Ekonomi Asia Diprediksi Melambat Akibat Krisis di Cina dan Perang Dagang
Melambatnya ekonomi Cina dan ancaman perang dagang di bawah Presiden AS Donald Trump meredupkan harapan pertumbuhan di Asia. Situasi…
Sebagian pengamat meyakini adanya indikasi awal bahwa pasar properti telah mencapai titik terendah. Namun harga rumah masih terjun bebas. Sektor real estat Cina diyakini belum akan pulih hingga paruh kedua tahun 2025. Secara keseluruhan, menurut lembaga pemeringkat kredit AS Fitch Ratings, harga bangunan baru di Cina akan turun sebesar 5 persen pada tahun 2025.
Seberapa bisa dipercaya data ekonomi Cina?
Repotnya, di tengah kelesuan tidak banyak diketahui tentang kondisi asli perekonomian Cina.
Belum lama ini Fu Peng, kepala ekonom di perusahaan pialang Northeast Securities, menjadi sasaran sensor setelah menulis komentar kritis. Menurutnya, Cina perlu bersiap menghadapi perlambatan yang lebih tajam, dan betapa masalah terbesar yang dihadapi perekonomian adalah redistribusi kekayaan. Setelah komentar Fu dipublikasikan, akun media sosial WeChat miliknya ditangguhkan dan dia menghilang dari pandangan publik.
Nasib serupa dialami Gao Shanwen, kepala ekonom di SDIC Securities milik negara. Pada sebuah pertemuan investor di Shenzhen, dia mengatakan dirinya yakin angka resmi pertumbuhan ekonomi Cina terlalu dilebih-lebihkan. "Kaum muda yang kecewa” dan "penduduk usia menengah yang terpukul” meredam konsumsi dalam negeri. Akibatnya, akun media sosial Gao ditutup karena "alasan politik.”
Data Cina juga semakin tidak konsisten dengan laporan dari investor dan perusahaan lokal. Terlbih jika perekonomian terus melambat, kepercayaan pasar pada data pemerintah akan kembali dipertanyakan, kata Garcia-Herrero.
"Mengingat angka bulan November, saya penasaran untuk melihat apakah kepemimpinan Cina berani mengumumkan target pertumbuhan yang sama sebesar 5 persen untuk tahun ini. Karena semakin jelas bahwa perekonomian tidak tumbuh sebesar 5 persen,” kata Garcia- Ini dia.
"Cina telah menjadi semakin distopia dalam hal statistik, dan masyarakat tidak lagi peduli dengan data resmi.” Selain itu, data yang tidak dapat diandalkan dinilai bisa menghambat gairah investasi.
Trump sumber kekacauan dan ketidakpastian?
Imbas terbesar bagi perekonomian Asia pada tahun 2025 kemungkinan besar adalah dimulainya kembali kepemimpinan Donald Trump pada akhir bulan Januari. Asia termasuk kawasan yang dapat dengan cepat merasakan dampak penuh dari perubahan politik di Washington.
Presiden terpilih AS telah mengancam akan memberlakukan tarif sebesar 10 persen untuk semua impor dan 60 persen untuk semua impor Cina. Hal ini akan berdampak besar terhadap ekspor Asia dan dapat memicu efek domino global.
Kebijakan "America First,” demi mengurangi defisit perdagangan bilateral AS, akan menjadi berita buruk bagi Cina, Vietnam, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, dan India – negara-negara yang memiliki defisit perdagangan terbesar dengan AS.
"Saya pikir tarif akan menjadi bagian dari kebijakan ekonomi Trump ketika tarif mulai berlaku pada tahun 2025. Namun sulit untuk mengatakan bagaimana dia akan menggunakannya, pada tingkat apa dan dalam proporsi apa,” kata Magnus.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.