Selasa, 30 September 2025

Pezeshkian: Iran Siap Bernegosiasi soal Program Nuklir, Namun Tak Akan Tunduk pada Intimidasi Barat

Presiden Iran menyatakan kesiapannya untuk bernegosiasi dengan Barat soal program nuklir, tetapi AS harus memiliki itikad yang baik terlebih dahulu.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Nuryanti
PressTV
Presiden Iran Masoud Pezeshkian berbicara kepada wartawan Iran dan wartawan asing di Teheran pada 16 September 2024 dalam konferensi pers pertamanya sejak ia menjabat. 

Pada langkah pertama, Iran akan menciptakan pandangan dan bahasa yang sama dengan negara-negara tetangganya untuk membangun kawasan yang penuh kedamaian dan ketenangan.

"Kekuatan asinglah yang menghalangi terciptanya perdamaian di kawasan tersebut dengan menciptakan konflik ekonomi, budaya, dan etnis," kata Pezeshkian.

Ia menggarisbawahi perlunya Iran untuk tetap kuat.

“Kita membutuhkan kekuatan pertahanan untuk menjaga keamanan rakyat dan negara kita.”

Iran Luncurkan Satelit ke Luar Angkasa Menggunakan Roket Qaem-100, Barat Khawatir soal Teknologinya

Baru-baru ini, Iran meluncurkan sebuah satelit penelitian Charman-1 dengan menggunakan roket Qaem-100.

Namun peluncuran itu dicap berbahaya oleh Barat karena teknologi roket tersebut dipercaya mampu membawa rudal balistik antarbenua (ICBM), yang bisa membawa senjata nuklir.

Mengutip DW, Amerika Serikat sebelumnya mengatakan peluncuran satelit Iran bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB.

Kepala Badan Tenaga Atom Internasional, Rafael Grossi, berulang kali menyebut bahwa Iran sekarang memiliki cukup "uranium yang diperkaya" untuk beberapa senjata nuklir.

Namun Iran selalu membantah bahwa mereka ingin membangun senjata nuklir.

Baca juga: Singgung Gaza, Presiden Iran: Jika Kita Tak Miliki Rudal, Israel Akan Mengebom Kapan pun Mereka Mau

Mereka mengatakan program luar angkasanya, seperti aktivitas nuklirnya, murni untuk tujuan sipil.

Tentang JCPOA, Kesepakatan Nuklir Iran

Mengutip cfr.org, Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) atau yang lebih dikenal dengan "kesepkatan nuklir Iran", adalah sebuah perjanjian mengenai program nuklir Iran yang disepakati di kota Wina, Austria pada 14 Juli 2015.

Perjanjian itu ditandatangani oleh Iran, P5+1 (lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB yakni Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, China, ditambah Jerman), serta Uni Eropa.

Tujuan utama dari perjanjian ini adalah untuk membatasi program nuklir Iran guna mencegahnya mengembangkan senjata nuklir.

Sebagai balasannya, Iran diberi keringanan sanksi ekonomi.

Tetapi pada tahun 2018, Presiden AS saat itu, Donald Trump, memutuskan untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir, dengan alasan bahwa perjanjian tersebut tidak cukup kuat untuk menghentikan ambisi nuklir Iran dan tidak mencakup aktivitas Iran di kawasan, seperti program misil balistik.

Mantan Presiden AS Donald Trump menandatangani dokumen yang memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran setelah mengumumkan penarikan AS dari perjanjian Nuklir Iran, di Ruang Resepsi Diplomatik Gedung Putih di Washington, DC, pada 8 Mei 2018.
Mantan Presiden AS Donald Trump menandatangani dokumen yang memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran setelah mengumumkan penarikan AS dari perjanjian Nuklir Iran, di Ruang Resepsi Diplomatik Gedung Putih di Washington, DC, pada 8 Mei 2018. (SAUL LOEB / AFP)
Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan