Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Erdogan Yakin Israel Ogah AS dan Iran Mesra dengan Luncurkan Serangan Dadakan untuk Rusak Diplomasi

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan meyakini bahwa Israel tak mau jika nantinya AS dan Iran mesra setelah melakukan diplomasi nuklir.

Arif Hüdaverdi Yaman/Anadolu Agency
SABOTASE PERUNDINGAN NUKLIR - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberikan pidato di Kocaeli, Turkiye pada 07 September 2024. Erdogan yakin Israel tak ingin Amerika Serikat (AS) dan Iran berdamai dengan menyabotase perundingan nuklir. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan merasa yakin bahwa Israel tak mau Amerika Serikat (AS) dan Iran berdamai.

Israel, kata Erdogan, tak mau jika perundingan nuklir antara AS dan Iran bisa membuat hubungan keduanya mesra.

Maka dari itu, lanjut Erdogan, Israel melakukan serangan dadakan terhadap Iran pada Jumat (13/6/2025) lalu.

Mengutip Reuters, Erdogan yang berbicara di depan para menteri luar negeri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Sabtu (21/6/2025), menyebut tindakan Israel itu menandakan bahwa negara Zionis tersebut tidak ingin menyelesaikan masalah melalui diplomasi.

Bahkan, Erdogan mendesak negara-negara yang memiliki pengaruh terhadap Israel untuk tidak mendengarkan "racun" Israel.

Erdogan juga meminta negara-negara tersebut untuk mencari solusi pertempuran melalui dialog tanpa membiarkan konflik yang lebih luas.

Ia mengimbau negara-negara Muslim untuk meningkatkan upaya mereka untuk menjatuhkan tindakan hukuman terhadap Israel berdasarkan hukum internasional dan resolusi PBB.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan mengatakan bahwa Israel tengah membawa kawasan Timur Tengah menuju "bencana total".

Pada pertemuan OKI, Fidan menyerukan negara-negara Muslim untuk bersatu dalam mendukung Iran melawan Israel.

"Sayangnya pertemuan ini diadakan pada saat dunia Islam sedang sangat menderita."

"Israel, yang telah menodai Gaza dengan darah, kini menyerang Iran."

Baca juga: Iran Skeptis, Sulit Percaya AS Lagi setelah Israel Mulai Perang, sebut Negosiasi Nuklir Cuma Kedok

"Kita harus membahas langkah bersama untuk mengakhiri penderitaan ini," kata Fidan, dikutip dari Al Jazeera.

Puluhan Pesawat Militer AS ke Timur Tengah

Puluhan pesawat militer AS telah dilacak terbang menuju Timur Tengah dalam beberapa hari terakhir, Sky News melaporkan mengutip data penerbangan.

Insiden ini terjadi ketika Washington mempertimbangkan kemungkinan keterlibatan dalam konflik antara Israel dan Iran.

Antara Senin dan Kamis, 52 pesawat militer AS terpantau di atas Mediterania timur, dengan 25 pesawat melewati Bandara Chania di pulau Kreta, Yunani—meningkat delapan kali lipat dibandingkan awal Juni.

Pesawat-pesawat tersebut termasuk pesawat pengangkut, pesawat pengisian bahan bakar, dan pesawat pengintai.

Dikutip dari Iran International, Forbes McKenzie, kepala McKenzie Intelligence, mengatakan bahwa aktivitas tersebut menunjukkan "peningkatan kemampuan tempur" di wilayah tersebut.

Jet tempur tambahan, termasuk F-22 Raptor dan F-35, juga telah dilaporkan, meskipun pergerakan mereka biasanya tidak tercermin dalam data pelacakan publik.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memberikan ultimatum keras terhadap Iran.

Trump mengatakan, Iran akan diberi waktu selama dua minggu apakah mereka mau bernegosiasi atau memilih jalan untuk AS ikut berperang dengan Israel.

Sekretaris pers Gedung Putih, Karoline Leavitt mengatakan, Trump masih ingin melihat apakah Iran ingin membuka pintu diplomasi sebelum AS ikut berperang.

Hal tersebut dilakukan Trump, lanjut Leavitt, karena presiden ingin mencegah eskalasi besar di Timur Tengah.

Trump bertemu dengan tim keamanan nasional teratasnya di Situation Room pada Kamis (19/6/2025) — pertemuan ketiga dalam tiga hari.

Ia serius mempertimbangkan untuk bergabung dalam perang, tetapi ingin memastikan tiga hal:

Baca juga: Warga Asing Ramai-ramai Tinggalkan Israel dan Iran, Evakuasi Besar-besaran Sedang Dilakukan

Pertama, Trump ingin memastikan bahwa serangan militer AS benar-benar diperlukan.

Kedua bahwa operasi itu tidak akan menyeret AS ke dalam perang berkepanjangan di Timur Tengah.

Lalu yang ketiga adalah hal tersebut akan mencapai tujuan menghancurkan program nuklir Iran.

"Saya mendapat pesan langsung dari presiden: 'Berdasarkan fakta bahwa ada kemungkinan negosiasi substansial yang mungkin terjadi atau tidak dengan Iran dalam waktu dekat, saya akan membuat keputusan apakah akan melakukannya atau tidak dalam dua minggu ke depan'," kata Leavitt, dikutip dari Axios.

Leavitt menjelaskan bahwa setiap kesepakatan diplomatik harus memastikan bahwa Iran tidak dapat memperkaya uranium atau membangun senjata nuklir.

Pesan konsisten Iran kepada AS sejak Israel memulai serangannya seminggu yang lalu adalah mereka tidak akan terlibat dalam pembicaraan lebih lanjut dengan AS sampai operasi Israel yang sedang berlangsung berakhir, dua sumber yang mengetahui pesan tersebut mengatakan.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved