Konflik Palestina Vs Israel
Hamas Klaim Netanyahu Ulur Waktu Gencatan Senjata Tahap 2 usai Terima Jenazah 4 Sandera Israel
Hamas menuduh Netanyahu menunda perundingan untuk gencatan senjata Gaza tahap kedua, setelah pertukaran jenazah empat tawanan Israel.
TRIBUNNEWS.COM - Kelompok militan Palestina, Hamas menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunda perundingan untuk gencatan senjata Gaza tahap kedua, setelah pertukaran jenazah empat tawanan Israel pada Kamis (20/2/2025).
Ini merupakan pertukaran ketujuh sejak gencatan senjata berlaku pada 19 Januari, yang mengakhiri 15 bulan pembantaian dan penghancuran yang dipimpin oleh Pasukan Pendudukan Israel (IOF).
Juru bicara Hamas, Abdul Latif Al-Qanou mengungkapkan fase kedua perjanjian gencatan senjata "belum dimulai secara praktis".
"Hamas siap untuk terlibat di dalamnya sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian. (Tapi) Netanyahu menunda-nunda mengenai fase kedua," kata Al-Qanou, dikutip dari Al Mayadeen.
Ia mengklaim ada "upaya sengaja" oleh pemimpin Israel untuk menunda kemajuan negosiasi.
Tuduhan ini muncul hanya sehari setelah Israel menetapkan persyaratan yang ketat dan tidak masuk akal untuk fase kedua gencatan senjata.
Menurut Lembaga Penyiaran Publik Israel (IPBC), Israel akan memulai negosiasi dengan tuntutan berikut:
1. Pelucutan senjata total di Gaza, termasuk penghapusan semua persenjataan.
2. Pengecualian Hamas dari pemerintahan, bertujuan untuk menetralisir perlawanan Palestina.
3. Pembebasan semua tawanan Israel dalam satu pertukaran, tanpa jaminan atas hak-hak tahanan Palestina.
Menuju Gencatan Senjata Tahap Dua
Baca juga: Netanyahu Tunjuk Orang Kepercayaannya Pimpin Negosiasi Tahap 2 Gencatan Senjata dengan Hamas
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengumumkan pada Selasa (18/2/2025) pembicaraan mengenai tahap kedua akan dimulai minggu ini.
Laporan yang saling bertentangan kemudian muncul mengenai masalah tersebut.
Pelanggaran Gencatan Senjata
Meskipun ada gencatan senjata, Israel terus melanggar kesepakatan dengan serangan udara dan agresi yang terus berlanjut di Gaza.
Pada hari yang sama, serangan pesawat nirawak Israel menargetkan perkumpulan warga Palestina di sebelah timur kota Rafah, menewaskan sedikitnya satu orang dan melukai beberapa lainnya.
Hamas tetap teguh pada pendiriannya, menolak untuk berkompromi mengenai kedaulatan Palestina dan perlawanan terhadap pendudukan Israel.
Pejabat senior Hamas, Taher al-Nunu, menegaskan kembali kesediaan Hamas untuk membebaskan semua tawanan yang tersisa dalam satu pertukaran selama tahap kedua.
Ia memperingatkan terhadap permainan politik Israel yang bertujuan untuk melemahkan persatuan Palestina.
Israel Klaim Hamas Bunuh Anak-anak yang ditawan
Militer Israel mengklaim satu dari empat mayat yang dikembalikan Hamas pada Kamis bukanlah mayat wanita Israel Shiri Bibas.
Militer Israel juga mengklaim kedua putra Shiri, Ariel dan Kfir Bibas, “dibunuh secara brutal” oleh Hamas “saat ditawan pada November 2023”.
"Seperti yang kami laporkan sebelumnya, otoritas Israel mengatakan Ariel berusia empat tahun saat meninggal, dan Kfir Bibas berusia 10 bulan," ungkap Israel, dikutip dari Al Jazeera.
Hamas sebelumnya mengklaim serangan udara Israel menewaskan keluarga tersebut saat mereka ditahan di Gaza.
Kelompok Palestina belum menanggapi tuduhan terbaru militer Israel.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.