Selasa, 30 September 2025

Konflik Iran Vs Israel

Nilai Mata Uang Rial Iran Ambrol, Israel Waspada Tinggi Karena Khawatir pada Langkah Ekstrem Teheran

Jatuhnya mata uang Rial Iran dan memburuknya ekonomi Teheran, dapat mendorong Iran untuk mengambil tindakan ekstrem terhadap Israel.

AFP/Nur Photo
Bendera Iran dan Israel. 

Mata uang Iran kembali melemah setelah dewan gubernur badan nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) mengeluarkan resolusi yang diusulkan Eropa terhadap Teheran yang meningkatkan risiko sanksi baru.

Jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad, sekutu lama Iran, juga turut menyumbang pelemahan Rial Iran.

Trump pada 2018 membatalkan perjanjian nuklir yang dibuat oleh pendahulunya Barack Obama pada 2015 dan menerapkan kembali sanksi ekonomi Amerika terhadap Iran yang sebelumnya sempat dilonggarkan.

Kesepakatan itu telah membatasi kemampuan Iran untuk memperkaya uranium, sebuah proses yang dapat menghasilkan bahan fisil untuk senjata nuklir.

Rial Iran telah kehilangan lebih dari 90 persen nilainya sejak sanksi kembali diberlakukan pada 2018.

Para Pejabat Iran Gelar Rapat Soal Ambrolnya Nilai Mata Uang Rial Iran

Terkait situasi ekonomi Teheran saat ini, kepala tiga cabang kekuasaan pemerintah Iran dilaporkan mengadakan pertemuan pada Sabtu (4/1/2025) malam untuk membahas kenaikan nilai mata uang asing baru-baru ini terhadap mata uang lokal Iran, rial.

"Pertemuan rutin hari Sabtu para pimpinan tiga cabang kekuasaan diselenggarakan oleh pimpinan cabang eksekutif pemerintah Presiden Masoud Pezeshkian dan pimpinan cabang legislatif dan hukum Ketua Parlemen Mohammad Bagher Ghalibaf dan Kepala Kehakiman Gholmhossein Mohseni-Ejei," tulis laporan MNA.

Ketiga pejabat tinggi tersebut membahas kenaikan harga mata uang asing baru-baru ini terhadap mata uang lokal Iran, rial.

Mereka menekankan penguatan pasokan mata uang asing ke pasar dan pengelolaan sisi permintaannya.

Mereka juga menekankan kewenangan penuh Bank Sentral untuk mengatur dan mengawasi pasar mata uang kripto sesuai dengan Undang-Undang Bank Sentral.

Ayatollah Ali Khamenei Marah Besar

Terkait situasi geopolitik di kawasan, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei merasa geram setelah negaranya terus-terusan menjadi sasaran kesalahan ketika terjadi gejolak di Timur Tengah.

Dalam pidatonya, Ali Khamenei menolak klaim Iran telah kehilangan apa yang disebut dengan proksinya di kawasan Asia Barat.

Ali Khamenei menegaskan bahwa Iran tidak memiliki kekuatan proksi di wilayah tersebut.

"Beberapa pihak terus-menerus mengatakan bahwa Republik Islam telah kehilangan pasukan proksinya di kawasan tersebut," kata Ali Khamenei, dikutip dari IRNA.

"Ini adalah pernyataan yang salah lagi. Republik Islam tidak memiliki pasukan proksi," tegasnya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved