Konflik Iran Vs Israel
Harga Minyak Dunia Meledak, Diproyeksi Tembus 120 Dollar AS Usai Jet Israel Gempur Iran
Harga minyak mentah diperdagangan pasar global naik, diproyeksi mencapai level 120 dolar AS atau Rp1,9 juta per barel usai Israel gempur nuklir Iran
TRIBUNNEWS.COM - Harga minyak mentah diperdagangan pasar global naik tajam setelah Israel melancarkan serangan udara ke Iran, Jumat (13/6/2025).
Adapun kenaikan harga minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate
melesat lebih dari 7 persen mencapai level tertinggi sejak Januari setelah Israel menyerang fasilitas nuklir Iran.
Berkait kenaikan ini minyak jenis Brent naik 5,29 dolar AS atau 7,63 persen, menjadi 74,65 dolar AS per barel pada pukul 01.42 GMT setelah mencapai level tertinggi intraday di kisaran 75,32 dolar AA, level tertinggi sejak 2 April.
Kenaikan serupa juga terjadi pada perdagangan minyak mentah West Texas Intermediate yang naik 5,38 dolar AS, atau 7,91 persen ke level 73,42 dolar AS, tertinggi sejak 3 Februari.
Lonjakan ini menjadi yang tertinggi dalam lebih dari dua bulan terakhir, dan sekaligus menandai kebangkitan tajam dari tren turun selama Mei dan awal Juni lalu.
Mengutip laporan CNBC International, serangan Israel ke Iran menjadi pemicu utama lonjakan harga minyak.
Ini terjadi karena konflik mengancam kestabilan pasokan energi global, terutama dari kawasan Timur Tengah yang merupakan jantung produksi dan distribusi minyak dunia.
Serangan Israel menimbulkan kekhawatiran bahwa Iran akan melakukan aksi balasan, termasuk mengganggu lalu lintas tanker minyak yang melewati selat tersebut.
Meski Iran bukan satu-satunya negara yang terdampak konflik. Ketegangan ini bisa menyeret negara-negara Teluk lain seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang juga merupakan eksportir minyak utama.
Jika konflik meluas, maka produksi dan pengiriman dari negara-negara ini dapat terganggu, sehingga mempersempit pasokan global.
Ketegangan tersebut yang kemudian membuat para trader minyak langsung bereaksi, menaikkan harga kontrak berjangka untuk mengantisipasi gangguan pasokan jangka pendek.
Baca juga: Pemerintah Indonesia Mengutuk Keras Serangan Israel Terhadap Iran
“Serangan Israel terhadap Iran telah meningkatkan premi risiko lebih lanjut,” kata analis energi senior MST Marquee, Saul Kavonic.
“Konflik perlu meningkat ke titik pembalasan Iran terhadap infrastruktur minyak di kawasan tersebut sebelum pasokan minyak benar-benar terdampak secara material,” imbuhnya.
Harga Minyak Dunia Bisa Tembus 120 Dollar AS Per Barrel
Analis memperingatkan bahwa jika eskalasi konflik antara Israel dan Iran terus berlanjut, harga minyak mentah dunia berpotensi melonjak hingga mencapai level 120 dolar AS atau Rp 1.9 juta per barel.
Prediksi ini didasarkan pada sejumlah faktor fundamental dan geopolitik yang sangat mempengaruhi pasar energi global.’
Termasuk adanya potensi gangguan di Selat Hormuz. ika ketegangan militer menyebabkan Iran menutup atau mengganggu jalur ini, maka pasokan global akan langsung terganggu, dan harga akan melonjak tajam.
Mengingat sekitar 20 persen dari seluruh minyak dunia yang diekspor lewat laut melewati Selat Hormuz, yang berada di selatan Iran.
Alasan tersebut yang mendorong harga minyak mentah naik, apabila lonjakan harga minyak terus meroket maka akan memicu kenaikan harga BBM, inflasi, biaya produksi industri, dan logistik global.
Semua itu pada akhirnya memperburuk kondisi ekonomi yang sudah rapuh pasca pandemi dan perang di Ukraina.
Israel Kerahkan Ratusan Jet Tempur Massif
Militer Israel mengerahkan sekitar dua pesawat tempur dalam serangan udara besar-besaran ke Iran dalam upaya menghancurkan program senjata nuklir Teheran.
Israel tak merinci senjata apa saja yang digunakan dalam serangan ini.
Namun menurut informasi sejumlah sumber Israel mengerahkan berbagai jet tempur canggih dalam serangan udara besar-besaran ke Iran.
PM Netanyahu menegaskan bahwa operasi militer ini tidak bersifat satu kali, melainkan akan terus berlanjut selama dibutuhkan.
“Operasi ini akan terus berlanjut selama diperlukan untuk menghilangkan ancaman ini,” katanya.
Ia menggarisbawahi bahwa tindakan militer Israel dilakukan dalam kerangka pembelaan diri, dan tidak hanya untuk melindungi negaranya, tetapi juga demi stabilitas regional.
“Dalam membela diri, kita juga membela orang lain. Kita membela tetangga Arab kita. Mereka juga telah menderita akibat kampanye kekacauan dan pembantaian Iran,” ujarnya.
Menurutnya, jika serangan tidak dilakukan di khawatirkan Iran dapat memproduksi senjata nuklir dalam waktu dekat, dan hal itu akan menjadi ancaman langsung bagi kawasan.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.