Senin, 29 September 2025
Deutsche Welle

Uni Eropa Resmi Larang Program “Paspor Emas”

Penjualan kewarganegaraan lewat program "paspor emas" di Uni Eropa kini dilarang. Namun, masih ada peluang lain yang bisa dilakukan…

Deutsche Welle
Uni Eropa Resmi Larang Program “Paspor Emas” 

Manuel Delia telah menghabiskan belasan tahun kerja untuk mendapatkan hasil ini, tapi dia kaget dengan putusan Pengadilan Eropa (European Court of Justice/ECJ).

“Saya sedikit berteriak,” kata Manuel kepada DW. “Saya mengira akan mendengar berita buruk.”

Delia yang merupakan seorang blogger antikorupsi dan pejabat eksekutif organisasi masyarakat sipil Malta, Repubblika, telah lama berkampanye menentang program pemerintah Malta yang menawarkan kewarganegaraan kepada investor asing.

Malta adalah negara Uni Eropa (UE) terakhir yang menawarkan program “paspor emas”, setelah program serupa di Bulgaria dan Siprus dihentikan beberapa tahun terakhir.

Menurutnya, keputusan ECJ ini membenarkan perjuangan rekan dan sahabatnya, Daphne Caruana Galizia, seorang jurnalis antikorupsi Malta yang dibunuh dan menjadi salah satu orang yang bersuara tentang bahaya program tersebut.

Paspor emas hanya sekadar “transaksi komersial”

Pada tahun 2022, Komisi Eropa (European Commission) menggugat Malta atas praktik pemberian kewarganegaraan yang kebanyakan berdasarkan pada investasi properti. Mereka berargumen bahwa penerima kewarganegaraan UE harus menunjukkan “hubungan nyata” dengan negara pemberi paspor, bukan malah sekadar komitmen finansial.

Semula, Delia sempat mengira hasilnya akan berbeda karena opini yang dirilis oleh Jaksa Penasihat ECJ pada Oktober 2024 lalu ditenggarai mendukung posisi pemerintah Malta.

Biasanya, ECJ mengikuti rekomendasi jaksa penasihat. Namun, tidak dalam kasus ini.

Mahkamah menilai kebijakan Malta menjadikan kewarganegaraan sebagai “sekadar transaksi komersial” dan “praktik ini tidak memungkinkan terciptanya ikatan solidaritas hingga itikad baik antara negara anggota dengan warganya, atau menjamin kepercayaan antarnegara anggota.”

Untuk Delia, kemenangan ini terasa membanggakan karena berdasar pada “nilai prinsip, solidaritas” antarnegara UE, mengingat paspor Malta bisa bebas ke seluruh blok Eropa.

Peminat paspor Malta

Delia menyatakan keputusan pengadilan ini “membenarkan sepenuhnya perjuangan kami, bahwa skema ini tak bisa dibenarkan hanya karena menghasilkan uang.”

“Kewarganegaraan tak bisa dinilai dengan uang. Harganya jauh lebih tinggi daripada sekadar uang,” tegas Delia.

Sejak program ini dimulai, Delia dan pengamat lain mempertanyakan seberapa ketat persyaratan tinggal diawasi otoritas Malta, sebab banyak investor tampaknya tidak tinggal di negara itu sesuai aturan periode wajib.

Bahkan dalam beberapa kasus, tidak jelas status kelayakan properti yang dibeli.

Data dari Yayasan Daphne Caruana Galizia menunjukkan investor Cina menguasai 9 dari 10 “paspor emas”. Namun, jumlah itu jauh melebihi warga Cina yang tercatat tinggal di Malta menurut data sensus.

Halaman
12
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan