Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Kepala Intelijen Garda Revolusi Islam Iran dan 2 Jenderal Tewas oleh Serangan Israel

Kepala intelijen Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran dan dua jenderal lainnya tewas dalam serangan Israel ke Iran pada hari Minggu, 15 Juni 2025.

Penulis: Choirul Arifin
Tehran Times
RUDAL IRAN MENGHAJAR PELABUHAN LAUT HAIFA - Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) melancarkan serangan rudal balistik terhadap rezim Israel kesembilan kalinya pada Minggu malam, 15 Juni 2025. Operasi tersebut menembakkan sedikitnya 30 sampai 50 rudal dan menargetkan lokasi strategis di Haifa, gurun Negev, dan Kiryat Gat, yang mengakibatkan kerusakan signifikan pada infrastruktur militer dan ekonomi Israel. 

 

TRIBUNNEWS.COM - Kepala intelijen Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran dan dua jenderal lainnya dikabarkan tewas dalam serangan Israel ke Iran pada hari Minggu, 15 Juni 2025.

Serangan Israel terbaru ke menghantam Kota Teheran dan kota-kota Iran lainnya pada hari ketiga serangan secara berturut-turut, saat Iran melancarkan serangan balasan terhadap Israel.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dikutip Aljazeera mengatakan respons Iran akan berhenti ketika Israel menghentikan serangannya terhadap Iran.

Iran mengatakan sedikitnya 224 orang telah tewas sejak Israel melancarkan serangan. Di Israel, sedikitnya 13 orang dinyatakan tewas.

Israel dan Iran telah terlibat dalam baku tembak sengit selama tiga hari berturut-turut.

Menurut layanan darurat Israel Magen David Adom, serangan Iran telah menewaskan sedikitnya sepuluh orang, sehingga jumlah korban tewas menjadi 13 orang.

Data lain menyebutkan, serangan Israel telah menyebabkan sedikitnya 406 kematian dan 654 luka-luka di Iran, mengutip keterangan kelompok Aktivis Hak Asasi Manusia.

Namun Pemerintah Iran belum merilis angka korban resmi.

Mengutip Tehran Times, serangan menargetkan sedikitnya lima jenderal IRGC dan sembilan ilmuwan di rumah mereka, menewaskan mereka bersama puluhan warga sipil yang sedang tidur di gedung yang sama.

Iran yakin pembunuhan ini akan "memenggal" pimpinan militer Iran, mencegah pembalasan—atau setidaknya menundanya untuk masa mendatang.

Para ilmuwan tersebut dibunuh untuk memastikan bahwa, setelah Israel menghancurkan fasilitas nuklir Iran, negara tersebut tidak dapat segera membangun kembali programnya. Namun, tidak satu pun prediksi rezim tersebut menjadi kenyataan.

Pemimpin Revolusi Islam, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei, dengan cepat menggantikan para jenderal yang gugur.

Dalam pesan video ia meyakinkan rakyat Iran bahwa angkatan bersenjata akan membuat rezim "tak berdaya." Dan itulah yang sebenarnya terjadi.

Sementara itu, Iran bersiap melawan operasi militer Israel untuk "mematikan mesin perang rezim tersebut seperti dinyatakan seorang pejabat keamanan senior Iran kepada Russia Today hari Minggu.

Baca juga: Iran Konfirmasi Tewasnya Kepala Intelijen IRGC dan Wakilnya dalam Serangan Udara Israel

"Iran telah mempersiapkan diri untuk perang yang panjang," kata pejabat itu. Menurut sumber itu, jutaan orang Iran berunjuk rasa di jalan-jalan pada hari Sabtu, menentang serangan Yerusalem Barat, dan menuntut pembalasan.

"Ini merupakan dukungan penting bagi Iran untuk melanjutkan tindakannya dengan kekuatan," pejabat itu menambahkan.

Pejabat itu menguraikan daftar panjang target potensial Iran di "wilayah pendudukan," yang mencakup tempat tinggal rahasia para pemimpin pemerintah Israel, fasilitas energi, pabrik yang memasok pesawat militer, dan infrastruktur komando dan kontrol yang penting.

Garda Revolusi paramiliter Iran mengatakan bahwa rudal negara itu telah menargetkan fasilitas produksi bahan bakar untuk jet tempur Israel, sebuah klaim yang tidak diakui oleh Israel.

Baca juga: Kabar Buruk untuk Israel: Pakar Sebut Iran Bahkan Belum Tembakkan Rudal Terampuhnya

Iran melancarkan Operasi True Promise 3 pada hari yang sama saat para pemimpin militernya terbunuh.

Sejak Jumat kemarin, rudal Iran telah menghantam puluhan pangkalan militer dan mata-mata di Israel setiap malam, dengan sebagian besar berhasil menghindari intersepsi—meskipun Barat dan Arab mendukung rezim tersebut.

Seorang anggota parlemen Iran menyatakan di TV nasional bahwa operasi tersebut akan terus berlanjut hingga rezim tersebut runtuh.

Serangan Israel ke Situs Nuklir Iran

Serangan Israel terhadap situs nuklir Iran menyebabkan beberapa kerusakan di atas tanah, serangan tersebut gagal menembus fasilitas bawah tanah yang dibentengi.

Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan setelah pembantaian para ilmuwan nuklir, akademisi dan mahasiswa mengatakan bahwa mereka akan menunjukkan kepada Israel dan dunia apa kemampuan nuklir Iran yang sebenarnya.

Setidaknya tiga jet tempur Israel telah ditembak jatuh, dan dua pilot kini ditawan di Iran.

Jadi, apa yang dilakukan Israel ketika rencananya gagal dan menghadapi pembalasan yang tak henti-hentinya? Israel kembali ke taktik lamanya: menargetkan warga sipil dan infrastruktur yang mereka andalkan.

Media lokal melaporkan pada hari Minggu bahwa pesawat tanpa awak yang dioperasikan Israel, senjata yang sebagian besar digunakan oleh agen rezim di dalam Iran, menyerang pipa air utama di Teheran utara, mengganggu pasokan.

Insiden itu mengikuti gelombang serangan Israel yang menargetkan infrastruktur energi Iran. Sehari sebelumnya, pesawat tanpa awak menghantam dua kilang gas di Iran selatan dan beberapa lokasi penyimpanan bahan bakar di Teheran.

Pada hari Minggu, pesawat tanpa awak Israel kembali menyerang bangunan tempat tinggal di ibu kota. Di kota timur Mashhad, mereka menargetkan bandara dan dalam serangan terpisah dan tidak biasa, sebuah kandang kuda di Provinsi Kermanshah barat terkena serangan, menewaskan lebih dari 50 hewan.

Korban tewas manusia dari serangan tanpa henti ini kini telah melampaui 300, dengan lebih banyak nyawa yang hilang saat kekerasan menyebar di seluruh Iran.

Para pemimpin dunia mendesak untuk melakukan de-eskalasi guna mencegah perang habis-habisan. Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengutuk serangan Israel terhadap Iran dan menyatakan keprihatinan atas eskalasi lebih lanjut.

Dalam panggilan telepon dengan Presiden AS Donald Trump pada hari Sabtu, Putin menegaskan kembali kesediaan Moskow untuk memfasilitasi negosiasi.

Pembicaraan nuklir yang dimediasi Oman antara Teheran dan Washington dijadwalkan pada hari Minggu; namun, pembicaraan tersebut dibatalkan setelah serangan Israel. Trump tidak mengesampingkan kemungkinan untuk melanjutkan negosiasi, dengan mengatakan, "Mereka ingin membuat kesepakatan. Mereka sedang berbicara."

Sumber: Aljazeera/Tehran Times/Russia Today

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved