Selasa, 30 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Panglima IDF Ungkap Alami Krisis SDM Akut, Ambisi Netanyahu Buat Israel di Ambang Kehancuran

Panglima IDF Letnan Jenderal Eyal Zamir mengungkap bahwa saat ini pasukan perang Israel mengalami krisis pasukan karena kurangnya sumber daya manusia

IDF
TENTARA ISRAEL - Foto ini diambil pada Senin (17/2/2025) dari publikasi resmi website IDF (idf.il), memperlihatkan tentara Israel dari unit Erez bergabung dengan resimen ke-769 di Lebanon pada 5 Januari 2025. Pada 17 Februari 2025, Panglima IDF Letnan Jenderal Eyal Zamir mengungkap bahwa saat ini pasukan perang Israel mengalami krisis pasukan karena kurangnya sumber daya manusia 

TRIBUNNEWS.COM – Panglima Militer Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Eyal Zamir mengungkap bahwa saat ini pasukan perang Israel mengalami krisis sumber daya manusia.

Hal ini diungkap Zamir yang baru-baru ini mengambil alih komando IDF kepada anggota kabinet keamanan nasional.

Di depan rapat kabinet, Zamir menyampaikan bahwa kekurangan tenaga kerja yang parah tengah melanda pasukan perang Israel.

Apabila masalah ini tak ditangani dengan serius, krisis dapat menjadi hambatan besar bagi Israel dalam mencapai tujuan perang di Jalur Gaza.

Bahkan strategi militer saja tidak dapat memenuhi semua tujuan nasional di Gaza, terutama jika tidak ada jalur diplomatik yang melengkapi.

Peringatan ini mencerminkan kesenjangan yang semakin besar antara kapasitas operasional militer dan aspirasi politik pemerintah yang lebih luas.

"Zamir tidak menutup-nutupi fakta. Ia memberi tahu para pemimpin untuk mengabaikan sebagian fantasi mereka,” kata seorang pejabat senior pertahanan Israel, dilansir The Jerusalem Post.

“Zamir mengatakan kepada anggota kabinet bahwa mereka harus melepaskan sebagian fantasi mereka mengenai perang di Gaza karena kurangnya tentara tempur,” Imbuhnya.

Penyebab Israel Krisis Pasukan

Menurut media Israel, militer telah menghadapi kekurangan prajurit karena pengecualian kaum Yahudi ultra-Ortodoks dari dinas militer.

Kondisi ini semakin diperparah lantaran jumlah pasukan yang kelelahan setelah 18 bulan perang di Gaza makin bertambah.

Baca juga: Krisis Pasukan, Netanyahu Perintahkan Warga Israel Ultra-Ortodoks Turun ke Medan Perang Gaza

Sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023, banyak tentara Israel, terutama dari unit cadangan, telah dikerahkan dalam jangka waktu yang sangat panjang tanpa rotasi yang cukup.

Kondisi yang menguras tenaga dan ketahanan mental para prajurit lantas membuat para pasukan Israel kelelahan ekstrem, stres akut, dan bahkan trauma psikologis.

Selain Isu ketidakadilan ekonomi turut memperburuk keadaan.

Para tentara, khususnya dari kalangan cadangan, mengeluhkan bahwa penghasilan mereka selama masa tugas sangat kecil jika dibandingkan dengan kerugian ekonomi yang mereka alami karena harus meninggalkan pekerjaan

Alhasil lebih dari 100.000 tentara cadangan memilih untuk berhenti bertugas, sementara beberapa menolak untuk bergabung dalam perang karena apa yang dilaporkan media Israel sebagai alasan "moral".

Angka yang dirilis oleh Yedioth Ahronoth menunjukkan bahwa tingkat partisipasi cadangan saat ini dalam unit tempur berada antara 60 persen dan 70 persen.

Sementara beberapa melaporkan persentase yang lebih rendah, berkisar antara 40 dan 50 persen.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan Hamas yang diam-diam mulai membangun pertahanan pasukannya.

Setidaknya 20.000 pejuang Hamas termasuk komandan senior. mulai dilatih menggunakan peralatan militer, pesawat tanpa awak.

 “Ada kekhawatiran bahwa jumlah tersebut tidak akan meningkat jika terjadi serangan yang lebih luas,” kata seorang sumber militer.

IDF Bangkang Perintah Netanyahu

Terpisah, di tengah ancaman krisis pasukan lebih dari 250 mantan pejabat badan intelijen Israel, Mossad mengajukan petisi yang berisi desakan diakhirinya perang di Gaza.

Adapun petisi ini ditandatangani oleh ratusan mantan pejabat intelijen Mossad menyusul upaya 1.000 tentara cadangan Angkatan Udara Israel yang telah lebih dulu  menyerukan tuntutan agar PM Netanyahu mengakhiri serangan di Gaza.

Dalam tuntutannya mereka meminta agar tawanan Israel "segera dipulangkan"dari Gaza.

Sebagian tentara menilai bahwa solusi militer bukan satu-satunya jalan untuk menyelesaikan konflik.

Mereka mulai mendorong penyelesaian melalui diplomasi, seperti kesepakatan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas.

Bagi mereka, memperpanjang perang justru memperbesar penderitaan semua pihak, termasuk warga sipil Gaza dan keluarga para sandera.

Adapun saat ini masih ada 59 sandera yang ditahan di Gaza, dengan sedikitnya 22 diantaranya masih hidup.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved