Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Putin Usulkan Perundingan Damai Langsung dengan Ukraina di Istanbul pada 15 Mei 2025

Presiden Rusia Vladimir Putin mengusulkan perundingan langsung dengan Ukraina di Istanbul tanpa prasyarat pada 15 Mei demi wujudkan perdamaian abadi.

Editor: Nuryanti
Kremlin
PUTIN BERPIDATO - Foto ini diambil dari Kremlin pada Jumat (28/3/2025), memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dalam pertemuan tentang pengembangan Zona Arktik Federasi Rusia dan Koridor Transportasi Arktik di Murmansk pada Kamis (27/3/2025). Konflik antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung sejak invasi besar-besaran Rusia pada Februari 2022. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin mengusulkan perundingan langsung dengan Ukraina di Istanbul pada 15 Mei 2025 mendatang.

Usulan tersebut disampaikan Putin pada Minggu (11/5/2025) pagi, tanpa menetapkan prasyarat apa pun.

Ia menyatakan tujuan perundingan itu adalah untuk mencapai “perdamaian abadi” dan “menghilangkan akar penyebab” konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun.

Dikutip dari Al Jazeera dan Reuters, tawaran ini muncul hanya beberapa jam setelah lima pemimpin negara Barat mengunjungi Kyiv dan menyerukan gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari.

Para pemimpin dari Ukraina, Prancis, Jerman, Polandia, dan Inggris mengeluarkan pernyataan bersama, didukung oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang mengancam akan menjatuhkan sanksi besar-besaran terhadap Rusia jika Moskow tidak setuju.

Putin menolak usulan Barat itu, menyebutnya sebagai “ultimatum” dan “retorika anti-Rusia”.

Sebagai tanggapan, ia menawarkan perundingan langsung di Istanbul, yang akan dimediasi oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

"Kami mengusulkan agar Kyiv melanjutkan perundingan langsung tanpa prasyarat apa pun," kata Putin.

Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Ukraina atas usulan tersebut.

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan ia bersedia berunding, tetapi hanya setelah gencatan senjata diberlakukan.

Putin menegaskan bahwa Rusia tidak ingin hanya mendapatkan jeda perang, melainkan perdamaian jangka panjang yang menyeluruh.

Baca juga: Vladimir Putin Menjamu Sultan Oman dalam Kunjungan Pertamanya ke Moskow, Ini Tujuan Pertemuan Mereka

“Kami tidak mengesampingkan kemungkinan menyepakati gencatan senjata baru selama perundingan ini,” ujarnya.

Meski menghadapi tekanan dari Presiden Trump dan pemimpin Eropa, Putin tetap menolak memberikan konsesi besar.

Pada Juni 2024, ia bersikeras bahwa Ukraina harus mencabut ambisi bergabung dengan NATO dan menarik pasukannya dari empat wilayah Ukraina yang diklaim Rusia.

Putin juga menyinggung rancangan kesepakatan tahun 2022 dari pembicaraan di Istanbul, yang mencantumkan kenetralan permanen Ukraina dengan jaminan keamanan dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

“Bukan Rusia yang menghentikan perundingan pada 2022, tetapi Kyiv,” tegasnya.

Putin menambahkan bahwa Rusia telah beberapa kali menawarkan gencatan senjata, termasuk saat Paskah dan selama perayaan Hari Kemenangan, namun menurutnya Ukraina terus melanggarnya.

Selama gencatan senjata Mei lalu, Putin menuding Ukraina melancarkan lebih dari 500 serangan drone dan rudal ke wilayah Rusia.

Sementara itu, Ukraina juga menuduh Rusia tidak konsisten dengan janji gencatan senjata.

Anatol Lieven dari Quincy Institute mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kedua pihak kini saling menyalahkan atas kegagalan mencapai kesepakatan damai.

Ia menyebut tekanan dari Donald Trump sebagai faktor penting, karena mantan Presiden AS itu ingin mengakhiri perang dan tidak segan menangguhkan bantuan jika menyalahkan Ukraina.

Sebelumnya pada hari Sabtu, lima pemimpin negara Eropa mengunjungi Kyiv dan mengusulkan gencatan senjata selama 30 hari mulai Senin.

Pernyataan mereka menegaskan bahwa “gencatan senjata tanpa syarat tidak boleh disertai persyaratan apa pun”.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut AS akan memimpin pemantauan gencatan senjata tersebut dengan dukungan Eropa.

Ia juga memperingatkan bahwa pelanggaran akan dibalas dengan sanksi yang telah disiapkan dan dikoordinasikan antara Eropa dan Amerika.

Baca juga: Intelijen Belanda: Putin Siap Perang Lawan NATO dalam Setahun Pasca-Konflik Rusia-Ukraina Berakhir

Letjen (purn) Keith Kellogg, utusan khusus Trump untuk Ukraina, menyebut gencatan senjata komprehensif sebagai langkah awal mengakhiri perang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

Trump, yang ingin dikenang sebagai pembawa damai, berulang kali menyebut perang Ukraina sebagai “pertumpahan darah” dan perang proksi antara AS dan Rusia.

Berbeda dengan Trump, Presiden Biden dan pemimpin Barat lainnya menilai invasi Rusia sebagai bentuk penjajahan modern dan bersumpah akan terus mendukung Ukraina sampai kemenangan.

Sementara itu, Putin melihat konflik ini sebagai momen krusial untuk menantang dominasi Barat yang menurutnya mempermalukan Rusia sejak runtuhnya Uni Soviet.

Konflik antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung sejak invasi besar-besaran Rusia pada Februari 2022.

Perang tersebut telah menewaskan ratusan ribu orang dan memicu ketegangan geopolitik terbesar antara Rusia dan Barat sejak Krisis Rudal Kuba pada 1962.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved