Rabu, 1 Oktober 2025

5 cara menjadi teman yang baik dan tidak menyebalkan

Ada beberapa langkah sederhana yang bisa diterapkan untuk meningkatkan hubungan pertemanan. Ternyata, sekadar mendengarkan curhat…

BBC Indonesia
5 cara menjadi teman yang baik dan tidak menyebalkan 

Ada beberapa langkah sederhana yang bisa diterapkan untuk meningkatkan hubungan pertemanan. Ternyata, sekadar mendengarkan curhat tidak termasuk.

Manusia memang dikenal tidak mampu mengenali kekurangannya sendiri. Kita mungkin sering berkeluh kesah tentang kesombongan, ketidakpedulian, atau kebodohan orang lain, tanpa pernah mempertimbangkan kekurangan apa yang ada dalam diri kita sendiri.

Titik buta ini akan terlihat jelas dalam persahabatan. Tanpa pernah bermaksud menyakiti, perbuatan spontan bisa menyakiti orang-orang yang paling kita cintai.

Apa yang saya maksud adalah tindakan atau perkataan yang menyakitkan atau merugikan orang lain, yang dilakukan tanpa sengaja. Namun, konsekuensi dari kesalahan-kesalahan kecil ini bisa merusak jalinan pertemanan.

Saat menulis buku terbaru saya tentang ilmu hubungan sosial, saya menemukan bahwa "hubungan yang ambivalen" (kadang baik, kadang buruk) dapat lebih merusak kondisi seseorang daripada sikap pendendam yang memang sudah dikenal tidak menyenangkan.

Untungnya, temuan penelitian ini dapat membantu kita mengembangkan strategi sederhana yang ampuh untuk mengenali kebiasaan buruk dan mengurangi dampaknya.

Berikut adalah lima hal favorit saya untuk menghindari permusuhan yang tidak disengaja.

Konsisten

Tidak ada seorang pun yang menyukai berada dalam kondisi ketidakpastian. Fakta ini bisa dilihat dari respons orang terhadap rasa sakit fisik dalam penelitian Archy de Berker di Institut Neurologi UCL di Inggris.

Peneliti meminta orang untuk memainkan permainan komputer yang menggunakan sengatan listrik ringan setiap kali mereka menemukan ular bersembunyi di bawah batu virtual.

Untuk melihat efek ketidakpastian pada respons stres, para peneliti mengacak frekuensi kemungkinan batu akan menyembunyikan ular selama percobaan, dan mengukur tanda-tanda fisiologis kecemasan, seperti keringat dan pelebaran pupil.

Cukup mengejutkan, reaksi stres para peserta tampak lebih jelas ketika hanya ada 50% kemungkinan untuk tersengat listrik, dibandingkan dengan skenario ketika mereka tahu pasti bahwa rasa sakit akan datang.

Perilaku yang tidak menentu dapat membuat orang-orang di sekitar kita terus menanti-nanti atau berada dalam keadaan antisipasi.

Dalam penelitian yang menyelidiki persahabatan yang tidak bisa ditebak, para ilmuwan meminta peserta untuk membayangkan mendatangi seorang teman untuk meminta nasihat, pengertian, atau bantuan.

Mereka diminta menanggapi pertanyaan-pertanyaan berikut, dalam skala satu (tidak sama sekali) hingga enam (sangat):

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved