Mengapa Kim Jong Un ingin Trump kembali berkuasa?
Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih akan menjadi “kesempatan sekali dalam seribu tahun” bagi Korea Utara, menurut seorang pembelot…
Ri menyebut manfaat utama dari kerja sama ini bagi Pyongyang adalah mereka dapat terus mengembangkan senjata nuklirnya.
Dengan kesepakatan ini, Rusia menciptakan "celah" dalam sanksi internasional yang ketat terhadap Korea Utara, imbuh Ri.
Hal ini memungkinkan Korea Utara untuk “secara bebas mengembangkan senjata nuklir dan rudal serta memperkuat pertahanannya. Pada saat yang bersamaan, mereka dapat mengabaikan kebutuhan untuk memohon keringanan sanksi kepada AS".
Namun, Ri menekankan bahwa Kim Jong Un memahami hubungan ini bersifat sementara dan, setelah perang, Rusia kemungkinan besar akan memutuskan kesepakatan.
Karena itulah, sambung Ri, Kim belum putus asa terhadap AS.
"Korea Utara memahami bahwa satu-satunya jalan menuju keberlangsungan hidup, melenyapkan ancaman invasi, dan mengembangkan ekonomi, adalah dengan menormalkan hubungan dengan Amerika Serikat."
Rusia bisa saja memberi Korea Utara jeda sementara dari penderitaan ekonominya. Namun, Ri mengatakan ditutupnya perbatasan Korea Utara secara total selama pandemi “sangat menghancurkan ekonomi dan kehidupan masyarakat negara itu”.
Menurut Ri, ketika perbatasan dibuka kembali pada tahun 2023 dan para diplomat bersiap untuk kembali, keluarga mereka di kampung halaman meminta mereka untuk “membawa apa saja… bahkan sikat gigi bekas, karena tidak ada yang tersisa di Korea Utara”.
Pemimpin Korea Utara menuntut kesetiaan total dari warganya. Sedikit saja ada perbedaan pendapat, maka hukuman penjara adalah ganjarannya.
Namun, Ri mengatakan kesetiaan rakyat semakin terkikis akibat kemelaratan yang mereka alami selama bertahun-tahun. Kini tidak ada lagi yang mengharapkan sesuatu dari “Pemimpin Tertinggi” mereka, Kim Jong Un.
“Tidak ada lagi kesetiaan yang tulus kepada rezim atau Kim Jong Un. Kesetiaan ini adalah kesetiaan yang dipaksakan, di mana seseorang harus setia atau menghadapi kematian,” katanya.
'Perbuatan paling keji'
Perubahan yang terjadi belakangan ini sebagian besar didorong oleh masuknya film, drama, dan musik Korea Selatan, yang diselundupkan ke Korea Utara.
Produk-produk seni ini ilegal untuk dikonsumsi warga Korea Utara.
“Orang-orang [di Korea Selatan] tidak menonton konten Korea Selatan karena mereka memiliki keyakinan kapitalis. Alih-alih, itu hanyalah cara mereka mencoba menghabiskan waktu dalam kehidupan yang monoton dan suram,” ujar Ri.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.