Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Hamas Rilis Video Tawanan Israel, Minta Dibebaskan Agar Bisa Rayakan Paskah

Hamas merilis video yang memperlihatkan tawanan berkewarganegaraan Israel-Amerika, meminta Netanyahu segera membebaskan para sandera jelang Paskah

khaberni/tangkap layar
TERANCAM BOM IDF - Tangkap layar video yang dirilis Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, Senin (24/3/2025) yang menunjukkan dua sandera Israel yang disandera di Gaza. Para tawanan meminta Netanyahu berhenti menghambat proses pertukaran tahanan dan segera membebaskan para sandera jelang Paskah. 

TRIBUNNEWS.COM – Militan Hamas kembali merilis sebuah video singkat memperlihatkan seorang sandera berkewarganegaraan Israel-Amerika yang masih hidup.

Cuplikan video berdurasi 3 menit, Anggota sayap kanan Hamas Brigade Ezzedine al-Qassam menerbitkan video yang memperlihatkan Edan Alexander seorang pasukan di unit infanteri elit Israel yang ditawan sejak 7 Oktober 2023.

Mengutip dari Al Arabiya, Alexander yang berusia 21 tahun saat ditawan, lahir di Tel Aviv namun tumbuh besar di negara bagian New Jersey, AS.

Akan tetapi setelah lulus SMA ia memutuskan kembali ke Israel bergabung dengan unit infanteri elit.

Dalam unggahan itu Alexander yang duduk di sebuah ruang kecil dan tertutup menyampaikan permintaannya agar pemerintahan Benjamin Netanyahu segera membebaskan para sandera.

Permintaan serius tersebut diungkap menjelang perayaan Paskah, hari raya yang memperingati pembebasan orang Israel dari perbudakan di Mesir menurut Alkitab.

Selama pasukan Netanyahu melancarkan serangan sejak pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang di Jalur Gaza, militan Palestina menyandera 251 warga Israel.

Meski beberapa kali kedua pihak berhasil mencapai kesepakatan pertukaran sandera, akan tetapi akibat ulah Netanyahu yang  melanggar perjanjian gencatan senjata dan melanjutkan pengeboman di Gaza, Hamas memutuskan untuk menghentikan pertukaran sandera lanjutan.

Saat ini setidaknya Lada sekitar lima puluh delapan sandera yang masih ditawan, termasuk 34 orang yang menurut militer Israel telah tewas.

Sandera Israel Salahkan Pemerintah Netanyahu

Selain menuntut pembebasan sandera segera, dalam akhir video Alexander turut  menyampaikan tuduhan serius kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Baca juga: Hampir Setengah Warga Israel Ragu IDF Mampu Tundukkan Hamas Sekaligus Bebaskan Sandera

Ia menuding Netanyahu mengabaikan nasib para sandera lantaran terus menghambat proses pertukaran tahanan.

Ia mengatakan bahwa sandera Israel masih hidup dalam penahanan Hamas harus bertaruh nyawa karena terus mengalami pemboman Israel yang merusak di wilayah kantong Palestina.

“Tiga pekan lalu, ia mendengar kabar bahwa Hamas siap membebaskannya, namun tawaran tersebut ditolak oleh pihak Israel. Mereka membiarkan saya tetap menjadi tawanan,” ujar Alexander.

“Semua telah membohongi saya, rakyat Israel, pemerintah, militer, dan bahkan pemerintahan Amerika Serikat,” imbuhnya.

Ini merupakan kali kedua Alexander muncul dalam video yang dirilis oleh Hamas.

Sebelumnya, pada 30 November tahun lalu, ia juga tampil dalam rekaman yang menyatakan kekhawatirannya agar tidak mengalami nasib serupa dengan warga negara Amerika lainnya, Hersh Goldberg-Polin, yang juga ditawan.

Keluarga Sandera Israel Geruduk Rumah Netanyahu

Pasca Netanyahu mengingkari kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas yang memicu penundaan pemulangan sandera, keluarga sandera yang ditawan Hamas dan kelompok perlawanan Gaza lainnya menggeruduk kediaman Presiden Israel itu.

Selain melayangkan protes,  Para demonstran membawa spanduk dan meneriakkan tuntutan yang sama.

Yakni mengakhiri perang secepatnya dan membawa semua sandera yang masih dalam tawanan Hamas untuk pulang.

Bagi Netanyahu, serangan yang mengakhiri gencatan senjata ini membantu memperkuat koalisinya yang goyang.

Namun kerabat para sandera di Jalur Gaza mengatakan keputusan untuk melanjutkan serangan dapat "mengorbankan" orang-orang yang mereka cintai.

"Pemerintah tidak bertindak demi kepentingan terbaik rakyat. Sebaliknya, mereka melayani kepentingan politik mereka sendiri untuk tetap berkuasa," kata Merav Hemi (45), seorang warga Israel.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved