Minggu, 5 Oktober 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

China Umumkan Daftar Produk AS Bebas dari Tarif 125 Persen, Sinyal Terbuka Negosiasi Perang Dagang?

Tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok menunjukkan tanda-tanda pelonggaran memasuki awal bulan Mei 2025 ini, mulai berdamai?

FLORENCE LO / POOL / AFP
PERANG DAGANG. Gambar didistribusikan oleh FLORENCE LO/POOL/AFP, Presiden China Xi Jinping melambaikan tangan saat berpose untuk difoto pada sesi foto grup selama KTT China-Asia Tengah di Xian, di provinsi Shaanxi utara China pada 19 Mei 2023. (Foto arsip 2023/FLORENCE LO/POOL/AFP)/ 

TRIBUNNEWS.COM - Memasuki Mei 2025, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok menunjukkan tanda-tanda pelonggaran.

Beijing mengumumkan daftar produk asal AS yang dibebaskan dari tarif balasan sebesar 125 persen.

Langkah ini dianggap sebagai sinyal kalau China mungkin bersedia membuka kembali jalur negosiasi dengan Washington.

Kedua belah pihak belum memulai pembicaraan formal, meski ada kemungkinan tensi perang dagang menurun.

Baik Amerika mau pun China tetap mempertahankan sikap keras secara publik.

Presiden Donald Trump menyatakan Tiongkok harus mengambil langkah pertama untuk memulai negosiasi.

Sementara Beijing menegaskan bahwa tidak akan ada pembicaraan tanpa tindakan nyata dari AS, dikutip dari The Washington Post.

Daftar Produk yang Dikecualikan

Menurut laporan Reuters, Tiongkok telah memberikan pengecualian tarif pada beberapa produk penting asal AS.

Contohnya produk yang termasuk farmasi, mikrochip, dan mesin pesawat terbang.

Baca juga: Trump Murka, Maki Bos Amazon di Telepon Gegara Mau Tampilkan Biaya Tarif AS di Situs Web

Pemerintah Tiongkok juga meminta perusahaan-perusahaan untuk mengidentifikasi barang-barang penting lainnya yang perlu dibebaskan dari tarif tinggi, dikutip dari The Economic Times.

Dari langkah ini saja, sudah terlihat upaya Beijing untuk menyeimbangkan kebutuhan domestik dengan tekanan eksternal dalam perang dagang.

Perang dagang yang berkepanjangan telah memberikan tekanan signifikan pada ekonomi Tiongkok.

Menurut laporan The Wall Street Journal, banyak pabrik di Tiongkok mengalami gangguan produksi, pengurangan tenaga kerja, dan penurunan pesanan ekspor akibat tarif tinggi dari AS.

Analis memperkirakan bahwa jika ekspor Tiongkok ke AS turun sebesar 50 persen, sekitar 16 juta pekerjaan di Tiongkok bisa terancam, dikutip dari  The Wall Street Journal.

Sementara itu, AS juga menghadapi tantangan ekonomi, termasuk penurunan PDB dan inflasi yang meningkat, yang sebagian disebabkan oleh tarif tinggi terhadap barang-barang impor dari Tiongkok .

AS Mulai Nego

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved