Konflik Rusia Vs Ukraina
Tentara Korut yang Ditangkap Ukraina Tak Ingin Kembali ke Negaranya, Sebut Sudah Nyaman
Salah seorang tentara Korea Utara yang ditangkap Ukraina mengaku tak ingin kembali ke negaranya karena sudah nyaman di Ukraina.
TRIBUNNEWS.COM - Ukraina merilis sebuah video yang memperlihatkan dua tentara Korea Utara yang ditangkap saat penyerangan di wilayah Kursk, Rusia, pada Sabtu (11/1/2025).
Video tersebut memperlihatkan kedua tentara Korea Utara itu sedang diinterogasi oleh Dinas Keamanan Ukraina (SBU).
Salah satu tentara Korea Utara mengatakan dirinya ingin tetap tinggal di Ukraina dan tak mau kembali ke negaranya.
SBU menanyakan kepada tentara Korea Utara tersebut apakah semua orang Ukraina adalah orang baik.
Kepada penerjemah, salah seorang tentara Korea Utara menjawab Ukraina adalah tempat yang baik untuk ditinggali.
"Saya ingin tinggal di sini," kata prajurit itu, dikutip dari The Korea Times.
Prajurit itu mengatakan dia akan pulang jika diminta, tetapi mengangguk ketika ditanya apakah dia akan tetap tinggal di Ukraina.
Prajurit itu juga menyatakan bahwa dia tidak tahu bahwa dirinya dikerahkan untuk berperang melawan Ukraina.
Bahkan, ia menggelengkan kepala ketika ditanya apakah dia tahu bahwa dirinya sedang berperang melawan Ukraina.
"(Komandan) mengatakan kami akan berlatih seperti pertempuran sebenarnya," ucap prajurit tersebut.
Ia mengatakan bahwa dia telah berada di garis depan sejak 3 Januari 2025 dan dia bersembunyi di sebuah galian.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1055: Rusia Klaim Rebut 2 Desa di Donetsk dan Kharkiv
"Setelah melihat rekan-rekan saya tewas, saya bersembunyi di galian, dan saya terluka pada tanggal 5 Januari," kata prajurit itu.
Sementara itu, prajurit lainnya yang terluka di bagian rahangnya tampak ingin kembali ke Korea Utara.
Ketika ditanya oleh penerjemah apakah ia ingin kembali ke Korea Utara, prajurit itu awalnya tidak responsif, tetapi ketika penerjemah bertanya lagi, menggunakan "Joson", istilah Korea Utara untuk nama negara itu, prajurit itu mengangguk.
Prajurit itu juga tampaknya menunjukkan bahwa orang tuanya tidak tahu di mana dia berada ketika ditanya.
Gunakan Identitas Rusia
Kedua tentara Korea Utara itu mengatakan bahwa mereka mengira dirinya pergi ke Rusia untuk pelatihan, bukan untuk berperang melawan Ukraina.
SBU mengatakan pihaknya telah menginterogasi kedua tentara tersebut melalui penerjemah Korea bekerja sama dengan Dinas Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) karena mereka tidak berbicara bahasa Ukraina, Rusia, atau Inggris.
Dikutip dari Yonhap, dikatakan bahwa salah satu tentara memiliki kartu identitas militer Rusia atas nama orang lain yang terdaftar di Rusia.
Baca juga: Zelensky Tawari Kim Jong Un Tukar Tentara Korut dengan Tentara Ukraina yang Ditawan Rusia
Tentara itu mengatakan bahwa dia diberi dokumen tersebut pada musim gugur lalu ketika ia mengatakan beberapa unit Korea Utara ikut serta dalam acara pelatihan selama satu minggu dengan pasukan Rusia.
"Patut dicatat bahwa tahanan tersebut menekankan bahwa ia diduga pergi untuk mengikuti pelatihan, bukan untuk berperang melawan Ukraina," kata SBU dalam rilisnya.
Warga Korea Utara dengan kartu identitas militer Rusia itu mengaku lahir pada 2005 dan telah bertugas di militer Korea Utara sejak 2021.
Sementara, warga negara lainnya lahir pada 1999 dan telah bertugas sejak 2016 sebagai penembak jitu pengintai, kata SBU, mengutip informasi awal.
SBU juga merilis rekaman video yang tampaknya memperlihatkan dua pria yang ditangkap-- keduanya diperban karena terlihat terluka.
Baca juga: Tewaskan Tentara Ukraina Lewat Duel Dengan Pisau, Prajurit Rusia Dapat Gelar Pahlawan dari Putin
Badan mata-mata Korea Selatan kemudian mengonfirmasi penangkapan kedua tentara tersebut oleh Ukraina, dan mengutip pernyataan salah satu dari mereka yang mengatakan bahwa telah terjadi korban yang "cukup besar" di antara tentara Korea Utara di Rusia.
"(Kami) akan terus berbagi informasi terkait tahanan Korea Utara dalam kerja sama yang erat dengan otoritas intelijen Ukraina," kata NIS.
NIS menambahkan bahwa tentara yang terluka tidak berada dalam kondisi kritis.
Korea Utara diperkirakan telah mengirim sekitar 11.000 tentara untuk mendukung Rusia dalam perang melawan Ukraina, menurut pejabat Korea Selatan.
NIS mengatakan kepada para anggota parlemen bulan lalu bahwa sedikitnya 100 warga Korea Utara telah terbunuh, dengan sekitar 1.000 lainnya terluka.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.