Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Lancarkan Invasi Darat Baru ke Gaza Setelah Melanggar Gencatan Senjata

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa mereka telah meluncurkan "operasi darat yang ditargetkan" di Gaza tengah dan selatan.

Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English
SITUASI GAZA - Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English pada Kamis (20/3/2025) yang menunjukkan kondisi Gaza setelah Israel lancarkan serangan udara selama 2 hari sejak Selasa (18/3/2025) banyak warga yang dipaksa mengungsi. Militer Israel melancarkan serangan darat baru di Gaza. 

TRIBUNNEWS.COM - Militer Israel melancarkan serangan darat baru di Gaza setelah sebelumnya menarik pasukan selama hampir dua bulan gencatan senjata.

Serangan ini terjadi sehari setelah Israel melanggar kesepakatan dengan serangkaian serangan udara yang menewaskan lebih dari 400 orang, termasuk banyak anak-anak, serta melukai ratusan lainnya, menurut laporan CNN.

Dalam pernyataan resminya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa mereka telah meluncurkan "operasi darat yang ditargetkan" di Gaza tengah dan selatan.

IDF mengklaim operasi ini bertujuan untuk memperluas "perimeter keamanan" yang memisahkan Gaza dan Israel serta menciptakan "zona penyangga parsial" antara utara dan selatan Jalur Gaza.

IDF juga mengumumkan mereka telah kembali menguasai Koridor Netzarim, jalur strategis yang sebelumnya mereka tinggalkan setelah gencatan senjata yang disepakati pada Januari lalu.

Koridor ini memisahkan Gaza utara dari wilayah selatan yang berbatasan dengan Mesir.

Ancaman Menteri Pertahanan Israel

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengeluarkan peringatan keras kepada warga Gaza melalui sebuah video yang ditujukan langsung kepada mereka.

Dalam video itu, ia menegaskan bahwa semua sandera harus dikembalikan dan Hamas harus disingkirkan dari Gaza.

"Apa yang akan terjadi selanjutnya akan jauh lebih keras, dan Anda akan menanggung semua konsekuensinya," ujar Katz dalam bahasa Ibrani dengan teks terjemahan bahasa Arab.

Peringatan ini disampaikan menjelang dimulainya kembali evakuasi warga dari zona pertempuran.

Katz menegaskan bahwa jika Hamas tidak menyerah dan sandera tidak dikembalikan, Israel akan bertindak dengan kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya.

Baca juga: Ribuan Warga Israel Geruduk Gedung Parlemen Yerusalem, Protes Keputusan Netanyahu Atas Serangan Gaza

Protes di Israel dan Tuntutan Pembebasan Sandera

Kembalinya perang memicu aksi protes besar-besaran di Israel.

Ribuan warga turun ke jalan di Tel Aviv dan Yerusalem untuk menentang kebijakan pemerintah.

Di Tel Aviv, demonstran membawa poster wajah sandera Israel yang masih ditahan di Gaza, menuntut kesepakatan segera untuk membebaskan mereka.

"Jika tidak ada kesepakatan, kami akan membakar negara ini!" teriak sekelompok pengunjuk rasa, seperti dilaporkan oleh Reuters.

Di Yerusalem, ribuan orang berbaris menuju kediaman Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, membawa spanduk yang menuntut pemilihan umum baru dan menuduh pemerintah mengabaikan nasib para sandera.

Jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa mayoritas warga Israel menentang berakhirnya gencatan senjata dan menginginkan negosiasi berlanjut.

Mereka menilai Netanyahu lebih mengutamakan kepentingan politiknya dibanding keselamatan para sandera.

Israel dan Hamas Saling Menyalahkan

Israel mengklaim bahwa Hamas "berulang kali" menolak tawaran untuk membebaskan sandera dan menolak perpanjangan gencatan senjata.

Sebaliknya, Hamas menuduh Netanyahu membatalkan perjanjian secara sepihak dan mempertaruhkan nyawa para sandera.

Hamas menyebut serangan terbaru ini sebagai "pelanggaran baru dan berbahaya" terhadap gencatan senjata yang disepakati pada Januari.

Mereka menegaskan tetap berkomitmen pada perjanjian tersebut.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 400 orang tewas dalam serangan udara Israel pada Selasa, termasuk 183 anak-anak dan 94 wanita.

Pada Rabu (29/3/2025), serangan darat Israel menyebabkan sedikitnya 70 korban jiwa di Gaza, menurut juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal.

Serangan juga menghantam rumah duka di Beit Lahia, Gaza utara, yang menewaskan 24 orang.

Sementara itu, serangan di lingkungan Al-Sabra di Kota Gaza menewaskan 21 orang, termasuk enam anak-anak.

Krisis Kemanusiaan dan Peringatan Kelaparan

Pertahanan Sipil Gaza memperingatkan bahwa blokade Israel terhadap bantuan kemanusiaan selama hampir tiga minggu telah menyebabkan kondisi yang semakin buruk.

"Kami berada di ambang bencana kelaparan yang mengancam seluruh penduduk Jalur Gaza," ujar Basal.

PBB mengonfirmasi bahwa salah satu pekerja bantuan internasionalnya tewas akibat ledakan di wisma tamu PBB di Gaza tengah, sementara lima lainnya terluka.

Baca juga: Houthi Tembakkan Rudal Balistik ke Israel, Incar Bandara Ben Gurion, Serangan Pertama dalam 2 Bulan

Kementerian Kesehatan Palestina menyalahkan serangan ini pada militer Israel, yang dibantah oleh IDF.

Rekaman CNN dari lokasi kejadian menunjukkan pecahan proyektil tank Israel M339 di sekitar bangunan.

"Serangan terhadap fasilitas kemanusiaan adalah pelanggaran hukum internasional," ujar Jorge Moreira da Silva, kepala Kantor PBB untuk Layanan Proyek (UNOPS), dalam konferensi pers di Brussel.

Eskalasi Perang dan Masa Depan Gaza

Seorang pejabat Israel mengatakan bahwa serangan udara ini adalah bagian dari strategi untuk menekan Hamas agar membebaskan lebih banyak sandera.

Hingga kini, hanya delapan sandera yang berhasil dibebaskan oleh militer Israel dari total 251 orang yang diculik Hamas pada 7 Oktober 2023.

Sebagian besar sandera sebelumnya telah dibebaskan melalui kesepakatan pertukaran tahanan Palestina.

Pemerintahan Netanyahu menghadapi tekanan besar dari masyarakat Israel dan internasional atas eskalasi ini.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved