.
Perlu dicatat bahwa Iran yang kena embargo ekonomi barat (Amerika Cs) sejak belasan tahun lalu menyerahkan pasarnya untuk barang-barang China yang lebih murah.
Diantaranya, produksi mobil dan barang-barang konsumen.
Mobil-mobil Tiongkok dengan cepat masuk Iran dan meninggalkan produk-produk barat.
Barang-barang Tiongkok (tekstil, peralatan dapur, dll) dengan mudah memenuhi pasar Iran dengan harga yang lebih murah.
"Amerika mendirikan pangkalan militer di mana-mana tapi Tiongkok membanjiri pasar dengan barang-barang murah dan terjangkau. Mereka akan menguasai pasar global".
Menurut perkiraan Pusat Penelitian Ekonomi dan Bisnis Inggris (CEBR), program 'Jalur Sutera' China ini akan menambah $7,1 triliun ke PDB dunia setiap tahun.
Proyek ini secara langsung dan tidak langsung melibatkan 165 negara, yang memiliki total utang sebesar $385 miliar ke Tiongkok.
Masuk akal untuk berasumsi bahwa China mengubah koridor transportasi dan infrastruktur mereka yang sebenarnya yang berfungsi untuk kepentingan Tiongkok.
Main dua kaki juga terlibat dagang dengan Israel
China tak hanya merupakan mitra penting secara ekonomi dengan Iran.
'China main 2 kaki' dengan juga merupakan mitra dagang yang setia bagi Israel.
Bahkan Israel memiliki pusat ekonomi dan budaya di Taipei.
Israel termasuk negara yang tidak mengakui kemerdekaan Taiwan, ini membuat China senang.
Meskipun mitra dagang terbesar Israel adalah Amerika Serikat akan tetapi perdagangan China-Israel tumbuh dengan sangat pesat.
Tahun lalu, total omzet perdagangan Israel mencapai lebih dari $150 miliar.
Dimana negara tersebut memperoleh $61,7 miliar dari ekspor dan membelanjakan $91,5 miliar untuk impor.
Ada ketidakseimbangan besar dalam hubungan dengan China, dengan Israel mengekspor barang senilai $2,8 miliar dan membeli $19 miliar.
Tiongkok tidak membeli produk pertanian dari Israel (seperti AS), tetapi peralatan optik dan elektromekanis, sirkuit terpadu, instrumen pengukuran, dan telepon seluler.
Pabrik elektronik konsumen terbesar di dunia membeli telepon seluler Modu dan Solarin dari Israel.
Farmasi lokal dan perdagangan berlian juga menyumbang volume ekspor yang signifikan.
Ada pula pertukaran teknologi.
Misalnya China membeli dan menggunakan hasil pengembangan Israel di bidang fotovoltaik (panel surya), robotika, dan pengolahan air.
Di antaranya China melakukan apa yang disebut pembiayaan awal di Israel.
Ini adalah investasi pada perusahaan rintisan dan perusahaan yang masih dalam tahap awal pengembangan dengan risiko tinggi, sementara jika berhasil, investasi tersebut memiliki laba yang sangat tinggi, yang tidak ada bandingannya dengan investasi pada bisnis yang sudah mapan.
Sebaliknya, Israel mengimpor mobil dan kendaraan listrik, berbagai macam barang elektronik, komputer canggih, baja, logam gulung, dan berbagai produk logam.
Sumber: RIA Novosti/IRNA
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.