Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Intel Israel Salah Terus, Komandan Batalyon Timur-Utara Hamas Muncul Saat Prosesi Penyerahan Jenazah

IDF menyatakan Rafa'a Salameh dieleminasi pada 14 Juli silam lewat pengeboman serangan udara di Gaza Selatan. Nyatanya, komandan Hamas itu muncul lagi

Telegram Brigade Al-Qassam
PEMBEBASAN SANDERA - Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Kamis (20/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam membawa salah satu peti mati dari empat jenazah sandera Israel; Kfir Bibas (9 bulan), Ariel Bibas (4), ibu mereka bernama Shiri Bibas (32) dan Oded Lifshitz (83), dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Kamis. 

Intelijen Israel Salah Terus, Komandan Batalyon Timur-Utara Hamas Muncul Saat Prosesi Penyerahan Jenazah

TRIBUNNEWS.COM - Kinerja intelijen Israel, baik dari militer Israel (IDF), maupun dari badan-badan keamanan lain seperti Mossad dan Shin Bet, kembali menjadi sorotan.

Hal itu lantaran kembali terjadinya kesalahan dalam informasi intelijen yang sudah diumumkan IDF terkait pengeleminasian pimpinan-pimpinan kelompok gerakan Hamas.

Baca juga: Komandan Al Qassam di Beit Hanoun Olok-olok Israel Cuma Dapat Batu, IDF Akui Lakukan Kesalahan 


Channel Hebrew 14 Israel, melaporkan kalau komandan Batalyon Timur dan Utara di Brigade Khan Younis, Rafa'a Salameh, yang sebelumnya dinyatakan tewas oleh IDF, terlihat berpartisipasi dalam penyerahan jenazah keempat sandera Israel, di Khan Younis, Gaza Selatan, Kamis (20/2/2025).

IDF menyatakan - merujuk pada informasi intelijen- dikutip Anadolu, Rafa'a Salameh dieleminasi pada Minggu (14/7/2024) silam lewat pengeboman serangan udara di Gaza Selatan.

Anadolu menyatakan, pengeboman itu juga menewaskan 90 orang Palestina saat ledakan dari serangan tersebut menyasar tenda-tenda pengungsian. 

Kemunculan Rafaa Salamah ini dinilai kembali mencoreng kredibilitas intelijen Israel yang digaungkan sebagai satu di antara terbaik di dunia.

Selama perang Gaza, penyebab Israel gagal sepenuhnya mencapai target perang satu di antaranya adalah lantaran kegagalan intelijen untuk bisa memetakan Gaza secara utuh. 

Upaya infiltrasi yang dilakukan Israel, dikabarkan belum bisa masuk secara aktif ke dalam organisasi Hamas.

Baca juga: Intelijen Israel: Berbulan-bulan Gempuran Total di Gaza, Hamas Mustahil Dihancurkan

PEMBEBASAN SANDERA - Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Kamis (20/2/2025), memperlihatkan panggung tertutup tirai hitam, yang digunakan oleh Hamas saat menyerahkan empat jenazah sandera Israel; Kfir Bibas (9 bulan), Ariel Bibas (4), ibu mereka bernama Shiri Bibas (32) dan Oded Lifshitz (83), dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Kamis.
PEMBEBASAN SANDERA - Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Kamis (20/2/2025), memperlihatkan panggung tertutup tirai hitam, yang digunakan oleh Hamas saat menyerahkan empat jenazah sandera Israel; Kfir Bibas (9 bulan), Ariel Bibas (4), ibu mereka bernama Shiri Bibas (32) dan Oded Lifshitz (83), dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Kamis. (Telegram Brigade Al-Qassam)

Para Sandera Israel Tewas Justru Oleh Bom IDF

Pada prosesi penyerahan jenazah para sandera Israel itu, Hamas menyiapkan panggung  yang berhias spanduk-spanduk perlawanan yang menentang tuntutan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menurut media Ibrani.

Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, bersama dengan faksi perlawanan Palestina lainnya, menyerahkan jenazah empat tawanan 'Israel' kepada Palang Merah di Gaza.

Baca juga: Pesan Menyakitkan dari Hamas ke Netanyahu Saat Penyerahan Gelombang Pertama Jenazah Sandera Israel

"Dalam pernyataan resminya, Hamas menekankan bahwa perlawanan tersebut menjamin martabat para korban tewas dan menghormati perasaan keluarga mereka selama penyerahan jenazah, meskipun ada apa yang digambarkannya sebagai pengabaian pendudukan Israel terhadap kehidupan mereka saat mereka masih hidup," tulis laporan RNTV, Kamis.

Brigade tersebut juga mengecam Pendudukan Israel karena mengebom tempat-tempat penahanan tawanan, yang mengakibatkan kematian mereka, dan meminta pertanggungjawaban pemerintah 'Israel' karena menghalangi negosiasi pertukaran tawanan.

Selain itu, Al Qassam mengecam Perdana Menteri Israel Netanyahu karena berupaya mengalihkan tanggung jawab atas kematian para tawanan.

"Pernyataan tersebut menegaskan kembali bahwa pertukaran tawanan adalah satu-satunya cara untuk membawa pulang tawanan dalam keadaan hidup dan memperingatkan agar tidak menggunakan kekuatan militer, yang akan menyebabkan lebih banyak korban," kata laporan RNTV.

Malu Besar

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved