Sabtu, 4 Oktober 2025
Deutsche Welle

Konservasi Badak Jawa dan Harapan Sang Penjaga

Alih-alih memburu, orang seperti Daryan menghabiskan hidupnya untuk menjaga kelestarian badak jawa bercula satu di Provinsi Banten.…

Deutsche Welle
Konservasi Badak Jawa dan Harapan Sang Penjaga 

Daryan menjelaskan area pengembangan dan penelitian seluas 40 hektare itu, berguna sebagai area ‘penangkaran terkontrol' agar nantinya badak jawa terpilih bisa lebih mudah bertemu dan bereproduksi.

Sembari memandu kami melihat area penangkaran, pria yang sudah bermukim di Banten sejak 2001 untuk mengurus badak jawa ini, menjelaskan sejumlah kegiatan untuk menyambut kedatangan badak jawa pertama ke JRSCA.

"Salah satu fokus kami saat ini adalah pembinaan habitat di area JRSCA, mulai dari perawatan area penangkaran atau paddock seluas 40 hektare ini, kami juga merapikan kandang badak, hingga penyediaan kebutuhan dasar seperti sumber makanan dan air, serta kubangan yang sangat penting bagi badak jawa," ujarnya.

Berbulan jauh dari rumah demi jaga badak

Kami melanjutkan perjalanan untuk memantau kamera pemantau di area berbeda. Beberapa saat kemudian, Daryan memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil menyantap bekal makan siang yang ia bawa.

Daryan menceritakan pengalamannya saat meneliti dan mencari lokasi badak jawa. Pekerjaan ini bisa membuatnya berbulan-bulan tidak pulang ke rumah.

"Untuk mencari lokasi kemudian memantau badak, bisa satu hingga dua bulan di hutan (TNUK). Makan harus hemat-hemat, minum bisa ambil air sungai tapi dimasak, mandi di sungai saja sudah biasa,” tutur Daryan.

Daryan juga menjelaskan upaya untuk mencari lokasi badak jawa yang ternyata tidak mudah, "ada beberapa metode, salah satunya lintasan di mana kita memeriksa sejumlah tanda bcusa, mulai dari jejak kaki, gesekan cula di pohon, hingga memeriksa kotoran dan urine badak. Kalau ketemu urine biasanya kami tes juga pakai test pack untuk memeriksa kehamilan si badak.”

Badak jawa: hewan pemalu yang suka ‘luluran'

Sambil memeriksa salah satu kamera pemantau, Daryan mengaku paham betul karakteristik dan ciri khas badak bercula satu, di antaranya sifat penyendiri dan gemar ‘luluran'.

Sebagai satwa endemik yang hanya ada di Indonesia, badak bercula satu termasuk dalam ketegori hewan pemalu dan penyendiri atau soliter. Ini juga yang dinilai menjadi salah satu faktor menurunnya populasi badak jawa. Mereka sulit bertemu dan berkembang biak.

"Selain sifatnya yang soliter, umumnya siklus reproduksi bacusa cukup lama. Proses kehamilan berkisar antara 16 sampai 18 bulan, ditambah masa pengasuhan selama satu hingga dua tahun. Jadi siklus badak jawa dari kawin hingga kawin lagi membutuhkan waktu sekitar empat sampai lima tahun," jelas Daryan.

Sambil tersenyum, Daryan juga menerangkan kebiasaan ‘gemas' bacusa, yaitu berkubang atau ia menyebutnya ‘lumpuran'. "Seperti kalau kita (manusia) itu ‘luluran', di Badak itu ‘lumpuran'," tandas koordinator manajemen habitat badak jawa TNUK.

Fungsi utama luluran badak ada dua, pertama untuk membunuh parasit yang ada di lipatan kulit badak. Kedua, untuk menjaga suhu tubuh badak jawa yang sangat sensitif, dan tidak tahan terhadap suhu yang terlalu panas maupun dingin.

Jadi, saat siang hari bacusa berkubang di lumpur untuk mendinginkan badannya, sedangkan di malam hari mereka berkubang untuk menghangatkan diri.

Jika badak jawa punah, ekosistem terancam rusak

Hasil analisis Vortex Population Viability (PVA) terhadap populasi badak jawa menjelaskan, bila dibiarkan hidup tanpa intervensi dan upaya pelestarian dari manusia, mereka berpotensi punah dalam 50 tahun. Apabila perburuan tidak dihentikan, Daryan bahkan memprediksi dalam 20 hingga 30 tahun ke depan badak jawa hanya tinggal kenangan.

Bagi Daryan, badak jawa lebih dari sekadar hewan endemik dan identitas bangsa, tapi juga perawat alami ekosistem di sekitarnya, khususnya kawasan hutan di Taman Nasional Ujung Kulon.

Halaman
123
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved