India dan Pakistan Terancam Perang, Apa yang Akan Dilakukan AS?
Serangan mematikan di Kashmir memicu kekhawatiran akan potensi eskalasi antara dua kekuatan nuklir, India dan Pakistan.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Serangan baru-baru ini di Kashmir, yang menewaskan 26 orang, telah meningkatkan ketegangan antara India dan Pakistan, sekaligus menimbulkan tantangan bagi kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS).
Dukungan AS terhadap India, kemitraan yang terus berkembang dengan negara tersebut, serta upaya untuk mengelola hubungannya dengan Pakistan di tengah meningkatnya pengaruh China, menjadi sangat penting dalam menjaga stabilitas regional dan menghindari konflik yang lebih besar, menurut laporan Newsweek.
Mengapa Konflik India-Pakistan Bukan Sekadar Masalah Regional?
Konflik India-Pakistan bukan hanya persoalan regional; implikasinya meluas secara global.
Baik India maupun Pakistan memiliki senjata nuklir, dan setiap eskalasi militer dapat berujung pada konsekuensi besar.
Amerika Serikat telah lama menganggap Asia Selatan sebagai kawasan kunci bagi perdamaian dan keamanan global.
Ketidakstabilan di kawasan ini dapat merusak upaya global dalam memerangi terorisme serta mendukung pertumbuhan ekonomi dunia.
Kegagalan dalam menangani situasi kompleks ini dapat membawa dampak serius terhadap kepentingan AS di seluruh dunia.
Setelah serangan di Kashmir, pemerintahan Presiden Donald Trump dengan tegas mengutuk insiden tersebut dan menyuarakan dukungan kuat terhadap India.

Kunjungan JD Vance ke India
Wakil Presiden AS, J.D. Vance, berada di India saat serangan di Kashmir terjadi pada 22 April lalu.
Namun, kunjungannya itu telah direncanakan sebelumnya, yang bertujuan memperkuat hubungan AS-India.
Setelah kejadian tersebut, Vance kembali menegaskan dukungan AS untuk India, mengutuk serangan tersebut, dan menekankan pentingnya kemitraan bilateral.
Baca juga: India dan Pakistan di Ambang Perang, Presiden Iran Telepon Dua Perdana Menteri
Kehadiran Vance di saat krisis juga memungkinkan keterlibatan langsung dengan para pemimpin India.
Hubungan AS dan India di Bawah Pemerintahan Trump
Pemerintahan Trump memperdalam hubungannya dengan India secara signifikan, termasuk melalui peluncuran inisiatif "U.S.-India COMPACT" pada Februari 2025.
Kemitraan ini berfokus pada peningkatan kerja sama militer, perluasan perdagangan, dan kolaborasi di bidang teknologi.
AS juga sedang merundingkan perjanjian perdagangan bilateral dengan India, yang diharapkan rampung pada akhir 2025.
Upaya ini memperkuat posisi India sebagai mitra utama dalam strategi Indo-Pasifik AS, terutama seiring memburuknya hubungan dengan China.
Sebagai hasilnya, India kini diposisikan sebagai sekutu strategis, dan AS menegaskan akan terus mendukung India menghadapi ancaman regional.
Hubungan Pakistan dengan China
Di sisi lain, Pakistan mempererat hubungannya dengan China.
Pada Februari 2025, Presiden Pakistan Asif Ali Zardari mengunjungi China untuk memperkuat kerja sama pertahanan dan ekonomi, dengan fokus khusus pada proyek Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC).
Kemitraan ini digambarkan sebagai hubungan "segala kondisi".
Kedua negara juga menegaskan kembali dukungan satu sama lain dalam menghadapi tekanan eksternal.
Meski ada tantangan, seperti masalah keamanan bagi warga negara China di Pakistan, kerja sama kedua negara tetap solid.
Sengketa Wilayah Kashmir
Dilansir cfr.org, pada 22 April 2025, sekelompok orang bersenjata menewaskan 26 orang dan melukai 17 lainnya di destinasi wisata populer Pahalgam, di Jammu dan Kashmir yang dikelola India.
Front Perlawanan (TRF), juga dikenal sebagai Perlawanan Kashmir, mengklaim bertanggung jawab atas serangan paling mematikan di wilayah tersebut dalam dua dekade terakhir.
TRF beroperasi sebagai cabang dari Lashkar-e-Taiba, organisasi yang berbasis di Pakistan yang bertanggung jawab atas serangan Mumbai tahun 2008.
Baca juga: Pakistan Tutup Wilayah Udaranya bagi India karena Ketegangan Meningkat Akibat Serangan Kashmir
Sebagai respons, India menutup penyeberangan utamanya dengan Pakistan, menangguhkan perjanjian pembagian air, dan menuduh Islamabad memfasilitasi serangan tersebut.
Kekerasan di kawasan itu sempat menurun setelah India mencabut status otonomi wilayah tersebut dan mengintegrasikan Jammu dan Kashmir pada tahun 2019.
Namun, wilayah ini, yang secara historis disengketakan dan diklaim oleh Pakistan, tetap menjadi titik api ketegangan.
Bentrokan antara pasukan India dan Pakistan serta serangan berkala oleh kelompok militan masih kerap terjadi.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.