Konflik Iran Vs Israel
Seruan Ganti Rezim Iran Kian Menguat, Gampang Diucap, tapi Sulit Dijalankan
Desakan internasional untuk mengganti rezim Iran makin kuat, tapi riwayat sejarah, kekuatan militer, dan oposisi yang terpecah jadi hambatan utama.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Endra Kurniawan
Sebagian pakar percaya bahwa bahkan jika revolusi rakyat terjadi, kekuatan militer bisa mengambil alih dan membentuk pemerintahan transisional yang represif—mirip dengan pola di negara-negara lain.
Dunia Internasional: Tidak Satu Suara
Sementara beberapa negara Barat mengutuk keras Iran, lainnya memperingatkan agar tidak mendorong perubahan rezim tanpa rencana pasca-transisi yang matang.
Dalam KTT G7 terbaru, Prancis menolak keras dukungan terhadap pemberontakan militer, sementara Jerman menyebut Iran sebagai “negara sponsor terorisme”, tetapi tetap menghindari dorongan terbuka terhadap perubahan rezim.
“Pengalaman Irak dan Libya menunjukkan bahwa menggulingkan pemimpin tanpa rencana hanya menciptakan kekosongan kekuasaan,” kata analis kebijakan luar negeri Prancis, Jean-Luc Brière.
Risiko Kekosongan Kekuasaan
Kekhawatiran terbesar dari skenario perubahan rezim adalah vacuum kekuasaan. Iran adalah negara multietnis dan multikultur dengan sejarah panjang ketegangan sektarian.
Baca juga: Ekonomi Israel Ngeblur Imbas Perang Kontra Iran, Militernya Kuras Nyaris Rp 24 T dalam 48 Jam
Kekosongan pemerintahan bisa memicu konflik sipil berkepanjangan, seperti yang terjadi di Suriah dan Irak pasca-2003.
“Perubahan sistem di Iran hanya akan berhasil jika berasal dari dalam, melalui tekanan sipil damai dan reformasi bertahap,” kata sejarawan Iran-Amerika, Dr Neda Moaveni, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (19/6/2025).
(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.