Senin, 29 September 2025

Konflik Iran Vs Israel

Perang Atrisi dari Iran Mulai Berdampak, Israel Alami Defisit Keuangan Rp 566 Triliun pada 2024

Strategi perang atrisi yang dijalankan Iran lewat proksi di berbagai front mulai berdampak pada Israel yang mengalami defisit fiskal ratusan triliun

khaberni/tangkap layar
Dua serdadu Israel (IDF) tampak membetulkan rantai tank tempur yang bermasalah. Perang banyak front yang berlarut secara nyata menguras ekonomi Israel sebagai dampak dari beban perang. 

Perang Atrisi dari Iran Mulai Berdampak, Israel Alami Defisit Keuangan Rp 566 Triliun pada 2024

TRIBUNNEWS.COM - Perang atrisi yang dilancarkan Iran dan milisi proksinya dalam kerangka 'Poros Perlawanan' mulai berdampak terhadap Israel.

Dari sisi perekonomian, Kementerian Keuangan Israel memperkirakan anggaran tahun 2024 akan mencatat defisit fiskal sebesar 7,7 persen Produk Domestik Bruto (PDB).

Baca juga: Mayor Jenderal Tentara Israel: IDF Rugi Besar di Jabalia, Serbuan Berulang Tanpa Target Jelas

"Defisit ini merupakan peningkatan signifikan dari ekspektasi sebelumnya yang mengindikasikan defisit hanya sebesar 6,6 persen (pada 2024)," kata laporan Khaberni, Minggu (29/12/2024). 

Laporan itu menyatakan, peningkatan defisit fiskal Israel ini mencerminkan dampak perang yang sedang berlangsung di Gaza dan eskalasi militer di Lebanon, Yaman, Suriah, dan front lain.

"Munculnya front-front (perang) pertempuran ini mengakibatkan peningkatan belanja militer Israel secara signifikan," kata laporan itu.

Israel menuding, Iran berada di belakang para milisi perlawanan di kawasan mulai dari Hizbullah Lebanon hingga Houthi di Yaman yang menjadikan solidaritas terhadap perjuangan Palestina melawan agresi Israel di Gaza sebagai dalil terus menyerang negara zionis tersebut.

Di sisi lain, milisi proksi Iran seperti Hizbullah dan Houthi terus menggaungkan strategi perang atrisi terhadap Israel.

Gerakan Hamas, juga menyatakan menjalankan taktik ini melawan pasukan Israel.

Sebagai informasi, Perang atrisi adalah strategi militer yang bertujuan melemahkan lawan dengan cara terus-menerus menyerang pasukan dan peralatan mereka hingga mereka kelelahan dan tidak dapat melanjutkan pertempuran.  

Baca juga:  Mikir Dua Kali Serang Langsung Iran, PM Israel: Houthi akan Belajar Seperti Hamas dan Hizbullah

Kementerian Keuangan Israel memperkirakan defisit hanya akan mencapai 4,2 persen pada tahun 2023, namun seiring dengan meningkatnya ketegangan militer dan meluasnya cakupan konflik di kawasan, biaya militer meningkat secara signifikan. 

Menurut perkiraan, defisit akan mencapai sekitar 35 miliar dolar AS atau sebesar Rp 566,5 Triliun pada akhir tahun ini.

Angka fantastis ini mencerminkan beban keuangan yang diakibatkan oleh perang.

Tentara IDF Israel dalam Perang kedua melawan Lebanon. Israel mengancam akan melancarkan perang ketiga seiring intensifnya serangan roket Hizbullah ke pemukiman Yahudi di utara Israel.
Tentara IDF Israel dalam Perang kedua melawan Lebanon. Israel mengancam akan melancarkan perang ketiga seiring intensifnya serangan roket Hizbullah ke pemukiman Yahudi di utara Israel. (tangkap layar ap)

Belanja Militer Bengkak, Bantuan AS Belum Sepenuhnya Terwujud

Pada tahun 2022, Israel mencapai surplus anggaran sebesar 0,6 persen dari PDB, berkat belanja militer yang stabil, peningkatan investasi asing, dan peningkatan pengumpulan pajak.

Namun, awal tahun 2024 menunjukkan dampak krisis keuangan yang memporak-porandakan perekonomian Israel akibat eskalasi militer dan belanja pertahanan yang tinggi.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan