Kecelakaan Pesawat Air India
Ingin Peluk Anak di London, Pasangan Lansia Tewas dalam Tragedi Jatuhnya Air India di Ahmedabad
Pasangan lansia Mahadev dan Asha Pawar tewas dalam kecelakaan Air India saat hendak bertemu anak mereka di London.
Ia adalah pria warga negara Inggris keturunan India yang duduk di dekat pintu darurat.
Saat ini ia menjalani perawatan intensif.
Air India menyatakan duka mendalam dan menyediakan tim pendamping bagi keluarga korban. Mereka juga mengaktifkan hotline khusus, serta menyatakan akan berkoordinasi penuh dalam penyelidikan penyebab kecelakaan.
Pesawat Modern, Nasib Tragis
Pesawat yang digunakan adalah Boeing 787-8 Dreamliner berusia 12 tahun, yang telah mencatatkan lebih dari 41.000 jam terbang.
Menurut data Cirium, pesawat ini telah terbang 165 jam hanya dalam 21 penerbangan sepanjang Juni.
Pesawat ini sebenarnya termasuk dalam jajaran pesawat paling canggih dan efisien. Namun tragedi ini menjadi kecelakaan fatal pertama bagi jenis 787 sejak diluncurkan.
Dampaknya langsung terasa: harga saham Boeing jatuh hingga 4,2 persen, disusul penurunan saham pemasoknya, Spirit AeroSystems dan GE Aerospace, masing-masing 2%. Tragedi ini terjadi tepat sebelum ajang Paris Air Show, tempat Boeing seharusnya unjuk gigi.
Baca juga: Begini Kata Vishwas Kumar Ramesh, Satu-satunya Korban Selamat dari Pesawat Air India Jatuh & Meledak
Ratusan Keluarga, Satu Luka Bersama
Dari total 242 penumpang dan kru, diketahui terdapat 169 warga India, 53 warga Inggris, 7 warga Portugal, dan 1 warga Kanada.
Semua jenazah kini tengah melalui proses identifikasi DNA oleh otoritas India.
Kisah Mahadev dan Asha hanyalah satu dari ratusan cerita kehilangan dalam musibah ini. Tapi kisah mereka menyentuh nurani siapa pun yang pernah merindukan keluarga.
Pasangan lansia ini tidak membawa apa-apa selain cinta dan kerinduan. Namun langit memisahkan mereka dari pelukan yang seharusnya terjadi.
Tidak semua perjalanan berakhir di tujuan. Bagi Mahadev dan Asha, langit Ahmedabad menjadi akhir dari rindu yang belum sempat mereka sampaikan.
Mereka hanya ingin memeluk anaknya. Dunia harus tahu bahwa itu bukan sekadar angka—itu adalah cinta yang terbakar di langit.
Hindustan Times/Tribunnews
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.