Belajar dari Jepang, CEO Rekosistem Ajak Masyarakat Indonesia Disiplin Daur Ulang Sampah
Kesadaran masyarakat dalam memilah dan mendaur ulang sampah dinilai masih rendah, berbeda jauh dengan kebiasaan masyarakat Jepang yang sangat disiplin
Editor:
Eko Sutriyanto
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
Kesadaran masyarakat dalam memilah dan mendaur ulang sampah dinilai masih rendah, berbeda jauh dengan kebiasaan masyarakat Jepang yang sangat disiplin.
Hal ini disampaikan oleh Ernest C Layman, CEO dan Co-Founder Rekosistem, dalam wawancara khusus dengan Tribunnews.com, Minggu (11/5/2025).
“Kalau kita lihat Jepang, masyarakatnya sangat disiplin dalam memilah sampah—mulai dari plastik, logam, kertas, beling, hingga organik. Indonesia perlu belajar lebih dalam mengenai tata kelola sampah, khususnya sampah rumah tangga yang masih belum terpilah dengan baik hingga saat ini,” ungkap Ernest.
Menurutnya, permasalahan utama bukan hanya pada sistem pengelolaan, tetapi juga minimnya kesadaran dan kedisiplinan masyarakat.
Solusi Digital: Aplikasi Rekosistem Permudah Daur Ulang
Sebagai langkah nyata, Ernest bersama timnya menciptakan aplikasi digital bernama Rekosistem, yang bisa diunduh secara gratis.
Aplikasi ini mempermudah masyarakat untuk memilah dan membuang sampah daur ulang ke lokasi yang telah ditentukan.
“Untuk jenis sampah tertentu seperti botol plastik, minyak jelantah, kardus, hingga barang elektronik dalam jumlah besar, kami juga menyediakan layanan jemput langsung,” tambahnya.
Aplikasi ini juga mengedukasi pengguna mengenai jenis-jenis sampah dan tempat pembuangan yang sesuai.
Sampah yang disetor oleh masyarakat akan dipilah kembali oleh tim Rekosistem untuk didaur ulang secara optimal.
Masyarakat Bisa Dapat Uang dari Sampah
Tak hanya itu, masyarakat yang menyetorkan sampahnya ke lokasi Waste Station akan mendapatkan insentif berupa uang tunai sesuai dengan jenis dan volume sampah yang diserahkan.
Ernest menyebut, program ini juga selaras dengan skema Extended Producer Responsibility (EPR) yang kini didorong oleh pemerintah Indonesia.
“Kami juga bekerja sama dengan perusahaan besar dalam mendukung program EPR, sehingga semua pihak bisa mendapatkan manfaat. Masyarakat dapat uang, perusahaan terbantu kelola limbahnya, dan lingkungan pun menjadi lebih bersih.”
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Peduli Lingkungan, Vanesha Prescilla Bercita-cita Punya Pabrik Daur Ulang Sampah |
![]() |
---|
KLHK: Konsep Ekonomi Sirkular Dapat Menekan Jumlah Sampah Plastik |
![]() |
---|
Hanya 3,77 Persen Sampah Plastik yang Didaur Ulang, Praktik 3R Cegah Ancaman Kerusakan Lingkungan |
![]() |
---|
Pegadaian Gandeng Plustik Daur Ulang 1 Ton Sampah Plastik |
![]() |
---|
Terapkan Sustainable Lifestyle, Le Minerale Gandeng Cosmonauts Luncurkan Baju Dari Bahan Daur Ulang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.