Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

5 Fakta Putin Umumkan Gencatan Senjata Sepihak untuk Peringatan Hari Kemenangan

Putin usulkan gencatan senjata tiga hari di Ukraina, namun Trump dan Zelensky menilai langkah tersebut tidak memadai untuk perdamaian jangka panjang

|
Kremlin
PUTIN - Foto ini diambil pada Kamis (13/3/2025) dari Kepresidenan Rusia memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov (tidak terlihat dalam foto) di pos komando Rusia di Kursk pada Rabu (12/3/2025). Putin mengumumkan gencatan senjata sepihak pada Senin (28/4/2025) dengan alasan untuk menghormati peringatan 80 tahun kemenangan Rusia atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. 

TRIBUNNEWS.COM - Pada Senin (28/4/2025), Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan gencatan senjata sepihak selama tiga hari di Ukraina.

Gencatan senjata tersebut direncanakan berlangsung dari 8 hingga 10 Mei 2025.

Pengumuman ini bertepatan dengan peringatan Hari Kemenangan Rusia atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.

Keputusan Putin ini menuai berbagai reaksi dari dalam negeri dan internasional.

Upaya perdamaian antara Rusia dan Ukraina pun ikut terguncang.

Berikut adalah lima fakta penting terkait pengumuman gencatan senjata tersebut:

1. Tujuan Gencatan Senjata untuk Peringatan Sejarah

Putin mengumumkan gencatan senjata sepihak dengan alasan untuk menghormati peringatan 80 tahun kemenangan Rusia atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.

Gencatan senjata ini direncanakan berlangsung selama tiga hari, yakni pada tanggal 8 hingga 10 Mei 2025.

Peringatan Hari Kemenangan adalah momen yang sangat penting bagi Rusia, karena menghormati peran Rusia dalam mengalahkan Jerman Nazi dan mengakhiri Perang Dunia II.

Bagi Rusia, Hari Kemenangan bukan sekadar perayaan sejarah, tetapi juga simbol kebanggaan nasional yang besar.

Baca juga: Tanggapan Plin-plan Trump soal Niat Putin Berdamai dengan Ukraina, Awal Meragukan, Kini Menjamin

Putin ingin memastikan bahwa perayaan ini tidak terganggu oleh kekerasan atau pertempuran yang terus berlanjut di Ukraina.

Gencatan senjata ini diumumkan dengan harapan bahwa ketegangan dapat sedikit mereda selama periode peringatan.

2. Ukraina: Gencatan Senjata sebagai Taktik Manipulatif

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky langsung menanggapi pengumuman Putin.

Zelensky menolak tawaran gencatan senjata tiga hari tersebut.

Ia menyebutkan tawaran itu adalah "taktik manipulatif" yang tidak memberikan solusi nyata untuk mengakhiri perang.

Menurut Zelensky, alasan Putin mengumumkan gencatan senjata hanya untuk memberi "keheningan sementara" selama parade Hari Kemenangan, tanpa niat untuk mengakhiri perang secara permanen.

Zelensky menilai gencatan senjata 3 hari hanya akan menguntungkan Rusia.

Sementara, Ukraina dan rakyatnya tetap terjebak dalam konflik yang belum berujung.

Zelensky menolak tawaran gencatan senjata yang dianggap terlalu singkat.

Ia menuntut jeda minimal 30 hari agar pembicaraan damai bisa berlangsung lebih substansial.

3. Serangan Rusia Tetap Berlanjut

Meskipun Putin mengumumkan gencatan senjata, serangan udara Rusia terhadap Ukraina terus berlangsung tanpa henti.

Pada Senin (28/4/2025), serangan dengan lebih dari 100 drone dilaporkan menyerang sejumlah kota di Ukraina, termasuk Kharkiv dan Dnipro.

Baca juga: Zelensky: Perang Harus Diakhiri Secara Adil, Tak Boleh Beri Hadiah untuk Putin

Serangan ini mengakibatkan setidaknya satu orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.

Serangan ini menunjukkan Rusia tidak menghormati pengumuman gencatan senjata sepihak dan terus melakukan serangan di wilayah Ukraina.

Banyak pihak yang merasa gencatan senjata yang diumumkan Putin tidak lebih dari sekadar langkah simbolis tanpa dampak nyata di lapangan.

Serangan yang terus berlanjut ini semakin memperburuk kondisi kemanusiaan di Ukraina dan memperbesar ketegangan antara Rusia, Ukraina, dan sekutunya.

4. Trump: Gencatan Senjata Tidak Cukup

Donald Trump menanggapi gencatan senjata yang diumumkan Putin dengan ketidakpuasan.

Trump menyatakan gencatan senjata tiga hari yang ditawarkan Rusia terlalu singkat dan tidak cukup untuk menghentikan pertumpahan darah yang terus berlanjut di Ukraina.

Menurut juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, Trump menginginkan gencatan senjata permanen yang bisa mengakhiri perang dan membuka jalan untuk perdamaian yang sesungguhnya.

Trump menyarankan penghentian permusuhan yang lebih lama diperlukan untuk memulai negosiasi yang berarti.

"Gencatan senjata sementara hanya memberi ruang bagi Rusia untuk memperkuat posisinya." menurut Trump.

5. Tensi Ketegangan Internasional Naik

Pengumuman gencatan senjata sepihak oleh Putin semakin menambah ketegangan internasional.

Meskipun Rusia mengumumkan gencatan senjata, banyak negara di dunia tetap mempertanyakan niat Rusia dan apakah gencatan senjata ini benar-benar dapat menjadi langkah menuju perdamaian yang lebih luas.

Dalam pertemuan internasional, termasuk pertemuan antara Trump dan Zelensky di Vatikan, pembicaraan tentang bagaimana mengakhiri perang terus dilakukan.

Baca juga: Putin Berterima Kasih kepada Pasukan Korea Utara atas Bantuannya Merebut Kembali Kursk dari Ukraina

Selama pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Trump dan Zelensky bertemu secara pribadi untuk membahas strategi untuk menanggapi agresi Rusia.

Dalam pertemuan itu, Zelensky mendesak Trump untuk mengambil sikap yang lebih tegas terhadap Rusia dan menekan negara tersebut untuk menghentikan serangan.

Meskipun ada pembicaraan diplomatik, intensitas pertempuran di Ukraina terus meningkat.

Tidak ada jaminan bahwa gencatan senjata sepihak ini akan membawa perubahan besar dalam dinamika perang.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved