Konflik Suriah
Tak Hanya Ancam HTS di Suriah, Israel Juga Bakal Basmi Tentara dan Fasilitas Militer yang Tersisa
Israel tak hanya mengancam HTS di Suriah, tapi juga memastikan bakal membasmi tentara dan fasilitas-fasilitas militer yang tersisa.
Penulis:
Pravitri Retno Widyastuti
Editor:
Whiesa Daniswara
Saat ini, Angkatan Udara (AU) Israel mengklaim mampu melakukan operasi secara aman di wilayah udara Suriah, setelah menguasai sebagian besar wilayah udara negara tersebut.
Media Israel melaporkan, jatuhnya rezim Bashar al-Assad memungkinkan militer Israel menggunakan wilayah udara Suriah untuk menyerang Iran lewat jarak jauh.
Diketahui, pertahanan udara Suriah digambarkan sebagai salah satu yang terkuat di Timur Tengah.
Tetapi, dengan jatuhnya rezim Assad, militer Israel secara cepat melanggar kedaulatan dan melancarkan operasi udara besar-besaran terhadap Suriah.
Serangan-serangan Israel di Suriah dianggap melanggar hukum oleh para ahli PBB, yang mengatakan rezim Netanyahu telah melanggar hukum internasional.
Baca juga: Rezim Assad Tumbang, HTS Temukan Gudang Captagon di Damaskus, Bersumpah Hancurkan
Surat kabar Israel, Maariv, melaporkan militer Israel telah menyerang sekitar 400 target pertahanan strategis di Suriah selama beberapa hari terakhir.
Sementara, sekitar 350 serangan udara menargetkan sistem pertahanan udara dan puluhan fasilitas produksi di Damaskus, Homs, Tartus, Latakia, dan Palmyra.
Serangan udara lainnya menargetkan rudal balistik Suriah, rudal jelajah, pesawat nirawak, jet tempur, helikopter serang, radar, tank, dan hanggar.
Operasi yang diberi nama "Panah Bashan" ini merujuk pada wilayah Alkitab yang meliputi Dataran Tinggi Golan dan sebagian wilayah barat daya Suriah.
Skala serangan secara luas ditafsirkan sebagai cerminan ambisi ekspansi rezim Israel yang lebih luas.
Tindakan ini dipandang sebagai indikasi yang jelas, ketika diberi kesempatan, "Israel" berupaya menduduki wilayah di Suriah.
Tumbangnya Rezim al-Assad
Diketahui, rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad, tumbang setelah puluhan tahun berkuasa, Minggu(7/12/2024), ketika ibu kota Damaskus jatuh ke tangan oposisi.
Setelah bentrokan meningkat pada 27 November 2024, rezim al-Assad kehilangan banyak kendali atas banyak wilayah, mulai Aleppo, Idlib, hingga Hama.
Akhirnya, saat rakyat turun ke jalanan di Damaskus, pasukan rezim mulai menarik diri dari lembaga-lembaga publik dan jalan-jalan.
Dengan diserahkannya Damaskus ke oposisi, rezim al-Assad selama 61 tahun resmi berakhir.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.