Rabu, 1 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Pasukan IDF Menyerang Masuk Lewat Invasi Darat, Tentara Lebanon Dukung Hizbullah atau Israel?

Di mana posisi Tentara Lebanon dalam perang yang kembali pecah? Apakah membantu Hizbullah atau justru berada di pihak Tentara Israel selaku agresor?

almaresearch/tangkap layar
Anggota pasukan Tentara Lebanon mengibarkan bendera Lebanon di samping bendera Hizbullah. Hubungan antara Tentara Lebanon dan pasukan HIzbullah di Lebanon dinilai memiliki konstalasi menarik dan rapuh. 

Sistem politiknya, yang didasarkan pada pembagian kekuasaan berbasis kelompok-kelompok agama, menciptakan keseimbangan yang rapuh.

Dalam konteks ini, tentara Lebanon sering kali mengambil posisi netral dalam banyak konflik besar demi menghindari risiko perpecahan seperti perang saudara.

Khalil Helou, jenderal Lebanon yang sedang cuti dan menjadi profesor geopolitik di Universitas St Joseph Beirut, mengatakan kepada Euronews bahwa peran tentara di Lebanon bukan hanya untuk mempertahankan perbatasan negara.

Baca juga: Hamas Sampaikan Belasungkawa atas Tewasnya Hassan Nasrallah, Tentara Israel: Hari-hari akan Sulit

“Mereka bukan tentara klasik seperti tentara di negara-negara Barat. tentara Lebanon tunduk pada instruksi pemerintah Lebanon,” katanya.

“Saat ini, dan untuk jangka waktu yang lama, telah terjadi perpecahan yang esktrem. Tentara dibiarkan sendiri. Sekarang siapa pun yang memimpin tentara, siapa pun panglima tentara, mereka harus mengambil keputusan yang menurut mereka paling sesuai," tambah Helou.

Lebanon dan militer regulernya mempunyai beberapa masalah penting yang harus dipertimbangkan, yang semuanya mempunyai konsekuensi serius.

Jika tentara Israel mengubah serangan udaranya seperti saat ini terhadap Hizbullah menjadi perang darat seperti tahun 2006, kekerasan akan meluas dari Lebanon selatan dan Lembah Bekka ke seluruh negeri itu, dan seluruh Timur Tengah berada dalam ancaman.

Selama invasi Israel tahun 2006, tentara reguler Lebanon menghindari konfrontasi dengan Israel, meskipun beberapa pangkalan militernya dibom.

Tentara Lebanon tidak menggunakan kekuatannya untuk melucuti senjata Hizbullah meskipun ada ketentuan menyatakan hal itu dalam Resolusi PBB Nomor 1701.

Lebanon Selatan dan Lembah Bekka seharusnya berada di bawah perlindungan hukum Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701.

Resolusi itu menetapkan pembentukan pasukan penjaga perdamaian PBB, UNIFIL, di wilayah Selatan.

Resolusi itu juga memberikan peran kepada tentara reguler Lebanon, dan menyerukan kepada Pemerintah Lebanon dan UNIFIL "untuk mengerahkan pasukan mereka secara bersama-sama" sehingga "tidak akan ada senjata (yang digunakan) tanpa persetujuan dari Pemerintah Lebanon dan tidak ada otoritas selain Pemerintah Lebanon" setelah penarikan tentara Israel dari wilayah itu.

Pasukan pejuang Hizbullah berparade di Beirut, ibukota Lebanon pada 12 Juni 2024.
Pasukan pejuang Hizbullah berparade di Beirut, ibukota Lebanon pada 12 Juni 2024. (Houssam Shbaro/Anadolu/Getty Images)

Keseimbangan yang Rapuh

Pada tahun 1975 hingga 1990, Lebanon dilanda perang saudara, dan menjadi arena militer bagi aktor-aktor regional dan negara-negara besar. 

Rezim politik Lebanon saat ini merupakan sebuah keseimbangan yang rumit antara perwakilan komunitas agama yang berbeda, dan tentara secara konstitusional berada di bawah lembaga-lembaga politik yang anggotanya memiliki pandangan yang saling bertentangan mengenai krisis yang sedang berlangsung.

“Jika terjadi serangan darat, unit-unit militer yang dikerahkan di selatan harus mempertahankan diri dan mempertahankan wilayah Lebanon dengan segala sarana yang mereka miliki,” kata Helou. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved