Gempa di Myanmar
20 Kg Emas Ditemukan dari Reruntuhan Gedung di Myanmar yang Ambruk Karena Gempa
Tim Penyelamat dari China berhasil menemukan 20 kg emas dari gedung yang runtuh di Myanmar akibat gempa bumi.
Editor:
Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, MYANMAR - Tim Penyelamat dari China berhasil menemukan 20 kg emas dari gedung yang runtuh di Myanmar akibat gempa bumi.
Seperti diketahui, Myanmar diguncang gempa dahsyat berkekuatan 7,7 skala Richter pada Jumat (28/3/2025).
Gempa menewaskan sedikitnya 3.564 orang, melukai lebih dari 5.000 orang dan menyebabkan 210 orang lainnya hilang.
Di tengah upaya penyelamatan, bantuan kemanusiaan datang berbagi negara termasuk China.
Menurut media China QQ, pada 7 April 2025 lalu, sebanyak 22 anggota Tim Penyelamat Langit Biru Chongqing dan tim lain dari Yunnan (China) menemukan dan menggali sekitar 20 kg. emas tersebut.
Emas tersebut ditemukan saat anggota tim penyelamat menggali reruntuhan di kompleks apartemen Sky Villa di Mandalay, Myanmar.
Gambar yang dibagikan menunjukkan bahwa emas seberat 20 kg tersebut mencakup berbagai jenis perhiasan seperti gelang, kalung, dan anting-anting.
Tim penyelamat secara ketat mengikuti pedoman penyelamatan internasional.
Emas tersebut kemudian diserahkan kepada polisi setempat untuk ditangani sesegera mungkin.
Apartemen Sky Villa merupakan gedung 12 lantai yang pernah diiklankan dengan "fondasi tahan gempa" di Myanmar.
Hotel ini memiliki bar atap terbesar di Mandalay, Myanmar Tengah, dan pusat kebugaran dengan peralatan olahraga canggih.
Namun, kompleks apartemen itu runtuh ketika gempa berkekuatan 7,7 SR melanda Mandalay - kota terbesar kedua di Myanmar.
Jam Malam di Myanmar
Di tengah upaya penyelamatan, bantuan kemanusiaan terhambat oleh situasi keamanan yang semakin memburuk.
Serangan bersenjata dan pemberlakuan jam malam oleh militer menghambat upaya penanganan krisis kemanusiaan.
Salah satu lembaga yang turut memberikan bantuan adalah Jersey Overseas Aid dari Jersey, yang menyumbangkan £300.000.
Dana itu dibagi rata ke tiga organisasi yakni Palang Merah Inggris, Age International, dan People in Need, untuk menyalurkan bantuan darurat dan perawatan kesehatan, terutama bagi lansia yang terdampak gempa.
Namun, distribusi bantuan mengalami kendala besar di lapangan.
Dilansir BBC Burmese, militer Myanmar memberlakukan jam malam ketat, pos pemeriksaan di berbagai wilayah, dan bahkan melakukan interogasi terhadap tim bantuan.
Direktur Eksekutif Jersey Overseas Aid, Edward Lewis, mengatakan kehancuran akibat gempa terjadi di tengah krisis kemanusiaan besar, di mana hampir 20 juta warga Myanmar sudah membutuhkan bantuan sebelum bencana ini terjadi.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan penghentian operasi militer agar fokus diberikan pada penyelamatan korban.
Pada kenyataannya, sejak pengumuman gencatan senjata sementara, militer Myanmar tetap melancarkan sedikitnya 14 serangan hingga 4 April, menurut laporan BBC.
Salah satu insiden paling mencolok terjadi pada Selasa (1/4/2025), ketika konvoi sembilan kendaraan Palang Merah China ditembaki saat menuju Mandalay.
Militer berdalih tidak mengetahui keberadaan konvoi dan mengklaim hanya melepaskan tembakan peringatan.
John Quinley dari Fortify Rights menuding junta menggunakan dalih keamanan untuk membatasi bantuan dan menginterogasi relawan.
Sumber: QQ/Shv/BBC
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.