Senin, 29 September 2025

Konflik Iran Vs Israel

Seruan Ganti Rezim Iran Kian Menguat, Gampang Diucap, tapi Sulit Dijalankan

Desakan internasional untuk mengganti rezim Iran makin kuat, tapi riwayat sejarah, kekuatan militer, dan oposisi yang terpecah jadi hambatan utama.

X Khamenei/@khamenei_ir
ALI KHAMENEI - Foto ini diambil dari akun X Khamenei pada Kamis (13/3/2025) memperlihatkan Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, bertemu dengan sejumlah pimpinan dan fakultas Universitas Shahid Motahari di Teheran pada 3 Juli 2024. Pada Rabu (12/3/2025), Khamenei menyampaikan pidato yang menantang keinginan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk negosiasi perjanjian nuklir yang baru. Transisi rezim Iran sulit terwujud: oposisi terpecah, militer kuat, risiko vacum kekuasaan nyata. 

TRIBUNNEWS.COM - Desakan untuk mengganti rezim di Iran semakin keras terdengar, baik dari dalam negeri maupun luar.

Berbagai pakar memperingatkan bahwa pergantian rezim di negara tersebut sangat sulit terwujud.

Hal ini mengingat kuatnya sistem keamanan, perpecahan oposisi dan riwayat kelam campur tangan luar di masa lalu.

Sejarah yang Tak Bersahabat

Sebagian pengamat menyoroti bahwa upaya mengganti pemerintahan dengan intervensi asing sering kali justru membawa kehancuran.

Martin Kettle dari The Guardian menyebut bahwa ide menggulingkan rezim Iran adalah “gagasan indah, tapi hampir mustahil,” mengacu pada kegagalan di Irak, Libya, dan Afghanistan.

“Orang-orang yang mudah berbicara tentang perubahan rezim harus belajar dari sejarah."

"Intervensi Barat jarang menciptakan demokrasi yang stabil,” tulis Kettle, dikutip dari The Guardian, Kamis (19/6/2025).

Oposisi Iran: Beragam, tapi Terpecah

Di tengah tekanan terhadap pemerintahan ulama di Iran, berbagai kelompok oposisi bermunculan.

Di luar negeri, Reza Pahlavi—anak dari Shah Iran yang terguling—secara vokal menyerukan perubahan.

Baca juga: Rincian Mesin Tempur AS yang Dikirim ke Timur Tengah saat Perang Iran-Israel: Jet hingga Kapal

Tetapi, dukungannya di dalam negeri tetap terbatas.

Warga Iran, yang lebih fokus pada ekonomi dan keamanan, masih skeptis terhadap tokoh-tokoh eksil.

Di dalam negeri, aktivis seperti jurnalis Narges Mohammadi dan rapper Toomaj Salehi mewakili wajah perlawanan rakyat.

Represi yang brutal terhadap demonstrasi besar pada 2009 dan 2022 membuat pergerakan sipil terhambat.

Tentara dan Garda Revolusi: Pilar Rezim

Salah satu rintangan utama dalam perubahan rezim di Iran adalah kekuatan militer dan Garda Revolusi Islam (IRGC), yang sangat setia pada pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Tanpa restu atau dukungan dari mereka, transisi kekuasaan hampir mustahil terjadi.

Sebagian pakar percaya bahwa bahkan jika revolusi rakyat terjadi, kekuatan militer bisa mengambil alih dan membentuk pemerintahan transisional yang represif—mirip dengan pola di negara-negara lain.

Dunia Internasional: Tidak Satu Suara

Sementara beberapa negara Barat mengutuk keras Iran, lainnya memperingatkan agar tidak mendorong perubahan rezim tanpa rencana pasca-transisi yang matang.

Dalam KTT G7 terbaru, Prancis menolak keras dukungan terhadap pemberontakan militer, sementara Jerman menyebut Iran sebagai “negara sponsor terorisme”, tetapi tetap menghindari dorongan terbuka terhadap perubahan rezim.

“Pengalaman Irak dan Libya menunjukkan bahwa menggulingkan pemimpin tanpa rencana hanya menciptakan kekosongan kekuasaan,” kata analis kebijakan luar negeri Prancis, Jean-Luc Brière.

Risiko Kekosongan Kekuasaan

Kekhawatiran terbesar dari skenario perubahan rezim adalah vacuum kekuasaan. Iran adalah negara multietnis dan multikultur dengan sejarah panjang ketegangan sektarian.

Baca juga: Ekonomi Israel Ngeblur Imbas Perang Kontra Iran, Militernya Kuras Nyaris Rp 24 T dalam 48 Jam

Kekosongan pemerintahan bisa memicu konflik sipil berkepanjangan, seperti yang terjadi di Suriah dan Irak pasca-2003.

“Perubahan sistem di Iran hanya akan berhasil jika berasal dari dalam, melalui tekanan sipil damai dan reformasi bertahap,” kata sejarawan Iran-Amerika, Dr Neda Moaveni, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (19/6/2025).

(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan