Konflik Suriah
Dukung Ahmed al-Sharaa, Donald Trump Resmi Cabut Semua Sanksi AS untuk Suriah
Dukung kepemimpinan Ahmed al-Sharaa yang melengserkan rezim Bashar al-Assad, Presiden Donald Trump resmi cabut semua sanksi AS untuk Suriah
TRIBUNNEWS.COM - Dukung kepemimpinan Ahmed al-Sharaa yang melengserkan rezim Bashar al-Assad, Presiden Donald Trump resmi cabut semua sanksi Amerika Serikat (AS) untuk Suriah.
Pengumuman terbaru dari Donald Trump di Arab Saudi pada hari Selasa malam (13/5/2025) waktu setempat menjadi sorotan banyak pihak.
Hal ini terjadi setelah Trump menyatakan bahwa ia akan memerintahkan penghapusan sanksi terhadap Suriah.
Dikutip dari Reuters, kebijakan tersebut disampaikan Trump atas permintaan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman.
Hal ini pun menjadi sebuah perubahan kebijakan penting menjelang pertemuan antara Trump dengan Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa yang kemungkinan akan saling bertemu pada pagi hari Rabu ini (14/5/2025).
Kabar pertemuan Trump dan Ahmed al-Sharaa pada hari Rabu di Arab Saudi juga dibenarkan oleh dua orang sumber dari internal Gedung Putih kepada Reuters.
Sumber tersebut menyatakan bahwa pihaknya juga telah menyiapkan protokol pertemuan antara Trump dengan sosok menggulingkan rezim Bashar al-Assad tersebut.
Langkah Trump yang mencabut sanksi untuk Suriah ini mulai terendus dalam pidatonya di sebuah forum investasi di Riyadh, di awal kunjungan ke negara-negara Teluk Arab pekan ini.
"Saya akan memesan penghentian sanksi terhadap Suriah untuk memberi mereka kesempatan menjadi hebat. Ini saatnya mereka bersinar. Kami menghapus semuanya," kata Trump,
"Semoga beruntung Suriah, tunjukkan sesuatu yang sangat istimewa kepada kami." pungkasnya kala itu.
Baca juga: Enggan Perang, Ahmed Al-Sharaa Benarkan Suriah Gelar Pembicaraan Tak Langsung dengan Israel
Campur Tangan Arab Saudi dan Turkiye
Keputusan yang diumumkan Trump ini sendiri terjadi karena andil dari Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Turki Tayyip Erdogan.
Keduanya diketahui kerap melakukan diskusi untuk sama-sama mendukung pencabutan sanksi bagi Suriah,
Hasil diskusi tersebut pun ikut disalurkan kepada Trump dalam kunjungannya di negara-negara Teluk Arab pada pekan ini.
Melalui penghapusan sanksi AS tersebut, Suriah yang sebelumnya memiliki sistem pemerintah yang terputus dari dunia global kini akan membuka jalan masuk bagi berbagai hubungan multilateral.
Penghapusan sanksi dari AS ini diharapkan membuka jalan bagi peningkatan keterlibatan organisasi kemanusiaan di Suriah, mempermudah investasi asing dan perdagangan di Suriah, serta berbagai hal lainnya yang dapat membangun kembali negara tersebut setelah perang sipil yang terjadi cukup laman.
Harapan tersebut diamini oleh Trump yang menyatakan bahwa semua sanksi untuk Suriah dihapus karena sanksi tersebut telah menjalankan fungsi awalnya
Melalui pemerintahan yang baru di bawah Ahmed al-Sharaa, Trump menilai sudah saatnya Suriah bergerak maju.
Ia juga mengatakan langkah-langkah sedang diambil untuk memulihkan hubungan normal dengan Suriah, dan Sekretaris Negara AS Marco Rubio akan bertemu rekan Suriahnya minggu ini
Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shibani, dalam pernyataan kepada Reuters, menyebut keputusan ini sebagai titik balik bagi rakyat Suriah dalam upaya mereka membangun kembali negara.
"Kami ... siap membangun hubungan dengan Amerika Serikat yang berlandaskan saling menghormati, mempercayai, dan kepentingan bersama," kata Shibani.
Setelah mendiskusikan situasi Suriah dengan sang putra mahkota, Trump menambahkan bahwa dirinya bisa mencapai kesepakatan damai bersejarah dan kemenangan bagi kepentingan AS di Suriah tanpa memberi penjelasan lebih lanjut.
Langkah Trump ini juga mendapatkan apresiasi dari Presiden Lebanon, Joseph Aoun.
Aoun menyatakan bahwa kebijakan berani dari Trump ini merupakan langkah penting dalam pemulihan dan stabilitas Suriah.
Kecurigaan Israel Masih Berlaku

Di lain pihak, kebijakan penghapusan sanksi untuk Suriah ini menjadi kekhawatiran beberapa pihak termasuk Israel.
Israel mengaku tetap mencurigai pemerintahan Sharaa dan kekhawatiran ini juga disuarakan oleh sebagian pejabat di AS.
Pejabat Israel terus menggambarkan Sharaa sebagai seorang jihadis, meskipun ia memutus hubungan dengan Al-Qaeda pada 2016.
Pemerintah Israel sendiri belum memberikan komentar lebih lanjut terkait keputusan Donald Trump tersebut.
Pejabat Suriah sendiri telah menunjukkan keterbukaan terhadap rekonsiliasi dan bahkan perdamaian akhir dengan Israel.
Keputusan ini menjadi dorongan besar bagi Sharaa, yang selama ini kesulitan mengembalikan kekuasaan penuh kepada pemerintah Damaskus.
Tantangan ini terungkap pada Maret lalu, ketika loyalis Assad menyerang pasukan pemerintah, memicu pembalasan yang dilakukan milisi Islamis hingga menewaskan ratusan warga sipil minoritas Alawi, menuai kecaman keras dari AS.
Sebelumnya di bawah rezim Assad , Suriah memiliki hubungan tensi tinggi dengan Israel
Hal ini juga diperkeruh melalui hubungan dekat Bashar al-Assad dengan Iran dan Rusia, serta kebenciannya terhadap negara-negara Barat.
(Tribunnews.com/Bobby)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.