Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Mesir Siapkan Alat Berat di Perbatasan Rafah, Israel Tolak Akses ke Gaza

Juru bicara pemerintah Israel, Omer Dostri mengatakan bahwa tidak memperbolehkan alat berat untuk memasuki wilayah Gaza.

Tangkapan Layar YouTube ABC News
PERBATASAN RAFAH - Tangkapan Layar YouTube ABC News yang diambil pada Kamis (14/2/2025) yang menunjukkan truk-truk bantuan mulai menyeberang dari Mesir ke Gaza melalui Perbatasan Rafah. Bentuk persiapan Mesir adalah dengan mengirimkan puluhan buldoser dan kendaraan kontruksi ke perbatasan Rafah pada hari Kamis (13/2/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Mesir tengah bersiap untuk melakukan rekonstruksi Gaza.

Bentuk persiapan Mesir adalah dengan mengirimkan puluhan buldoser dan kendaraan konstruksi ke perbatasan Rafah pada hari Kamis (13/2/2025).

Pemerintah Mesir melaporkan bahwa puluhan kendaraan konstruksi tersebut telah bersiap memasuki Gaza.

Seorang fotografer AFP juga mengonfirmasi keberadaan kendaraan-kendaraan tersebut, termasuk truk yang membawa karavan, di titik perbatasan.

Peralatan tersebut diharapkan memasuki Gaza dalam beberapa hari mendatang. 

Dengan dikirimnya kendaraan konstruksi tersebut, diharapkan dapat membantu membersihkan puing-puing dan memperbaiki Jalur Gaza akibat serangan Israel.

Namun sayangnya niat baik Mesir tersebut tidak dapat berjalan mulus.

Pasalnya, juru bicara pemerintah Israel, Omer Dostri tak setuju dengan niat baik Mesir.

Dostri mengatakan bahwa tidak memperbolehkan alat berat untuk memasuki wilayah Gaza.

"Tidak ada karavan (rumah mobil) atau peralatan berat yang masuk ke Jalur Gaza, dan tidak ada koordinasi untuk ini," tulis Omer Dostri, juru bicara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, di X, dikutip dari The New Arab.

Tidak hanya itu, ia justru menekankan bahwa penyeberangan Rafah tidak dibuka untuk apapun sesuai dengan perjanjian gencatan senjata.

"Berdasarkan perjanjian tersebut, tidak ada barang yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza melalui penyeberangan Rafah," tambahnya.

Baca juga: Truk Bantuan Kemanusiaan dari Mesir Bersiap Memasuki Gaza Melalui Penyeberangan Rafah

Saat ini, hanya evakuasi korban luka dan sakit yang diperbolehkan melintasi perbatasan Rafah.

Sementara truk bantuan hanya diperbolehkan melintasi penyeberangan kerem Shalom.

Situasi ini semakin diperumit oleh rencana Presiden AS Donald Trump yang ingin merelokasi warga Palestina dari Gaza ke Mesir dan Yordania.

Rencana ini mendapat tentangan keras dari kedua negara tersebut. 

Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menyebut pemindahan paksa ini sebagai "ketidakadilan" yang tidak dapat ditanggung Mesir.

Sementara itu, Raja Yordania Abdullah menegaskan bahwa negaranya "teguh" dalam menolak pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza dan Tepi Barat.

Kemudian Mesir telah berjanji akan melakukan rekonstruksi Gaza tanpa memindahkan warga Palestina.

Rencana ini telah diungkapkan oleh Presiden al-Sisi dengan cara mengajukan proposal pembangunan kembali Gaza.

Al-Sisi dan Raja Yordania Abdullah II sepakat untuk segera memulai rekonstruksi Gaza tanpa menggusur warga Palestina. 

Dalam percakapan telepon yang dirilis oleh Kepresidenan Mesir, kedua pemimpin menegaskan kembali posisi Mesir-Yordania mengenai implementasi penuh perjanjian gencatan senjata, pembebasan sandera dan tahanan yang berkelanjutan, serta pengiriman bantuan kemanusiaan untuk meringankan penderitaan di Gaza, dikutip dari Anadolu Ajansi.

Panggilan telepon ini dilakukan setelah pertemuan Raja Abdullah dengan Presiden AS Donald Trump di Washington.

Sebagai respons terhadap kondisi Gaza, Mesir akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak negara-negara Arab pada akhir bulan ini. 

Pemerintah Mesir juga mengumumkan rencana untuk menyampaikan "visi komprehensif" mengenai rekonstruksi Gaza yang menjamin warga Palestina tetap tinggal di tanah mereka

"Setiap visi untuk menyelesaikan masalah Palestina harus mempertimbangkan kebutuhan untuk menghindari membahayakan pencapaian perdamaian di kawasan tersebut, sementara pada saat yang sama mengatasi akar penyebab konflik dengan mengakhiri pendudukan Israel atas tanah Palestina dan melaksanakan solusi dua negara," kata Kemenlu Mesir, dikutip dari Palestine Chronicle.

Namun ia menggarisbawahi bahwa setiap solusi yang diusulkan harus menghindari ancaman terhadap perdamaian kawasan dan mengatasi akar penyebab konflik, termasuk mengakhiri pendudukan Israel atas wilayah Palestina.

Mesir juga menegaskan kembali bahwa penerapan solusi dua negara merupakan satu-satunya jalan menuju stabilitas dan koeksistensi abadi di kawasan Timur Tengah.

Dengan langkah ini, Mesir berharap dapat membantu mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan dan memastikan hak-hak rakyat Palestina tetap dihormati.

(Tribunnews.com/Farrah)

Artikel Lain Terkait Mesir dan Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved