Konflik China dan AS
China Ambil Peran Kunci di WHO, Siap Gantikan AS sebagai Donatur Terbesar
China mengambil alih peran strategis sebagai penyumbang dana terbesar WHO, menggantikan peran Amerika Serikat yang memutuskan keluar pada Januari 2035
TRIBUNNEWS.COM - China diperkirakan bakal mengambil alih peran strategis sebagai salah satu penyumbang dana terbesar organisasi kesehatan global (WHO).
Rencana ini diungkap Duta Besar China untuk Jenewa, Chen Xu, dalam sebuah konferensi pers bulan lalu.
Dalam pernyataan resmi yang dikutip Reuters, Chen Xu menegaskan bahwa negaranya siap menggantikan peran Amerika Serikat sebagai donatur terbesar WHO.
“China bersiap menjadi penyedia biaya negara terbesar - salah satu aliran pendanaan utama WHO di samping sumbangan,” kata Chen Xu, dikutip dari Reuters.
"Kita harus menyesuaikan diri dengan organisasi multilateral tanpa Amerika. Hidup terus berjalan," tambahnya.
Majunya China sebagai pendonor utama WHO bukan tanpa alasan, pasalnya China dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan kontribusi sukarelanya, termasuk dalam program kesehatan untuk negara-negara Afrika dan Asia.
Hal ini menunjukkan kesiapan finansial sekaligus komitmen politik untuk mengambil peran lebih besar.
Dengan dukungan finansial dan diplomatik, China berpeluang besar mengisi ruang tersebut menggantikan tugas AS yang selama ini menyumbangkan pendapatan sekitar 18 persen dari total anggaran WHO.
Tak dirinci kapan pergantian ini bakal digelar, apabila China maju sebagai donatur utama WHO maka negara tersebut diwajibkan menyumbang lebih besar mencapai sekitar 20 persen dari iuran anggota
Hitungan tersebut disesuaikan dengan sistem kontribusi baru WHO yang mulai diberlakukan pada 2022.
Langkah China untuk mengambil alih peran AS dalam pendanaan WHO mencerminkan dinamika baru dalam tatanan kesehatan global.
Dalam konteks ini, dunia akan menyaksikan bagaimana WHO menavigasi pergeseran geopolitik sambil menjaga misinya sebagai penjaga kesehatan dunia.
Baca juga: Trump Melunak, Minta WHO Turuti Syarat agar AS Bisa Kembali Gabung Organisasi Kesehatan Dunia
Meski terjadi pergeseran pendanaan, WHO berupaya menjaga netralitas dan integritasnya.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan bahwa organisasi tetap berkomitmen pada prinsip keadilan, transparansi, dan akses kesehatan untuk semua, tanpa bergantung pada satu negara donor.
Trump Sebut WHO Gagal
Sebagai informasi keputusan resmi Amerika Serikat untuk keluar dari WHO mulai Januari 2025, namun efektif pada Januari 2026.
Keputusan itu diumumkan Presiden Trump sehari setelah pelantikannya digelar.
Trump beralasan perintah eksekutif yang mengarahkan Amerika Serikat untuk menarik diri dari WHO dikeluarkan lantaran organisasi tersebut dianggap salah dalam menangani pandemi COVID-19.
Tak hanya itu, Trump menilai WHO gagal dalam mengadopsi reformasi yang sangat dibutuhkan dalam menangani krisis kesehatan global.
"Itu kesalahan besar. Badan Kesehatan Dunia telah salah menangani pandemi Covid-19 dan krisis kesehatan internasional lainnya," kata Trump, dikutip CNN International.
Menurut Trump, WHO terlalu terpengaruh oleh pengaruh politik yang tidak pantas dari negara-negara anggota dan membebani AS dengan kontribusi pembayaran yang tidak proporsional dibandingkan dengan negara-negara besar lain, seperti China.
Alasan tersebut yang mendorong Trump untuk menarik diri dari keanggotaan organisasi kesehatan dunia.
Melanjutkan rencananya di tahun 2020 silam yang ingin keluar dari WHO sejak organisasi tersebut lambat dalam memberikan peringatan kepada dunia terkait penyebaran virus corona.
Imbas keputusan tersebut, AS akan menghentikan semua kontribusi keuangan untuk badan kesehatan PBB tersebut berlaku dalam waktu 12 bulan ke depan.
Selama proses penarikan, AS juga akan menghentikan negosiasi mengenai perjanjian pandemi dengan WHO serta menarik kembali personel yang bekerja di dalam organisasi tersebut.
Keluarnya AS Jadi Pukulan
Merespons keputusan Trump, Para pakar kesehatan memperingatkan bahwa keluarnya AS dari WHO dapat mengancam berbagai program.
Menjadi pukulan besar karena AS selama ini memainkan peran yang sangat sentral dalam pendanaan, pengaruh kebijakan, dan legitimasi organisasi.
Tanpa kontribusi AS, WHO menghadapi kekurangan dana besar yang memaksa pengurangan program dan efisiensi operasional yang drastis.
Lantaran selama periode 2024-2025 sumbangan AS ke WHO telah mencapai 6,8 miliar dollar AS.
Lebih lanjut, ketika AS menarik dukungan, donor lain bisa ikut mempertimbangkan ulang kontribusinya.
Dalam dunia filantropi dan kerja sama multilateral, keputusan satu kekuatan besar bisa memicu efek domino, menciptakan ketidakpastian dan pengalihan dana ke organisasi lain.
Tanpa AS sebagai penyeimbang kekuatan, WHO lebih berisiko berada di bawah pengaruh politik negara lain. Hal ini bisa mengganggu persepsi netralitas dan objektivitas WHO dalam mengambil keputusan.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.