Malaysia Airlines Ditembak
Putin Janji Bakal Bantu Investigasi Tragedi MH17 Usai Dituding sebagai Dalang Utama Kecelakaan
Rusia menyatakan siap membantu penyelidikan independen terkait insiden jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 pada 2014 silam yang tewaskan 298 jiwa
TRIBUNNEWS.COM – Rusia menyatakan bahwa pihaknya siap membantu penyelidikan independen terkait insiden jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17.
Hal itu diungkap Perdana Menteri Malaysia usai melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, Rabu (14/5/2025).
Pasca lawatan digelar, PM Anwar mengungkap bahwa Presiden Putin siap bekerja sama dengan Malaysia untuk memastikan laporan tersebut lebih kredibel.
Tak hanya itu Putin menyerukan investigasi yang cermat, menyeluruh, dan bebas dari pengaruh politik untuk mengungkap penyebab kecelakaan Malaysia Airlines MH17.
Kerjasama ini disepakati menyusul keputusan dewan penerbangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyalahkan Moskow atas tragedi Malaysia Airlines MH17 pada 2014 silam.
“Rusia siap memberikan semua bentuk kerja sama untuk memastikan laporan tersebut lebih kredibel dan otoritatif,” kata Anwar mengutip dari The Edge Malaysia.
Lebih lanjut, dalam kesempatan itu Anwar turut menyampaikan pesan belasungkawa Putin kepada keluarga korban tewas, meliputi 196 warga Belanda, 43 warga Malaysia, dan 38 warga Australia.
PBB Nyatakan Rusia Bersalah
Sebagai informasi Pesawat Malaysia Airlines MH17, jenis Boeing 777-200ER dilaporkan jatuh pada 17 Juli 2014.
Tepatnya saat akan melakukan penerbangan dari Bandara Schiphol, Amsterdam, Belanda, ke Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia.
Baca juga: Rusia Bantah Terlibat Penembakan Pesawat Malaysia Airlines MH17 di Ukraina
Namun pada ketinggian jelajah sekitar 33.000 kaki (10.000 meter), pesawat secara tiba-tiba kehilangan kontak dengan menara pengawas udara.
Adapun posisi terakhir Malaysia Airlines MH17 menunjukan bahwa pesawat berada di atas wilayah Donetsk, Ukraina timur, yang saat itu merupakan zona konflik antara militer Ukraina dan kelompok separatis pro-Rusia.
Pasca insiden terjadi, Tim Gabungan (Joint Investigation Team/JIT) yang dipimpin Belanda dan melibatkan sejumlah negara (termasuk Australia, Malaysia, Belgia, dan Ukraina) langsung melakukan investigasi.
Investigasi kemudian menyimpulkan bahwa pesawat ditembak jatuh oleh rudal permukaan-ke-udara tipe BUK, buatan Rusia.
Delapan tahun setelah tragedi tersebut, pengadilan Belanda memutuskan secara in absentia bahwa dua pria berkewarganegaraan Rusia dan satu pria berkewarganegaraan Ukraina bersalah atas tuduhan pembunuhan terkait peran mereka dalam serangan tersebut.
Buntut insiden ini, Dewan penerbangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan bahwa Rusia bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Malaysia Airlines di wilayah udara Ukraina pada tahun 2014, yang menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.