Saham Intel Meroket Usai Umumkan Lip-Bu Tan sebagai CEO Barunya
Penunjukkan Lip-Bu Tan sebagai CEO Intel pada Rabu lalu (12/3/2025) direspons positif oleh pasar dengan meroketnya nilai saham hingga 10 persen
TRIBUNNEWS.COM - Pergantian tampuk kepemimpinan perusahaan penghasil produk teknologi mikroprosesor Intel memberikan dampak positif bagi saham mereka di Wall Street pada hari Kamis ini (13/3/2025).
Hal ini bisa dilihat dari harga saham Intel yang meroket hingga 10 persen dalam aktivitas pra-pasar Kamis pagi waktu Amerika Serikat.
Respons positif ini menyusul penunjukkan mantan anggota dewan mereka yakni Lip-Bu Tan sebagai CEO baru Intel pengganti Pat Gelsinger yang mundur sejak Desember 2024 lalu.
Lip-Bu Tan yang ditunjuk oleh dewan perusahaan Intel pada Rabu lalu ini (12/3/2025) dijadwalkan akan mulai resmi memimpin perusahaan pada 18 Maret 2025 minggu depan.
Sejumlah analis ekonomi pun menganalisa fenomena naiknya saham Intel dengan penunjukan sosok kelahiran Johor, Malaysia tersebut sebagai CEO.
"Penunjukan Tan sebagai CEO Intel adalah hasil terbaik yang dapat diharapkan oleh para pemangku kepentingan," kata para analis TD Cowen seperti yang dikutip dari Reuters.
TD Cowen juga mencatat Tan memiliki kelebihan dalam menjalin "hubungan mendalam" di seluruh ekosistem chip yang dapat menarik pelanggan ke bisnis manufaktur kontrak perusahaan.
Para analis juga memperkirakan bahwa Tan akan mengikuti jejak Gelsinger dengan tetap menjaga operasi desain dan manufaktur chip bersama-sama.
Rencana ini sebelumnya juga telah disinggung Tan dalam surat kepada karyawan Intel.
Di surat terbuka tersebut, Tan berjanji untuk menjadikan Intel sebagai produsen kontrak terkemuka, istilah industri untuk perusahaan pembuat chip berbasis pesanan.
Beberapa analis mengatakan bahwa bisnis manufaktur kontrak mungkin sulit menarik pesanan dari perancang chip yang enggan mempercayakan produksi kepada pesaing.
Baca juga: Komdigi: Apple Sudah Ajukan Izin Edar iPhone 16 Series, Keluar Paling Lambat 19 Maret
Namun demikian, Tan dinilai memiliki kredibilitas tinggi sebagai "pihak netral" yang dapat membantu Intel mengatasi beberapa tantangan tersebut, kata para analis.
Hal ini merujuk pada pengalaman Tany yang mengawasi lebih dari satu dekade pertumbuhan kuat di Cadence Design Systems, pemasok Intel untuk perangkat lunak desain chip.
Stacy Rasgon dari Perusahaan Analisa Pasar Saham Bernstein juga mengatakan bahwa masa jabatan dua tahun Tan di dewan Intel sebelumnya akan membantu upayanya.
"Itu seharusnya telah memberinya gambaran yang cukup baik tentang di mana semua masalah tersembunyi, dan dia seharusnya jauh lebih realistis dalam evaluasi dan pandangannya dibandingkan kepemimpinan sebelumnya (optimisme tanpa batas terbukti menjadi penyebab kegagalan Pat)," kata Rasgon.
Tugas Besar Lip-Bu Tan
Selepas ditunjuk sebagai CEO Intel yang baru, Tan sendiri akan menghadapi pekerjaan rumah yang begitu besar.
Penunjukkan Tan ini diharapkan dapat memulihkan nasib perusahaan setelah Intel gagal memanfaatkan booming semikonduktor yang didorong oleh kecerdasan buatan (AI),
Kegagalan Intel dalam memanfaatkan momentum tersebut bisa dilihat dari langkah pesaing mereka di NVidia yang meraup profit besar di sektor AI.
Keraguan tentang masa depan Intel dalam beberapa bulan terakhir sebelumnya juga bisa dibilang cukup kentara setelah munculnya sejumlah laporan.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah langkah Broadcom yang mengevaluasi bisnis desain dan pemasaran chip, sementara TSMC secara terpisah telah mempelajari kemungkinan mengambil alih kendali atas sebagian atau seluruh pabrik Intel.
Intel sendiri juga telah mencatatkan beberapa kuartal kerugian pangsa pasar di pusat data dan komputer pribadi (PC), serta kerugian miliaran dolar dalam bisnis manufakturnya.
Selama lima tahun terakhir, saham Intel telah kehilangan sekitar 60?ri nilainya di Indeks Komposit Nasdaq dan S&P 500.
Nilai pasar Intel juga tetap tertahan di bawah $100 miliar untuk pertama kalinya dalam tiga dekade setelah sahamnya anjlok 60 persen tahun lalu, dan chip AI Gaudi-nya juga gagal mencapai target penjualan.
Banyak analis yang juga merekomendasikan investor untuk "menjual" saham daripada "membeli", dengan sebagian besar memberikan peringkat "tahan", menurut data LSEG.
"Tan memiliki pekerjaan besar di depannya dan banyak hal yang harus diselesaikan, meskipun tampaknya semakin mungkin sesuatu harus berubah untuk memberi investor sesuatu yang lebih konkret untuk diharapkan" ungkap Rasgon.
"dan jika dia gagal, kemungkinan besar itu tidak dapat diperbaiki." pungkasnya.
(Tribunnews.com/Bobby)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.