Badai Debu Tebal Kembali Selimuti Irak Utara, Langit Berubah jadi Jingga
Badai debu ekstrem melanda Irak utara, menyelimuti wilayah dengan kabut jingga pekat dan sebabkan ribuan warga alami sesak napas.
TRIBUNNEWS.COM - Badai debu dahsyat melanda Irak bagian utara, Senin (5/5/2025).
Langit berubah menjadi jingga pekat.
Fenomena alam ini menyelimuti sejumlah kota termasuk Kirkuk dan Erbil.
Badai debu merambat hingga ke Baghdad dan sebagian wilayah timur laut Suriah.
Dikutip dari Gulf News, badai tersebut membawa partikel debu halus dalam jumlah sangat besar.
Jarak pandang pun jadi terbatas.
Aktivitas transportasi serta kehidupan sehari-hari masyarakat juga terganggu.
Langit terlihat seolah tertutup tirai jingga.
Bangunan, jalanan, dan kendaraan dilapisi debu tebal yang terbawa angin kencang.
Badai ini bukan kejadian tunggal, melainkan bagian dari serangkaian badai debu yang meningkat intensitas dan frekuensinya di Irak dalam beberapa tahun terakhir.
Para ahli mengaitkan peristiwa ini dengan kombinasi perubahan iklim, penggundulan hutan, irigasi yang buruk, dan desertifikasi yang semakin parah di wilayah Timur Tengah.
Baca juga: Badai Pasir Hantam Israel, Aktivitas Lumpuh Kualitas Udara Anjlok Gegara Awan Debu Besar
Angin yang dikenal sebagai shamal – angin barat laut kering yang sering melanda kawasan Teluk dan Irak – menjadi pemicu utama terjadinya badai debu ini.
Angin shamal membawa butiran debu dari gurun dan lahan kering ke wilayah permukiman, dan bisa berlangsung selama beberapa hari.
Ribuan Orang Alami Gangguan Pernapasan
Kualitas udara yang buruk juga menimbulkan gangguan besar terhadap kesehatan warga.
Berdasarkan laporan Al Arabiya, lebih dari 3.700 orang dilaporkan mengalami gangguan pernapasan akibat badai ini dan harus dirawat di rumah sakit.
Gejala umum yang dialami warga antara lain sesak napas, batuk kering, iritasi mata, serta kelelahan ekstrem.
Otoritas kesehatan di Irak mengeluarkan imbauan agar warga tetap berada di dalam rumah, menutup jendela rapat-rapat, serta menggunakan masker N95 bila terpaksa keluar rumah.
Bandara Internasional Baghdad bahkan menghentikan sementara operasional penerbangan karena jarak pandang yang sangat terbatas akibat badai debu.
Beberapa sekolah dan kantor pemerintahan di wilayah utara Irak juga ditutup untuk menghindari risiko kesehatan yang lebih besar.
Di wilayah perbatasan, seperti timur laut Suriah, fenomena serupa juga terjadi.
Kota Qamishli dilaporkan mengalami penurunan visibilitas dan paparan debu tinggi yang menyulitkan aktivitas warga dan petugas medis.
Laporan The National News menyebutkan bahwa badai debu ini juga meningkatkan risiko terhadap kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit pernapasan kronis.
Para peneliti memperingatkan bahwa badai debu dapat menjadi lebih parah dalam beberapa dekade mendatang jika tidak ada langkah serius dalam konservasi tanah dan pengelolaan sumber daya air.
Irak, yang pernah dikenal sebagai negeri subur di antara dua sungai, kini menghadapi ancaman krisis iklim yang nyata dan merusak keseimbangan ekologisnya.
Baca juga: Tercekik Debu! Badai Pasir Hantam Irak: Ribuan Warga Sesak Napas, Kota Tertutup Debu Oranye
Selain efek kesehatan, badai debu juga berdampak besar terhadap infrastruktur dan ekonomi lokal.
Sektor transportasi, perdagangan, dan pendidikan terganggu selama badai berlangsung.
Masyarakat yang menggantungkan hidup dari pertanian pun menghadapi tantangan besar karena badai merusak tanaman dan mencemari air irigasi.
Pemerintah Irak bekerja sama dengan organisasi internasional sedang menyusun strategi mitigasi jangka panjang.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.