Enam alasan mengapa lebih dari 1.000 jemaah haji meninggal di Mekah
Ibadah haji tahun ini diwarnai dengan tragedi. Setidaknya 1.081 jemaah dari berbagai negara meninggal dunia, menurut hitungan kantor…
“Tahun-tahun sebelumnya, putar balik untuk mengakses tenda dibuka, namun kini semua jalur tersebut ditutup. Akibatnya, jemaah biasa, meski berada di tenda Kategori A di Zona I, harus berjalan kaki sejauh 2,5 kilometer di musim panas untuk mencapai tenda mereka,” jelasnya.
“Jika terjadi keadaan darurat di jalur ini, tidak ada yang akan menghubungi Anda selama 30 menit. Tidak ada pengaturan untuk menyelamatkan nyawa, juga tidak ada titik air di sepanjang jalur ini,” tambah Acha.
Bantuan medis yang lamban
Banyak jemaah haji dilaporkan mendapat perawatan medis yang tidak memadai.
Menurut sejumlah jemaah, ambulans dan pertolongan pertama tidak tersedia bagi mereka yang mengalami kelelahan akibat panas atau masalah kesehatan lainnya.
Amina menceritakan ketika rekan sesama jemaah membutuhkan oksigen karena klaustrofobia, perlu waktu lebih dari 25 menit sampai ambulans tiba meskipun mereka sudah memohon dengan putus asa.
“Akhirnya ambulans datang dan dokter bahkan tidak memeriksanya selama dua detik dan berkata 'tidak terjadi apa-apa padanya' lalu pergi,” tambahnya.
Namun, Menteri Kesehatan Saudi menggarisbawahi sumber daya yang dialokasikan untuk menjamin kesejahteraan jemaah.
Pemerintah Saudi mengatakan bahwa mereka telah menyediakan 189 rumah sakit, pusat kesehatan dan klinik keliling dengan kapasitas gabungan lebih dari 6.500 tempat tidur, lebih dari 40.000 staf medis, teknis, administrasi, dan sukarelawan.
Kemudian terdapat lebih dari 370 ambulans, tujuh ambulans udara, dan jaringan logistik yang mencakup 12 laboratorium, 60 truk pasokan, dan tiga gudang medis keliling yang ditempatkan secara strategis di seluruh tempat suci, sebut pernyataan itu.
Otoritas Klaster Kesehatan Makkah menggambarkan peningkatan kesiapan menjelang musim haji:
“Semua kemampuan telah dimanfaatkan untuk melatih personel dan menyediakan kebutuhan yang diperlukan demi memastikan kesinambungan di semua klinik rawat jalan di semua rumah sakit dan pusat medis. Sebanyak 3,944 tempat tidur dialokasikan di berbagai fasilitas kesehatan, termasuk 654 tempat tidur untuk perawatan intensif.”
Jemaah yang tidak memiliki dokumen resmi
Untuk menunaikan ibadah haji, seorang jemaah haji harus mengajukan visa haji khusus.
Namun ada pula yang mencoba pergi menunaikan ibadah haji tanpa dokumen yang memadai.
“Haji tidak resmi” ini diyakini turut menyumbang angka kematian berlebih.
Jemaah haji yang tidak memiliki dokumen memadai sering kali menghindari pihak berwenang, bahkan ketika mereka membutuhkan bantuan.
Ketua Komnas Haji Indonesia, Mustolih Siradj, menerima laporan dari jemaah bahwa tenda mereka dimasuki jemaah yang tidak dikenal dan tidak berdokumen resmi.
"Ini kami duga yang pakai visa non-haji berhasil menyusup ke arena haji dan dari negara lain juga bisa menerobos."
"Karena jemaah kita terkenal sopan, sehingga tidak ada sejarahnya ada orang asing mengusir."
"Jadi kalau ada orang Indonesia berhasil menggunakan visa non-haji dan masuk ke arena Arafah atau Mina, zalim itu, karena menyerobot tenda dan makanan yang resmi."
Kantor berita AFP mengutip seorang diplomat Arab yang menyatakan bahwa setidaknya 658 warga Mesir meninggal pada musim haji tahun ini, termasuk 630 orang tanpa izin haji.
Saad Al-Qurashi, penasihat Komite Nasional Haji dan Umrah, mengatakan kepada BBC: “Siapa pun yang tidak memiliki visa haji tidak akan ditoleransi dan harus kembali ke negara [mereka].”
Menurutnya, jemaah haji tidak resmi bisa diidentifikasi menggunakan kartu Nusuk, yang diberikan kepada jemaah resmi dan berisi kode batang untuk masuk ke tempat-tempat suci.
Kaum lanjut usia dan sakit
Banyak jemaah yang berangkat haji menjelang akhir hayatnya, baik setelah menabung seumur hidup maupun dengan harapan ingin meninggal dan dikuburkan di Tanah Suci.
Misalnya ada sejumlah jemaah menganggap bahwa meninggal saat menunaikan ibadah haji adalah sesuatu yang didambakan.
Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya kematian jemaah saat menunaikan ibadah haji setiap tahun.
Mayoritas jemaah haji Indonesia adalah warga lanjut usia.
Tahun ini, dari 213.300 jemaah Indonesia, 33,5% diantaranya berusia 50-60 tahun dan 26,5% berusia 60-70 tahun.
Apa yang terjadi jika jemaah meninggal saat menunaikan haji?
Apabila seorang jemaah meninggal dunia ketika menunaikan ibadah haji, maka kematiannya dilaporkan kepada Otorita Haji.
Untuk memastikan identitas mendiang, pihak otorita akan mengidentifikasi gelang atau ID leher. Setelah itu, dokter akan mengeluarkan surat keterangan dan pemerintah Arab Saudi menerbitkan akta kematian.
Salat jenazah dilakukan di masjid-masjid penting seperti Masjidil Haram di Mekah atau Masjid Nabawi di Madinah, tergantung di mana kematian terjadi.
Jenazah lalu dimandikan, dikafani, dan dipindahkan ke dalam lemari pendinngin yang disediakan oleh pemerintah Saudi. Semua biaya ditanggung pemerintah Saudi.
Pemakaman dilakukan secara sederhana, tanpa penanda, terkadang dengan banyak jenazah di satu tempat.
Buku pemakaman mencantumkan siapa yang dimakamkan dan di mana, sehingga keluarga dapat mengunjungi kuburan jika mereka mau.
Pemerintah Saudi, dengan bantuan dari berbagai kelompok dan Bulan Sabit Merah, mengatakan pihaknya memastikan “proses pemakaman yang bermartabat dan terhormat”.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.