Konflik Palestina Vs Israel
Serangan Israel di Gaza saat Bulan Ramadhan Makin Menggila, 436 Warga Dilaporkan Tewas
Serangan Israel di Gaza selama bulan Ramadhan yang menandakan hancurnya gencatan senjata di sana semakin menggila. 436 warga dilaporkan tewas.
TRIBUNNEWS.COM - Saat bulan Ramadhan ini, Israel membabi buta dengan membobardir wilayah Gaza yang menandai kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas hancur.
Serangan udara terbaru Israel pada Rabu (19/3/2025) hari ini di Gaza telah menewaskan setidaknya 25 warga Palestina.
Mengutip Al Mayadeen, serangan terpisah menghantam sebuah rumah di Jalan Salah al-Din di daerah al-Zaytun, menewaskan empat warga Palestina dan melukai beberapa lainnya.
Sementara itu, serangan pesawat nirawak Israel terhadap sekolah UNRWA di sebelah timur Khan Younis telah dilaporkan, meskipun jumlah korban masih belum jelas.
Dalam konteks terkait, Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi bahwa seorang pekerja bantuan asing tewas dan lima lainnya luka parah setelah pasukan pendudukan Israel menembaki kantor pusat organisasi kemanusiaan internasional di wilayah tengah Gaza.
Tim medis di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa menerima para korban, dan mengecam serangan terhadap personel yang terlibat dalam upaya bantuan.
Pesawat tempur Israel juga melancarkan tiga serangan udara di Rafah, sementara penembakan artileri di Aabasan al-Jadida, sebelah timur Khan Younis, melukai empat orang.
Dalam serangan terpisah, serangan pesawat nirawak Israel menghantam halaman Universitas Ilmu Terapan di Khan Younis.
Sementara Kementerian Kesehatan Gaza telah memberikan informasi terbaru tentang jumlah korban dari gelombang serangan terbaru Israel sejak Selasa (18/3/2025) pagi.
Dikutip dari Al Jazeera, sejak serangan pertama Israel di bulan Ramadhan itu, sebanyak 436 warga Palestina dilaporkan tewas.
Dari 436 warga Palestina yang tewas, 183 lainnya adalah anak-anak dan 678 orang terluka parah.
Baca juga: Tentara Israel Kembali ke Gaza untuk Kembali Mengambil Alih Kendali Koridor Netzarim
Dengan demikian, jumlah total orang yang dipastikan tewas di Gaza sejak 7 Oktober 2023 menjadi 49.547, kata kementerian, sementara 112.547 lainnya terluka.
Militer Israel mengatakan, eskalasi yang sedang berlangsung di Gaza dimaksudkan untuk menciptakan “penyangga parsial” di wilayah tersebut.
Dalam postingannya di media sosial X, militer Israel mengatakan bahwa selama 24 jam terakhir, pasukannya telah memulai operasi darat di pusat Jalur Gaza.
Tujuannya, lanjut pernyataan militer Israel, adalah untuk memperluas wilayah keamanan dan menciptakan penyangga parsial antara utara dan selatan Jalur Gaza
Ditambahkannya bahwa sebagai bagian dari operasi tersebut, pasukan Israel merebut kembali kendali Koridor Netzarim.
Koridor tersebut telah mereka tinggalkan pada bulan Februari berdasarkan fase pertama gencatan senjata
Koridor yang didirikan Israel tersebut memisahkan Gaza utara dari selatan.
Serangan Darat Israel

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa pasukannya memulai aktivitas darat yang ditargetkan di Jalur Gaza bagian tengah dan selatan.
Serangan darat baru itu terjadi setelah Israel menggempur Gaza dengan serangan udara pada Selasa malam.
Dikutip dari CNN, pada hari Rabu, ribuan orang turun ke parlemen Israel di Yerusalem dalam demonstrasi antipemerintah massal yang dipicu oleh keputusan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk memperbarui perang di Gaza.
Menurut para kritikus, aksi ini diambil untuk memperkuat koalisi Netanyahu yang mulai goyah.
Dengan adanya eksalasi darat ini, juru bicara Hamas, Osama Hamdan mengatakan Israel "berkhayal" karena mengira mereka dapat mengubah gencatan senjata dengan meningkatkan agresi militer terhadap Jalur Gaza.
Baca juga: Disindir Pakar, Israel Malah Daur Ulang Strategi Gagal di Gaza, Bukannya Cari Solusi Permanen
"(Kami) berkomitmen pada (gencatan senjata) dan setiap langkah yang diambil oleh perlawanan sejalan dengan apa yang kami sepakati sementara semua yang dilakukan Israel adalah setelah berkonsultasi dengan Amerika," katanya kepada Al Jazeera.
"Jadi, jika mereka mengira operasi semacam itu akan mengubah kesepakatan (gencatan senjata), mereka sedang berkhayal," imbuhnya.
Hamdan mengatakan, Hamas terus melakukan kontak dengan Qatar dan Mesir untuk mengakhiri agresi Israel terhadap Palestina di Gaza.
Namun ia mencatat bahwa Hamas tidak menerima usulan baru dari Kairo untuk menghentikan perang Israel di Gaza.
Dia mengatakan bahwa Netanyahu melanjutkan perang di Gaza untuk melarikan diri dari kasus korupsinya.
Hamdan menambahkan bahwa Hamas siap untuk terlibat dengan usulan utusan Timur Tengah AS Steve Witkoff, asalkan itu berfungsi sebagai jembatan menuju Tahap 2.
"Israel gagal keluar dari perjanjian (gencatan senjata) secara politik dan telah memutuskan untuk keluar secara militer," ungkap Hamdan. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.